Thursday 13 June 2019

SEDUAN KOPI

SEDUAN Kopi ANAK kandung dan SEDUAN Kopi anak MANTU.

Menarik budaya bangsa kita. Ada suatu daerah, ketika di upacara menikahkan anak, ada prosesi "Neraca", menimbang bobot "anak sendiri" vs "calon menantu". Pengarah acara nanya', "siapa yg berat". Ortu menjawab, "sama beratnya". Ini mengandung makna filosofi, bahwa anak sendiri dan anak menantu (mantu) nanti akan dipandang sama, diperlakukan sama dlm segala hal.

Dari upacara itu, pihak Ortu juga menyampaikan pesan kpd si Mantu, perlakukanlah Ortu mertua sbgmn Ortu sendiri. Sebab ada Ortu yg semua anaknya laki2. Banyak juga Ortu yg semua anaknya perempuan.

Melalui pernikahanlah ybs terlengkapi, semula tdk punya anak lelaki jadi punya. Sebaliknya yg ndak punya anak perempuan dg pernikahan, juga dpt setara anak, yaitu mantu perempuan diharapkan dpt melindungi dikala tua nanti.

Terasa benar makna firman Allah di surat An-Nisa ayat 28 terdiri atas dua penggal kalimat.
Penggalan kalimat pertama:
يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّخَفِّفَ عَنْكُمْ
"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu".
Karena Allah hendak meringankan beban kehidupan kitalah maka adanya pertalian pernikahan. Urusan kehidupan di dunia ini tak mungkin hanya di urus kaum lelaki, harus ada campur tangan kaum perempuan. Sebaliknya persoalan kehidupan ini tak kan teratasi sempurna oleh perempuan tanpa peran serta kaum lelaki. Sinergi pria dan wanita menjadi hidup ini ringan dan lebih bermakna.

Penggalan kalimat kedua An-Nisa 28:
 وَخُلِقَ الْاِنْسَانُ ضَعِيْفًا
"karena manusia diciptakan (bersifat) lemah."
Allah tegaskan bahwa manusia diciptakan tdk sanggup segalanya, banyak kekurangan, walau mungkin setiap diri ada kelebihan. Oleh sebab itu, dlm kaitan bersinergi tsb. hrslah saling memahami kekurangan masing2. Bukan saling cela, tetapi hendaknya saling isi, saling melengkapi.

Mertua yg selanjutnya dipanggil "bunda", karena suami menyapa ibunya dmkn, mantu juga ikutan.
Bunda merasa beruntung karena mantunya meracik masakan begitu pas dilidah. Lebih2 bila menyedu kopi sangat enak. Taunya sangat enak, karena membanding dg kopi bila disedu anak kandungnya yg perempuan. Seduan kopi anak sendiri terasa encer dan agak hambar. Seduan mantu uenak sekali, kopi dan manisnya pas.

Rupanya persoalannya adalah:
Anak kandung, tau betul bahwa ibunya sdh usia di atas 70 an, tak baik lagi banyak konsumsi gula, apalagi si anak tau betul bundanya berbakat terkena Diabet lantaran almarhum nenek penderita kencing manis. Kopi juga ndak boleh terlalu kental berpotensi maag dan jantung. Wujud sayang si anak terpapar dlm racikan kopi. Dia ingin agar bundanya dpt bertahan hidup selama mungkin dlm kondisi sehat.

Anak mantu, sbg orang yg katanya MANTU singkatan MAN = Pertemuan, TU = Ssdh TUa. Maka hrs berusaha menempatan diri, mengkondisikan semuanya serasi dan nyaman. Termasuk menyedu kopi. Tak masalah yg penting Bunda merasakan kenikmatan kopi. Soal sakit dan usia kan itu urusan lain. Yg utama bunda mertua menikmati seduan kopinya. Kasihan bunda kalau serba dibatasi. Kasih sayang mantu perempuan ini tertuang memberikan kepuasan dlm seduan kopi.

Bgtlah wujud kasih sayang dan bentuk kebaktian ANAK kandung dan MANTU dalam seduan KOPI.

Lumayan ngisi waktu nunggu antrian periksa USG dan LAB di RSGS Jakarta 9 Syawal 1440 H.

Yg jelas diri ini sering berobat bukan lantaran seduan kopi, karena sdh puluhan taun tak lagi ngopi dan merokok, bahkan teh-pun setahun terakhir ini tak minum lagi. Smg pembaca terpelihara kesehatannya.
Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment