Tuesday 25 June 2019

Kekhawatiran Amal Ditolak

Mungkin timbul pertanyaan di dalam hati setiap awal bulan Syawal, apakah puasa yang kita laksanakan dengan ibadah-ibadah ikutannya di bulan Ramadhan di terima Allah atau tidak. 

Menjawab pertanyaan itu, rujukan hadits yang agaknya layak kita jadikan referensi, hadits riwayat Ahmad, At Tirmizy dan Ibnu Majah ketika Aisyah r.a. bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. perihal tafsir dari surat A- Mukminum ayat 60. yang berbunyi:

وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَاۤ اٰتَوْا وَّ قُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَ 
"dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya,"

Aisyah r.a. bertanya “Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud ayat ini ialah orang-orang yang biasa mabok-mabok minum khamar, dan mencuri?.

Menanggapi pertanyaan ini Rasulullah bersabda: “Bukan wahai Putri As-Shiddiq! Akan tetapi itu adalah orang-orang yang rajin berpuasa, mendirikan shalat dan bersedekah, walau demikian mereka senantiasa khawatir bila amalan mereka tidak diterima Allah, karenanya mereka bersegera dalam mengamalkan kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”.

Jadi soal ibadah kita diterima atau di tolak oleh Allah s.w.t. serahkan bulat-bulat kepada Allah urusannya asalkan dalam beribadah kita telah memenuhi criteria “Wal Amalu bit Tanjil” (pesan Ali bin Abi Thalib), beramal sesuai dengan kafiat, atau taca cara yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, diikuti dengan ikhlas karena Allah semata. Supaya terpenuhi "wal amalu bit tanzil", haruslah dg ilmu. Ilmu harus terus menerus belajar. Ikhlas adalah perkara hati, tentu dibentuk dg latihan mendekatkan diri kpd Allah. Siap, tdk diapresiasi oleh manusia akan setiap amal kebaikan. Dalam pada itu tak goyah walau diejek dicela manusia ketika berbuat kebaikan.

Menilik ayat di atas dan hadits berkenaan dengan itu, maka wajar agaknya jika kita merasa khawatir kalau-kalau ibadah kita tertolak. Tetapi rupanya orang-orang yang merasa khawatir ibadahnya tertolak itulah yang justru merekalah yang diterima ibadahnya.

Perjalanan ibadah kita masih terbentang jika masih dipinjami usia, tidak heran bila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada umatnya agar mereka bersikap wajar dalam beramal. Tidak terlalu memaksakan diri dengan mengamalkan amalan yang terlalu berat baginya dan sebaliknya  tidak lemah semangat sehingga malas beramal.
(يَا أَيُّهَا النَّاسُ خُذُوا مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا، وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ) متفق عليه
“Wahai para manusia! Amalkanlah amalan yang kalian kuasa untuk menjalankan dengan terus menerus, karena Allah tidak akan pernah merasa bosan, walaupun kalian telah dihinggapi rasa bosan untuk beribadah. Dan sesungguhnya amalan yang paling Allah cintai ialah amalan yang diamalkan dengan kontinyu walaupun hanya sedikit.” (Muttafaqun ‘alaih).

Sahabat2 yang dirahmati Allah, baik yang membaca kemudian mengomentari, atau yang membaca memberi jempol ataupun yang membaca, mengkritik dlm komentar atau di dalam hati, juga membaca  tidak memberikan jempol. Yang penting niat dihati ini ingin meneruskan/berbagi mengenai apa yang diketahui walau secuil sesuai pesan Rasulullah “Sampaikan dariku walau hanya se ayat”!

Bila pada bulan Ramadhan, kita telah mengamalkan ibadah puasa, sholat malam, sedekah kepada fakir-miskin, membaca Al Qur’an, dan ibadah derivative lainnya dari Ramadhan, akankah semua itu tenggelam bersama tenggelamnya bulan Ramadhan?

Tidakkah kita masih merasa terpanggil untuk meneruskan amal ibadah itu walau hanya sedikit, sehingga hari-hari kita senantiasa dihiasi dengan aliran pahala dan kedamaian karena berada dekat dengan Allah?.

Mari kita bersemboyan; sasaran ibadah kita "beramal karena Allah" bukan "beramal karena Ramadhan". Lebih dalam lagi semboyan "beramal bukan karena pahala" tetapi "beramal karena mengharap redha Allah". Shg berhak mendapatkan seperti dijanjikan Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Fajr 28,29 dan 30:

ارْجِعِيْۤ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً 
"Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya."
فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِى
"Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,"

وَادْخُلِيْ جَنَّتِى
Dan masuklah ke dalam surga Ku.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan hidayah dan taufiq-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat istiqamah dalam beribadah kepada-Nya. Hanya dengan demikian insya Allah kita dapat menjaga rangkaian pahala yang telah tersusun rapi pada lembaran amal kita yg lalu dan tidak kembali meruntuhkannya satu demi satu. Wallahu ’alam bishawab.

Tak henti2nya kita berdo’a kepada Allah, agar ditutupi segala kekurangan puasa  kita serta seluruh ibadah ikutannya, diberi kekuatan untuk meneruskan ibadah dg istiqamah sepanjang hayat dikandung badan.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum.
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment