Wednesday 22 March 2023

IMAN PENANTANG

Tentang sumber keberimanan seseorang sudah kupublish dua artikel “Iman Terpasang”, “Iman Terangsang”, kali ini kumuat tulisan tentang “Iman Penantang”. Insya Allah terkhir dari soal asal muasal iman akan ditulis “Iman Bimbang”. Orang yang beriman karena justru tadinya sebagai penentang Islam. Orang seperti ini jika jiwanya berhasil ditundukkan oleh iman yang ditantangnya itu, kualitas imannya akan demikian tinggi dan bahkan sanggup mempelopori orang lain untuk beriman. Di zaman kini banyak ditemukan contoh, seorang yang tadinya tidak beragama malah melecehkan agama bahwa setelah tantangannya dijawab oleh keimanan yang ditantangnya. Jawaban itu sangat diyakininya malah dianya akan menjadi paling terdepan mengajak orang lain beriman. Di era teknologi canggih ini, yaitu di medsos banyak publikasi you tube perihal seorang yang tadinya pembenci suatu agama, kemudian memeluk agama yang ditantangnya habis-habisan itu. Alah tidak melarang manusia menantang-Nya, malah memberikan peluang kepada manusia untuk menantang Allah, termuat jelas seperti dapat disimak dalam surat Al-Baqarah ayat 23 : وَإِنْ كُنْتُمْ فِى رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِّنْ مِّثْلِهِۦ وَادْعُوا شُهَدَآءَكُمْ مِّنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِينَ "Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang-orang yang benar." Di dalam sejarah di awal bertumbuhnya Islam; Umar bin Khattab termasuk orang yang menentang ajaran Islam. Ketika nabi Muhammad SAW memulai dakwah Islam, Umar saat itu berusia 27 tahun. Sebagaimana para pembesar Quraisy lainnya, Umar menganggap seruan kenabian sebagai kegilaan yang menentang kepercayaan nenek moyang. Umar sangat membenci nabi Muhammad SAW serta para pengikutnya. Suatu ketika, Umar berpapasan dengan Nu'aim bin Abdullah saat dalam perjalanan ingin membunuh Nabi Muhammad SAW. "Ada apa denganmu, Umar?"……….., kata Nu’aim. "Aku mencari dan menginginkan Muhammad, lelaki yang mencerai-beraikan keturunan Quraisy, yang meruntuhkan impian mereka, menghilangkan agama leluhur mereka, menyerapahi tuhan-tuhan sesembahan mereka. Aku akan membunuh Muhammad," jawab Umar geram. "Demi Allah, nafsumu telah menipu dirimu sendiri. Tidakkah kau melihat bahwa anak cucu Bani Manaf tidak akan meninggalkanmu begitu saja. Mereka masih ada di atas bumi ini. Lalu kau akan membunuh Muhammad,………., salah seorang cucu Bani Manaf itu? Tidakkah kau melihat sanak keluargamu sendiri dan kepada merekalah seharusnya kau tegakkan perkaramu itu?"……..Mendengar hal itu Umar lantas berkata, "Siapa kau maksud dari sanak keluargaku?"………."Anak pamanmu, Sa'd bin Zaid dan saudari kandungmu, Fathimah. Demi Allah, keduanya telah memeluk Islam dan mengikuti ajaran agama yang dibawa Muhammad. Temuilah keduanya," seru Nu'aim. Umar sempat tak percaya mendengar sepupu dan adik kandungnya telah masuk Islam. Tanpa berpikir panjang, ia pulang dan mencari Fathimah…….Begitu sampai di rumah, ia mendapati Fathimah bersama Sa'd dan Khabbab bin al-Art tengah membaca lembaran-lembaran Al-Qur'an. Khabbab sedang membacakan surah Thaha di hadapan keduanya. Yaitu ayat 1 sampai 8: طه "Thaha." مَآ أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْءَانَ لِتَشْقٰىٓ "Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah;" إِلَّا تَذْكِرَةً لِّمَنْ يَخْشٰى "melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah)," تَنْزِيلًا مِّمَّنْ خَلَقَ الْأَرْضَ وَالسَّمٰوٰتِ الْعُلٰى "diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi," الرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى "(yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy." لَهُۥ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرٰى "Milik-Nyalah apa yang ada di langit, apa yang ada di Bumi, apa yang ada di antara keduanya, dan apa yang ada di bawah tanah." وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُۥ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى "Dan jika engkau mengeraskan ucapanmu, sungguh, Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi." اللَّهُ لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ  ۖ لَهُ الْأَسْمَآءُ الْحُسْنٰى "(Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik." Mengetahui Umar datang, Khabbab lantas bersembunyi ke samping rumah. Fathimah pun bergegas menyembunyikan lembaran-lembaran suci itu di bawah pahanya…….Umar yang sempat mendengar lantunan ayat yang dibaca Khabbab lantas bertanya, "Suara apa yang baru saja aku dengar?" ……."Kami tidak mendengar apa-apa," jawab keduanya……."Tidak, aku mendengarnya. Jangan sembunyikan apapun dariku. Demi Tuhan, aku mendengar kabar jika kalian berdua telah mengikuti ajaran Muhammad dan mengingkari ajaran leluhur kita," ucap Umar. Umar lalu mendekati Sa'd bin Zaid yang juga suami adiknya itu dan memukulnya hingga terpelanting. Fathimah yang saat itu melihatnya kemudian berdiri melindungi dan memeluk suaminya. Umar lantas memukul adiknya sampai bersimpah darah…..."Ya! Kami berdua telah memeluk agama Islam dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya……. “Umar, lakukan saja apa yang kau mau. Islam tetap tidak akan pernah lepas dari hati kami," tegas Fathimah. Umar lalu tertegun mendengar kata-kata Fathimah. Ketika melihat darah bercucuran dari tubuh adiknya itu, ia menyesali perbuatannya dan menahan amarahnya. Ia kemudian meminta lembaran-lembaran Al-Qur'an yang dibaca Fathimah dan suaminya. Fathimah sempat menolak untuk memberikan lembaran tersebut karena khawatir akan dihancurkan oleh kakaknya. Kemudian, Umar pun berjanji tidak akan merusak dan akan mengembalikannya begitu selesai membacanya……...Ketika Umar hendak mengambil dan membaca lembaran itu, Fathimah berkata, "Saudaraku! Engkau dalam keadaan tidak suci atas kemusyrikan dan kekafiranmu. Dan tidaklah menyentuh lembaran itu kecuali orang-orang yang tersucikan." Umar lantas mandi besar dan mengambil lembaran Al-Qur'an lalu membaca surah Thaha. Dari ayat 1,……. berhenti di ayat 14 yang berbunyi: إِنَّنِىٓ أَنَا اللَّهُ لَآ إِلٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَاعْبُدْنِى وَأَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِىٓ "Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah sholat untuk mengingat Aku." "Alangkah eloknya kalimat-kalimat ini, betapa mulianya ajaran-ajaran yang dikandungnya. Sungguh tak ada manusia yang mampu membuat kalam seindah ini," tutur Umar yang cakap dalam sastra Arab ini……….Mendengar perkataan Umar tersebut, Khabbab yang semula bersembunyi lalu keluar dan berkata, "Demi Allah, wahai Umar, sesungguhnya aku sangat berharap engkaulah lelaki yang dimaksud dalam do’a Rasulullah. Kemarin aku mendengar Muhammad berdo’a, 'Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua lelaki ini, al-Umar al-Hakam ibn Hisyam atau Umar ibn Khattab.'"……...Umar; mendengar ucapan Khabbab itu lantas menyarungkan pedangnya, bergegas ingin menemui Rasulullah SAW dan memeluk Islam di hadapannya. Pada waktu itu, Rasulullah SAW tengah berada di rumah pengungsian Arqam (Bait al-Arqam) di Bukit Shafa bersama Hamzah, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, dan beberapa sahabat……..Betapa terkejutnya Hamzah melihat dari celah pintu ada Umar yang sedang berdiri membawa pedang tersarung. Hamzah lantas mengatakannya kepada Rasulullah SAW……..."Izinkanlah dia masuk. Bila bermaksud baik, kita akan menyambutnya. Bila bermaksud buruk, kita akan memenggalnya dengan pedangnya sendiri," kata Rasulullah SAW saat itu. ……..Hamzah kemudian membukakan pintu dan masuklah Umar dengan menyampaikan niatnya untuk memeluk Islam. "Wahai Muhammad, aku datang untuk beriman kepada Allah, juga kepada rasul-Nya, dan kepada ajaran yang ia bawa dari-Nya," kata Umar…….. Rasulullah SAW lantas bertakbir dan diikuti para sahabat. Takbir tersebut menggetarkan rumah Arqam dan seluruh sahabat di rumah itu mengetahui bahwa Umar telah masuk Islam. Peristiwa ini terjadi tiga hari setelah Hamzah memeluk Islam, pada suatu hari di bulan Dzulhijjah tahun ke-6 kenabian. Demikian kisah salah seorang di awal pertumbuhan agama Islam yang beriman asal muasalnya sebagai seorang “penantang” Islam. Hingga kinipun masih banyak penantang2 Islam, sebagian mendapat hidayah lalu beriman, sebagian lagi masih dalam keasikannya menantang Islam. Semoga, di bulan Ramadhan ini bagi kita yang sudah beriman menjadi lebih kuat imannya dan bertaqwa, bagi para penantang Islam diberikan hidayah Allah hingga beriman. آمِيّنْ....... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 1 Ramadhan 1444 H. 23 Maret 2023. (1.119.23).

No comments:

Post a Comment