Tuesday 21 March 2023

ASAL MUASAL IMAN TERPASANG

Beberapa hari lagi memasuki bulan Ramdhan 1444 H. Wajib bagi orang yang beriman untuk melaksanakan shaum (puasa) sebulan penuh di bulan Ramadhan tersebut. Seruan untuk berpuasa itu hanya di tujukan kepada orang beriman. Karena tidak sedikit orang yang berstatus Islam, tetapi nanti bulan Ramadhan belum melaksanakan puasa. Masih saja ada tersedia warung2 makan bertabir disiang hari, untuk memfasilitasi orang2 yang tidak berpuasa. Menyoal soal “imam”, dapat dikelompokkan dalam 4 “asal muasal” yaitu: 1. Iman tepasang., 2. Iman terangsang., 3. Iman Penantang., 4. Iman bimbang. 1.Iman bermuasal dari “Terpasang”, Boleh dikata semua yang beriman atas dasar keturunan, mengikuti apa yang diimani oleh orang tua masing2. Jika kebetulan orang tua adalah pemeluk agama yang taat, insya Allah sebagai anak keturunannya akan menjadi pemeluk agama yang beriman kuat sejak masa kecil sampai akhir hayat. Umumnya jarang terjadi penyimpangan dari orang yang beriman kelompok ini, keteurunannya berpindah imannya ke keyakinan yang lain. Tetapi bukan mustahil ada terjadi penyimpangan yaitu orang tuanya beriman kepada keyakinan “I”, kemudian berpindah ke keyakinan iman “K” atau sebaliknya. Faktor penyebab berbedanya keimanan orang tua dengan keimanan anaknya antara lain: A. Kurang pembinaan. Penularan nilai-nilai keimanan dari orang tua kepada anaknya. Pembinaan oleh orang tua, harusnya dilakukan sejak dini, malah ada ada yang berpendapat sejak masih dalam kandungan, misalnya diperdengarkan ayat2 suci. Setelah anak lahir dipersiapkan langkah2 pembinaan bertahap yaitu: Perencanaan, Penyeleksian Informasi, Pengarahan, pendampingan, Pembagian waktu dan pemberian alternatif. 1. Perencanaan. Untuk kehidupan di dunia ini agar generasi penerus tidak hidup dlm kesulitan, direncakan pendidikan yg baik, kondisi phisik dan mental yg prima, kerena mereka akan hidup di era yg lbh kompetitif dari pada kita. Oleh karena itu Allah mengingatkan: وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْ ۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيْدًا "Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 9) Itu perencanaan untuk hari esok di dunia. Tapi yg namanya hari esok bukan hanya hari esok dlm arti hari sesudah hari ini saja. Tetapi hari ssdh hidup didunia ini yaitu di hari akhirat. Sehingga perencanaan yg diajarkan Allah untuk kita dunia dan akhirat tsb يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr 59: Ayat 18) Bgtlah salah satu solusi membentengi generasi penerus dari dampak negatif dari kemajuan teknologi informasi y.i. PERENCANAAN, dg menyiapkan mereka dengan ilmu, iman dan taqwa agar dengan sendirinya mereka dpt menyaring informasi 2. Penyeleksian informasi. Setelah anak2 mempunyai pengertian, sudah dapat menulis membaca, menggunakan media sosial, seperti anak2 masa kini, maka orang tua harus senantiasa mengawasi mengarahkan informasi yang layak untuk anak sesuai dengan pertumbungan jiwanya. 3. Pengarahan. Sebagai orang tua, harus terus menerus mengarahkan anaknya untuk taat melaksanakan perwujutan iman dari agama yang di anut oleh orang tua. 4. Pendampingan. Di usia tertentu sebelum anak betul2 dewasa, orang tua harus mengajak, mendampingi dalam melaksanakan ibadah. 5. Pembagian waktu. Sesibuk apapun orang tua harus menyisihkan waktu untuk memberikan perhatian kepada anak2, utamanya dalam kaitan pemeliharaan imam; sering2 memberikan pengertian2 semampunya sesuai kadar ilmu agama yang dimiliki. 6. Pemberian alternatif. Dalam hal kepada anak diberikan hal2 yang tidak boleh dilakukan terkait ketentuan2 agama misalnya; orang tua harus mampu menjelaskan apa sebab larangan itu kemudian memberikan jalan keluar. B. Orang tua sendiri kurang memberikan keteladanan tentang cara peribadatan. Karena orang tuanya itu hanya sekedar beriman, tetapi tidak mengamalkan imannya dalam ibadah. Adalah jarang terjadi anak2 ketururan menjadi orang yang beriman dan bertaqwa, kendatipun dianya ketururan orang yang beriman. Kalau orang tuanya sendiri tidak terlihat beribadah. C. Pengaruh lingkungan dan pergaulan, si anak bergaul banyak dengan orang yang mempunyai keyakinan keimanan yang lain dari keyakinan iman dari ortu mereka. Dapat saja terjadi hal tersebut “B” di atas, anak2 keturunannya justru menjadi orang yang kuat dalam beriman, terealisasi dalam ibadah, lantaran berada di lingkungan orang2 yang taat beribadah. D. Anak yang bersangkutan mempelajari keimanan dari keyakinan iman yang lain dari ortunya, kemudian dianya merasakan bahwa keyakinan keimanan yang dipelajarinya jauh lebih meyakinkan dari yang selama ini dipahaminya dari ortunya. Hal ini dapat terjadi kerena “C” di atas, atau juga bila anak tersebut melalui study leteratur, membaca buku2, mendengar vedia dakwah agama. Khusus buat keimanan agamaku Islam, adalah merupakan kewajiban ortu menurunkan nilai-nilai keimanan kepada keturunan mereka dengan perintah yang tegas dari Allah dalam Al-Qur’an surat 66 (At-Tahrim) ayat 6. يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوٓا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Untuk itu diyakini oleh penganut Islam, agar sedini mungkin menanamkan keimanan kepada anak keturunan kita agar tetap beriman dan beramal shaleh agar terpelihara dari api neraka. Setelah segala upaya dilakukan, ternyata anak keturunan kita juga beralih iman, itu bukan lagi urusan kita, serahkan semuanya kepada Allah. Apatah lagi kita, sedangkan para nabi saja ada anaknya yang berbeda keyakinannya. Demikian artikel kali ini, karena terbatas ruang, dibatasi hanya membahas “iman muasal terpasang”, sedanhgkan asal muasal: “Terangsang”, “penantang” dan “Bimbang” direncanakan akan dimuat dia artikel2 berikutnya. Semoga, iman yang sudah terpasang di diri kita masing2 tetap tertancap kuat didiri kita masing2, sampai akhir hayat. آمِيّنْ....... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 27 Sya’ban 1444 H. 20 Maret 2023. (1.117.23).

No comments:

Post a Comment