Monday 13 March 2023

SEMBILAN apakah KEBETULAN

“Kebetulan” ketika aku sedang olah raga ringan jalan pagi, tiba2 sebuah mobil berhenti mendadak tak terhindarkan seekor kucing terlindas dan mati di tempat. Apa yang kulihat ini kuceritakan kepada sohib2ku pada kesempatan sama2 menghitung kotak amal Jum’atan di masjid. Salah seorang dari sohibku itu memperotes istilahku “Kebetulan”. “di dunia ini apa yang terjadi ndak ada yang “kebetulan” katanya. Benar juga ujar sohibku itu, pada hakikatnya apapun yang terjadi “sudah tersurat”: مَآ أَصَابَ مِنْ مُّصِيبَةٍ فِى الْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ أَنْ نَّبْرَأَهَآ  ۚ إِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ "Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah" (Al-Hadid ayat 22). Jadi kucing ketabrak mobil tersebut, oleh sohibku itu dikelompokkan “bukan kebetulan” sudah ……..tertulis di “ Lauh Mahfuz” Sebentar lagi Ramadhan 1444 H tiba, ternyata bulan Ramadhan itu dalam kalender Hijriah, bulan2 Qamariyah adalah bulan ke SEMBILAN. Inipun agaknya bukan “kebetulan”. Coba kita kaitkan dengan hadist: كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ “Setiap anak yang lahir, dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.”. (HR. Muslim). Ini sekedar kutak katik, diriku bukan sebagai ahli agama, kucoba menghubungkannya dengan manusia yang normal, berada dalam kandungan ibu adalah selama sembilan bulan-plus. Lantas mari kita hubungkan dengan sebuah hadits lemah, yang banyak tersebar di ceramah/kultum ataupun di dunia maya: “Barangsiapa berpuasa dan shalat malam dengan mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka dia keluar dari dosanya SEPERTI BAYI YANG BARU DILAHIRKAN OLEH IBUNYA .” [HR. AHmad] إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فَرَضَ صِيَامَ رَمَضَانَ، وَسَنَنْتُ قِيَامَهُ، فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيمَانًا واحْتِسَابًا، خَرَجَ مِنَ الذُّنُوبِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ “Allah ‘Azza wajalla mewajibkan puasa Ramadhan dan aku menyunahkan shalat malam harinya. Barangsiapa berpuasa dan shalat malam dengan mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka dia keluar dari dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya.” Mengacu kepada hadits tersebut, bahwa sepanjang tahun dengan parameter tahun Hijriyah; kita menapaki hidup sejak bulan: 1. Muharram, 2. Shafar, 3. Robi'ul Awal, 4. Robi'ul Akhir, 5. Jumadil Awal, 6. Jumadil Akhir, 7. Rajab, 8. Sya'ban, 9. Ramadhan…….. Pada bulan Ramadhan, diri kita masing2 sedang siap2 dilahirkan kembali setelah sembilan bulan mengarungi kehidupan dalam setahun, ketika di bulan Syawal (bulan ke sepuluh), setiap orang beriman yang menjalankan kewajiban berpuasa Ramadhan “BAGAIKAN LAHIR KEMBALI”. Manusia yang “baru dilahirkan ibu” seperti hadist dikutip di awal: “semua anak dilahirkan atas fitrah”. ( كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ) Penentuan berpuasa wajib di bulan ke sembilan (Ramadhan) inipun bukanlah merupakan suatu “kebetulan”, tetapi bila di kait2kan; mungkin; sekali lagi mungkin, ada kandungan maksud dengan persamaan bahwa manusia normal dikandung ibu selama SEMBILAN BULAN plus. والله عالم بشواب (wallahu ‘alam bishawab) Bulan2 Hijriyah yang dulu ketika kami masih kecil di Madrasah dihafalkan melalui nyanyian, sehingga anak2 setara SR ketika itu hafal nama2 bulan kalender Islam tersebut. Sekarang mungkin sudah banyak diantara kita pemeluk agama Islam yang tak hafal dengan urutan bulan2 Hijriyah tersebut yaitu: 1. Muharram; Adalah bulan pertama dalam tahun Hijrah (Hijriyah). Muharram berarti “diharamkan” atau “dipantangkan”, yaitu bulan dimana Allah SWT melarang melakukan peperangan atau pertumpahan darah. Begitulah kebiasaan orang Arab jaman dulu meyakini bahwa bulan Muharram adalah bulan suci sehingga tidak layak menodai bulan tersebut dengan peperangan. 2. Shafar; Dinamakan bulan Shafar karena rumah-rumah mereka sepi, sedangkan para penghuninya keluar untuk berperang dan bepergian Shafar (صفر) dalam bahasa Indonesia diartikan kekosongan. Dinamakan demikian karena rumah-rumah bangsa Arab menjadi kosong atau sepi dari penduduk karena mereka pada keluar untuk berperang ataupun untuk mencari makanan. 3. Rabi'ul Awal; Kata ar-Rabi’ sebenarnya memiliki arti yang bermacam-macam. Namun keseluruhannya menunjukkan makna musim dimana tumbuhan mulai menghijau atau memunculkan kembangnya. Ia kemudian diterjemahkan sebagai musim semi. 4. Rabi'ul Akhir; Konon, yang pertama kali mengistilahkan Rabiul Akhir ialah Kilab bin Murrah. Ia merupakan kakek buyut Nabi Muhammad SAW. Penamaan itu merujuk pada peristiwa alam, yakni datangnya musim semi (rabi') di Jazirah Arab. 5. Jumadil Awal; Kata Jumadil berasal dari kata Jamada, maknanya adalah beku karena di masa itu musim dingin mulai tiba. Nama Jumadil Awal diambil dari kata jamada yang artinya beku dan dingin, sedangkan awal berarti pertama. 6. Jumadil Akhir; JUMADIL Awal dan Akhir diambil dari kata Jamada yang artinya "beku" karena penamaan bulan tersebut bertepatan dengan saat musim dingin di mana air membeku. 7. Rajab; Makna awalnya segan untuk melepaskan anak panah dari busurnya. Ini dikarenakan di bulan tersebut, peperangan dilarang dilakukan. “Rajab” diambil dari kata at-tarjîb yang berarti mengagungkan atau memuliakan, karena masyarakat Arab dulu lebih memuliakannya dibanding bulan lainnya. 8. Sya'ban; Nama Sya'ban diambil dari kata Sya'bun (شعب) yang artinya 'kelompok / golongan', atau “jalan di atas gunung”, maka Islam kemudian memanfaatkan bulan Sya'ban sebagai waktu untuk menemukan banyak jalan demi mencapai kebaikan. 9. Ramadhan; Ramadhan berasal dari kata Ramadh (رمض ) yang artinya ialah panas menyengat atau membakar. Dinamakan seperti itu karena memang matahari pada bulan ini jauh lebih menyengat dibanding bulan-bulan lain. Di bulan Ramadhan ummat Islam diwajibkan berpuasa, mengacu kepada hadits dikutip diatas usai melaksanakan puasa Ramadhan, di 1 Syawal “Suci bagaikan bayi yang baru lahir”. 10. Syawal; Syawal berkaitan dengan susu yang dihasilkan oleh hewan yang khas di wilayah Arab, yakni unta. Penamaan Syawal merujuk pada unta betina yang melilitkan dan menaikkan ekornya. Ini menjadi tanda bahwa unta betina tersebut minta dibuahi dengan si jantan. 11. Dzulqa'dah; Bulan Dzulqa'dah juga diagungkan karena dalam bulan tersebut Allah melarang manusia untuk berperang. Hal ini senada dengan makna secara harfiyah dari “Dzulqa'dah” yaitu penguasa genjatan senjata. 12. Dzulhijjah, Bulan Dzulhijjah secara bahasa, Dzulhijjah terdiri dari dua kata: Dzul yang artinya pemilik dan Al Hijjah yang artinya haji. Dinamakan bulan Dzulhijjah, karena orang Arab, sejak zaman jahiliyah, melakukan ibadah haji di bulan ini. Semoga dengan mencoba menghubungkan Ramadhan sebagai bulan ke SEMBILAN, dengan masa manusia dalam kandungan selama SEMBILAN bulan, selesai berpuasa Ramadhan benar2 seperti dilahirkan kembali, suci dari segala dosa. Ya Allah; Selamatkanlah diri kami dari bahaya kejahatan yang sudah Engkau tentukan. آمِيّ.... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 20 Sya’ban 1444 H. 13 Maret 2023. (1.113.23).

No comments:

Post a Comment