Saturday 29 May 2021

Opsi Memilih RIZKI.

 

Seuntai kalimat bijak membuat optimis hidup ini, nenek ku semasa hidup pernah mengatakan “Ulat di dalam batu saja pasti kan mendapat rizki”. 


Bagaimana ceritanya seekor ulat kok ada dalam batu. Tentu semulanya dia belum menjadi ulat, tentulah tadinya makhluk ini begitu halusnya, sehingga dapat masuk ke pori-pori kecil dari sebuah batu besar. Kebetulan di dalam batu besar itu ada rongga yang kemudian mahluk cikal bakal ulat itu dapat mukim.  Ulat tadi tumbuh berkembang di dalam batu tersebut, sudah pasti si ulat mendapat rizki, kalau tidak mana mungkin ia dapat membesar.


Kata bijak nenekku ini, sungguh dalam…….. pengertiannya, untuk memberikan semangat dan motivasi buat kehidupan, bahwa jangankan lagi kita sebagai manusia yang lengkap panca indra, hidup bebas tidak terkungkung di dalam batu, jelas bahwa kita pasti mendapatkan rizki, sebab ikhtiar kita kan lebih luas dapat dilakukan.


Bila direnung lebih dalam memang rizki untuk seluruh makhluk ini ada dua jenisnya, kalau boleh diberi nama;  

* RIZKI PASIF dan  

* RIZKI AKTIF. 


RIZKI PASIF

Tidak terkecuali, semua makhluk yang bergerak dan yang tidak bergerak menerima rizki pasif ini. Contohnya setiap makluk hidup di darat menerima oksigen sebagai rizki yang diterimanya untuk bernafas. Semua makhluk di daratan dan dipermukaan lautan menikmati sinar Matahari. 


Baik juga bila diambil tamsil, bagaimana seekor kupu-kupu. Asal hidupnya dalam kepompong. Calon kupu-kupu ini ketika dalam kepompong dapat dipastikan dianya mendapat rizki, hingga dapat tumbuh berkembang sehingga perlahan-lahan tapi pasti setelah masa yang ditentukan oleh Yang Maha Kuasa, diapun keluar dari kepompong menjelma menjadi mahluk baru yang dapat terbang berupa Kupu-Kupu. 


Nah ketika sudah mulai dapat terbang maka sebagian rizki pasif untuknya sudah tidak diterimanya lagi, walau masih ada berupa terangnya sinar Matahari, oksigen untuk bernafas. Untuk hidup selanjutnya sang Kupu-Kupu harus berikhtiar dengan mengepak-ngepakkan sayapnya untuk menghampiri aneka bunga guna mengisap sari madunya untuk mempertahankan hidupnya sampai waktu yang di tentukan. 


Begitu pula tamsil ini bagi manusia, bila sudah dapat berdiri sendiri, rizki sudah harus mulai dikais, tidak lagi hanya mengandalkan rizki pasif. Tidak lagi mengharapkan supply dari ORTU. Masa bayi rizki dari Ibu, selanjutnya stlh 2 thn sudah mulai latihan mendapat makanan dengan disuapi, lanjut nyuap sendiri. Sampai anak2, rizki banyak anak masih tergantung Ortu, walau ada anak2 yg kurang beruntung hrs mulai ngais rizki sendiri.


Sbgmn tamsil kupu-kupu, selama masih belum dapat berkegiatan sendiri, kupu-kupu masih dalam kepompong, manusia masih dikandungan ibu, setelah lahir ke dunia masih lemah rizki yang diterima adalah rizki pasif. Maha benar Allah dengan segala firmannya di dalam Al-Qur’an diantaranya seperti tertuang dalam surat HUD ayat 6.


وَمَا مِنْ دَاۤ بَّةٍ فِى الْاَ رْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَ يَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ

"Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)."


RIZKI AKTIF

Kita manusia juga salah satu makhluk penerima rizki pasif dan aktif itu. Persoalannya rizki aktif untuk dapat menerimanya harus dengan usaha yang sungguh-sungguh. Usaha ini dapat dilakukan dengan berbagai bidang kegiatan. Manusia diberikan kebebasan pula untuk meraih rizki yang diterima secara aktif ini dengan upaya apa saja. Boleh berlomba-lomba dan juga boleh dengan cara apa saja. Disinilah peran agama dan aturan undang-undang untuk memberikan batasan pencari rizki aktif ini guna menentukan bagaimana memilih cara yang diperkenankan dan bagaimana yang tidak diperbolehkan. Manusia berpotensi FUJUR dan TAQWA;

فَاَ لْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰٮهَا ۖ 

"maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,"

(QS. 91 = Asy-Syams: ayat 8)


Oleh karena itu manusia dapat saja mencari rizki dengan cara yang tidak halal, tetapi tak kurang juga banyaknya yang memilih jalan mencari rizki yang halal. 


Perlu difahami bagi orang yang beragama bahwa ikhtiar yang dilakukan disamping harus dengan cara halal, juga ada kadar yang telah ditetapkan oleh Allah s.w.t. jadi orang dengan lapangan usaha yang sama, ada yang sukses, sementara ada yang kurang sukses. Semua itu telah ditentukan kadarnya oleh Yang Maha Kuasa.

Rizki yang harus dicari secara aktif ini, telah diisyaratkan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat 45 Al Jatsiah ayat 22. 

 ":..........وَلِتُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍ بِۢمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ


".......dan agar setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan."


Demikian renungan tentang RIZKI semoga, semakin menjadikan kita bersyukur.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta,   16 Syawal 1442 H.

28   Mei 2021.

(800.05.21).

No comments:

Post a Comment