Wednesday 12 June 2019

MENGENDALIKAN Nafsu AMARAH

Nafsu Amarah, bila digunakan untuk berbuat jahat, jelas pemilik utamanya adalah penjahat. Nafsu Amarah, boleh juga mungkin diterjemahkan "tak mau kalah" atau "tak rela dikalahkan". Dg dmkn nafsu Amarah boleh jadi  dimiliki orang baik-baik termasuk ustadz/ustadzah.
Tanda2 nafsu amarah a.l.:
a. Iri hati, susah hati bila orang senang. Senang hati bila mendengar orang susah, biasa orang yg di iri adlh: selevel, tetangga, keluarga dekat, seprofesi.
b. Dengki; tak suka orang lain sukses, ingin kesuksesan orang itu pindah untuknya atau hilang dari orang itu. Bila perlu tak segan berbuat curang.
c. Loba; ingin memiliki lebih, tak rela kalau orang lain memiliki yg sama dg dirinya. Jangan diharap orang ini adil bila disuruh ngatur pembagian.
d. Takabur, bangga diri, anggap diri hebat ketimbang orang lain, orang lain ilmunya dibawah dirinya. Orang lain belum sampai kajiannya. Dll kehebatan dirinya ditonjolkan.
c. Mengumbar amarah, gampang marah, soal sedikit saja sdh cukup buat pemicu marahnya. Seharusnya hal sepele jadi besar.  Ybs tak dpt menahan amarah.
d. Bermewah mewah. Ini masuk dlm nafsu amarah, karena bermewah ini menjurus kpd berlebih lebihan, pemborosan, mubazir. Biasa si empunya nafsu ingin dinilai hebat oleh orang lain.

Nafsu amarah ini kadang ada yg hrs dipelihara, makanya istilah yg cocok "pengendalian amarah". Iri dan dengki serta loba (tamak) dlm berbuat kebaikan perlu dipertahankan. Jangan mau kalah dlm berbuat kebaikan.
Juga dlm hal tertentu marah perlu dilakukan, jika sdh menyangkut terhinanya bangsa, qt hrs mengingatkan bangsa yg menghina kl perlu dg marah kpd penghina, tapi akhlaknya tdk balas menghina. Terancamnya keamanan negara, sbg anak bangsa siap bela negara sesuai kemampuan yg dipunya. Terhinanya agama yg kita anut, wajar marah selanjutnya mengingatkan penghina, mendorong negara melaksanakan hukum yg berlaku. Akhlaknya jg tdk melakukan penghinaan balik.

Ttg nafsu Amarah Nabi yusuf berujar diabadikan dlm Al-Qur'an:
وَمَاۤ اُبَرِّئُ نَفْسِيْ ۚ  اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌۢ بِالسُّوْٓءِ اِلَّا  مَا رَحِمَ رَبِّيْ  ۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Surat Yusuf,  ayat 53)

Baru saja dua hari Ramadhan beranjak dari bumi, dimana dibulan Ramadhan shaimin-shaimat tlh berlatih mengendalikan nafsu amarah. Hsl latihan itu seyogyakan di terapkan dlm 11 bulan mendatang. Kalau dpt tetap konsisten. Tapi yg namanya kita manusia dpt saja makin jauh dari Ramadhan makin tergerus kemampuan mengendalikan nafsu amarah yg melekat memang disetiap diri. Ikhtiarnya barangkali kebiasaan shaum hendaknya diteruskan setiap bulan walau bukan bulan Ramadhan dg puasa2 sunnah semisal Senin-Kamis, puasa tengah bulan dll. Bulan ini msh tersedia 6 hari puasa Syawal.

Mudah2an shaum kita di bulan Ramadhan yg baru berlalu  diterima Allah, selanjutnya kita diberi kekuatan untuk mengamalkan perolehan Ramadhan di bulan2 lainnya sampai ketemu lagi Ramadhan yad.
Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment