Friday 31 March 2023

PUASA TIGA SUKU

Kuteringat ketika masih belum sekolah, sekitar umur bawah lima tahunan (saya ndak ikutan TK, karena di kampungku waktu itu belum ada), tapi sudah mulai “ingat-ingat lalat” ( bahasa daerahku: “ingatan yang putus putus”). Adalah nenekku, almarhummah, seingatku tak pernah tinggal shalat, tak pernah tinggal puasa Ramadhan. Itu sebabnya barang kali beliau pengen agar cucunya dapat melaksanakan puasa, kelak kalau dia besar nanti. Untuk maksud tersebut beliau memotivasiku untuk berpuasa di bulan Ramadhan itu, dengan menjanjikan setiap aku sanggup puasa setengah hari akan diberi hadiah “lima ketip” = lima puluh sen. Puasapun dapat kujalankan dengan baik selama 10 hari. Walau benar-benar menderita, usus rasanya sudah dempet. Hausnya bukan buatan, sampai untuk menyiasatinya kepala dicelupkan ke dalam ember berisi air. Mau minum tidak berani, karena kata nenek: “Allah melihat”, biar kita minumnya sembunyi2. Setelah sukses sepuluh hari, nenek memberikan tantangan lagi, “kalau kamu tahan puasa sampai bedug magrib, hadiahnya nenek tingkatkan jadi “tiga suku”. Tiga suku = seratus lima puluh sen, atau satu rupiah lima puluh sen, jadi tiga kali lipat puasa setengah hari. Tantangan nenek itu ku ambil, sebab mulai hari kesepuluh, rasa haus dan lapar sudah tidak begitu mendera lagi. Syukurlah walau dengan berbagai ikhtiar, termasuk mandi berenang di kali, biar menjadi segar, bermain bersama teman sebaya dan macam-macam kegiatan termasuk mencari buah-buah hutan untuk persiapan berbuka. Seperti buah “Rukam” buah “Cengkodok”, pentil “Tembabal” dan banyak lagi buah-buah di kampungku yang asyik bila di kenang. Untuk hiburan, mencari buah “Gorah”, sebagai ganti kelereng. Pokoknya puasa dengan nawaitu “Tiga suku” itu sampailah ke penghabisan Ramadhan. Besar sekali jasa nenekku untuk menjadikan aku tahan berpuasa, sampai sekarang masih kuingat. Walau ketika melatih anak-anakku berpuasa, aku dan istri tidak memotivasi mereka dengan “uang”. Karena kami berpendapat, anak ketika usia dini jangan dibiasakan diberikan uang. Model anak-anak kami sangat suka makanan-makanan tertentu sebagai makanan favorit. Masing-masing anak punya kegemaran akan makanan yang relative ada bedanya, walau juga ada persamaannya. Setiap bulan puasa, disiapkan hal-hal ekstra tersebut, apa saja makanan yang mereka sukai diusahakan hadir di meja makan sebelum berbuka puasa. Alhamdulillah kini mereka juga tahan menjalankan ibadah puasa. Aku berpuasa dibawah pembinaan nenekku tak kusadari aku berepuasa dengan “bernawaitu tiga suku”, walau nenekku ketika saur menuntunku melafadzkan niat: نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةَ لِلهِ تَعَالَى Lalu beliau mengepalkan nasi sekepal kecil untuk makanan pertama begiku setiap sahur, kata nenek agar tahan tidak lapar, ini kupahami sekarang sebagai sugesti. Tetapi agaknya niat berpuasa itu begitu penting, agar otak memberitahu seluruh organ tubuh siap melaksanakan puasa. Pembaca yang terlatih melaksanakan puasa dapat merasakan perbedaan lapar ketika berniat berpuasa dengan lapar ketika tidak berniat berpuasa. Terasa betul bagi yang mengamalkan puasa Senin – Kamis. Dapat membedakan lapar di siang hari Senin atau Kamis kita sedang tidak puasa, dengan lapar di siang hari Senin – Kamis dimana sedang berpuasa. Konon ada ilmuwan pernah melakukan kajian tentang pengaruh niat berpuasa terhadap kondisi tubuh seseorang yang menjalankan puasa. Hasilnya menakjubkan. Ternyata saat seseorang berniat puasa, jantung akan memberikan sinyal pada otak sehingga otak menerima pesan bahwa orang tersebut berniat puasa. Kemudian otak menyampaikan perintah pada organ-organ pencernaan untuk berhenti bekerja. Dengan kata lain, didapati bahwa pada orang yang berpuasa, enzim pencernaannya tak bekerja. Karena tak bekerja selama berpuasa, maka Anda tak merasakan lapar secara berlebihan. Bandingkan bila kita telat makan pada saat tidak sedang berpuasa. Tubuh terasa lemas dan sakit. Sebaliknya saat berpuasa, tubuh tetap terasa segar dan perut tidak terasa sakit melilit bila tidak makan. Ketika usia dibawah lima tahunan itu niat puasaku seperti dikemukakan di atas yaitu untuk mendapat upah dari nenek. Sekarang tentunya semua shaimin – shaimat niat puasanya adalah untuk Allah semata. Karena puasa adalah ibadah yang sangat khusus, bila kita cermati hadits Diriwayatkan oleh Bukhari, 1761 dan Muslim, 1946: عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alai wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” Keutamaan ini sebab utamanya adalah: 1. TERBEBAS RIYA. Bahwa puasa tidak terkena riya sebagaimana (amalan) lainnya dimungkinkan terkena riya. Amalan2 lainnya sedikit sekali yang selamat dari godaan (yakni terkadang bercampur dengan sedikit riya) berbeda dengan puasa. Karena tak seorangpun yang tau kita sedang puasa, sebaliknya tak seorangpun yang tau kalau kita sedang ber pura2 puasa. 2. IKHLAS HANYA KARENA ALLAH. Karena puasa merupakan rahasia seorang hamba dengan Allah, tidak ada yang melihatnya kecuali Allah. Orang yang berpuasa, di tempat yang sepi mungkin baginya makan atau minum atau hal yang membatalkan puasa dapat ia lakukan. Tapi karena dia mengetahui Allah melihat dimanapun ia berada, dia tidak lalukan. Dengan demikian unsur keikhlasan karena Allah bagi orang yang berpuasa begitu tinggi. Semoga shaum Ramadhan kita semua tahun ini, adalah shaum yang terbaik yang pernah kita lakukan, terbebas dari segala yang membatalkan, sanggup mempuasakan Mata, Telinga, Lidah, Perut, Seluruh Tubuh, dan hati. آمِيّنْ....... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 10 Ramadhan 1444 H. Sabtu, 1 April 2023. (1.127.04.23)

No comments:

Post a Comment