Friday 28 June 2019

Ibadah Terlupa bila tak dibiasakan

Suatu ketika bos kantorku ortunya meninggal  dunia, sblm isya kami anak buahnya diundang untuk shalat isya berjamaah dirumah duka sekaligus tahlillan. Di halaman rumah disiapkan sejumlah kran wudhu dadakan.

Seniorku juga hadir, menyuruhku untuk lbh dulu wudhu, beliau ngambil posisi di belakangku dlm antrian. Sbg junior, etika instansiku tak elok mendahului/membokongi senior. Namun karena setengah memaksa seniorku itu tetap menyuruhku wudhu duluan, maka kulakukan agar sgr dpt gabung membuat shaf jamaah isya di aula rumah bos kami itu.

Di suatu saat terpisah, bbrp hari kemudian, seniorku itu berterus terang bahasa dianya lupa bgmn cara berwudhu. Beliau bercerita: "Dulu masih kanak2, saya mainnya dekat masjid wong rumah tetanggaan masjid, sering ikutan shalat. Tapi sejak besar sampai kemarin itu saya baru wudhu lagi. JADI LUPA CARA WUDHU, makanya saya mau contoh kamu liat dari belakang". Dmkn senior ku.

Lebat buah pohon mengkudu.
Ranum sebiji diujung dahan.
Bakal lupa walau pun wudhu.
Jika lama  tidak diamalkan.

Wudhu tu kan perkara ringan, itupun bisa lupa kalau lama ndak diamalkan. Walau ringan wudhu penting; mrpkn pintu utama shalat dlm keadaan normal.

Disisi lain kejadian ini salah satu model bahwa kadang orang  butuh media orang lain untuk mengantarkannya meraih, menggapai, mengingat kembali ibadah yg pernah hilang darinya. Insya Allah bila sudah sekali, ingat kembali, jika Allah menghendaki yang bersangkutan akan dpt melakukan itu sendiri. Buktinya tak lama kemudian ybs jadi jamaah aktif di mushalla kantor kami.
Bagi seniorku ini momentum meninggalnya ortu bos kami, merupakan starting point beliau meraih ingatan beribadah kembali. Alhamdulillah. Mrpk hidayah buat seniorku itu.

Smg andaikan pembaca menemukan/mengalami case serupa, tetaplah istiqamah dg ibadah yg tlh menetap didiri jangan sampai terjadi fasik lagi ssdh beriman (Al-Hujurat 11).
 ۗ  بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِ  ۚ  وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
"Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."

Ada juga orang yang hatinya sudah tersentuh ingin kembali ibadah, melalui bacaan, melalui tontonan, melalui pendengaran, ingat asal muasal diri/keluarga masa lalu.
Tetapi yang bersangkutan belum meraih, belum mengambil hidayah tersebut disebabkan kadang adanya rasa malu untuk masuk ke majelis hidayah kembali, takut dikatakan alih-alih, dikatakan orang alim baru, takut dikatakan tumben-tumbenan.
Mulai kembali ibadah, kadang datang menunggu momentum yg tepat menggapai hidayah tsb.

Bagi pemula ingin menggapai hidayah kadang  takut dan ragu-ragu masuk masjid; nanti setelah sampai di masjid bagaimana caranya masuk, bagaimana caranya duduk bagaimana caranya wudhu dan lain-lain. Mungkin blm pernah masuk masjid, atau sdh lama sekali tak pernah ke masjid.
Walaupun masa kecil misalnya; pernah ke masjid, kalau sdh begitu lama masjid tak dikunjungi, dpt saja lupa.

Elang terbang sayap  mengepak.
Menyambar ikan di muka air.
Hidayah datang harus dipapak.
Jangan bgt saja menyerah taqdir

Mhn maaf bila terdpt kesalahan tulisanku ini, mudah2an berfaedah.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment