Sunday 2 May 2021

MENGOREKSI beda dg MENCELA.

Menanti berbuka shaum  ke 20, Ramadhan 1442.H.


Ssdh dzuhur di Ramadhan ke 17 kuangkat thema Pencacat atau pencela, condong mencari dan membuka aib orang lain. Bgt turun dari mimbar, seorang jamaah menghampiri. "Pak kalau ngoreksi ustadz berceramah, atau imam sdg shalat apakah tdk termasuk membuka aib"??? dmkn pertanyaan jamaah cukup senior tsb. Ybs nampaknya sengaja bertanya tdk ketika ku di atas mimbar, supaya yg tau hanya kami berdua.


Kujelaskan bahwa mencacat, mencela condong ke ghibah, si fulan yg dicacat, dicela kadang tidak tau langsung, kadang taunya dari orang lain. Perbuatan ini tercela, di tausyiah dzuhur yg singkat itu (8 menit)  kupetikkan ayat 12 surat Al Hujurat.


Lebih lanjut ku kemukakan kpd jamaah tsb bahwa kalau mengoreksi ustadz atau imam, masalahnya langsung kpd ybs, bukan ghibah. Namun ada adabnya. 


Mengoreksi wilayah komunikasi, sdgkan mencela, mencacat condong ke wilayah ghibah.


Adab mengoreksi Imam, sdh jelas....diajarkan di pelajaran shalat yaitu; makmum laki2 mengucapkan "subhanallah", makmum perempuan sandi bunyi misalnya menepuk paha.


Bagaimana menegor ustadz keliru berceramah?? 


Ini juga wilayah komunikasi. Di dalam Al-Qur'an Allah memberi petunjuk ada 6 (enam) teknik berkomunikasi. Silahkan gunakan teknik2 tsb sesuai SIKONNYA. (betapa indahnya Al-Qur'an soal berkomunikasipun ada tuntunannya):


Enam teknik berkomunikasi tsb adlh:


1. secara "sadida" (al-Ahzab 70=

قَوْلًا سَدِيدًا

"ucapkanlah perkataan yang benar,"

berkomunikasi dg "kata yg benar". Utamanya kpd usia balita jangan menyampaikan "larangan", kemudian memberikan alasan penyebabnya yg tdk benar. Hanya sekedar menjawab untuk menakut nakuti. Banyak contoh di waktu kita masih kecil misalnya "kalau maghrib sgr berhenti main, nanti ditangkap hantu Wewe".


2. Komunikasi secara "karima" (Al-Isyra 23),

وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

"janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." ini sbtlnya perintah komunikasi buat orang tua. 

Akan tetapi anak2, banyak perilakunya sama dg manula.

Kata kuncinya tdk menggurui, komunikator memposisikan komunikan adalah orang yg harus dijaga perasaannya. Diusia menjelang remaja kadang si anak sdh merasa paling bisa. Ortu dlm memberikan arahan harus mulai hati-hati jangan terkesan menggurui. Ybs kadang tak terima, karena merasa sdh pintar, sdh mengerti. Salah2 berkomunikasi dicap ekstrim oleh mereka, Ortu dianggap sok usil, Kepo.


3. Komunikasi secara "ma'rufa" (Al-Baqarah 235),

إِلَّآ أَن تَقُولُوا۟ قَوْلًۭا مَّعْرُوفًۭا ۚ

"kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma'ruf".  

Petunjuk komunikasi ini dlm konteks pria dan wanita dlm proses PDKT. Dpt difahami model komunikasinya penuh ke-hati2 an dan kasih sayang.

Kata kuncinya perkataan baik, tidak menyakitkan hati. Kebijakan Ortu memilih cara memberikan larangan untuk menggunakan informasi atau anjuran apapun dg perkataan yg baik, tdk menyakitkan hati. Kalau punya kemampuan dg teknik lucu, berseloroh, shg ybs tak terasa sdg dinasehati.


4. Komunikasi secara "baligha"

(QS. An-Nisa': Ayat 63)

قَوْلًۢا بَلِيغًا

"perkataan yang membekas pada jiwanya." kata kuncinya mengerti lawan bicara, sampai dimana logikanya bgmn kondisinya. Kaidah ini penting agar pesan tersampaikan efektif dan manfaat. Anda tau betul perkembangan putra/putri anda sebab merawatnya sejak bayi. Anda harus tepat memilih cara berkomunikasi sesuai perkembangan kecerdasan ybs. Dekati dari hati ke hati.


5. secara "layyina".  (QS. Ta Ha: Ayat 44)

قَوْلًا لَّيِّنًا

"dengan kata-kata yang lemah lembut", petunjuk komunikasi ini sejatinya untuk Nabi Musa dan Nabi Harun thdp Fir'aun. Artinya adakalanya dlm berkomunikasi, komunikator memposisikan komunikan sbg atasan, shg dipilih kata2 yg meyakinkan. Berkata lemah lembut dg argumentasi yg logis, siap dg bukti. Bila perlu berikan contoh akibat buruk anak yg sering (ses. yg anda cegah) dan kesudahan sukses/baik anak yg menuruti (apa yg anda anjurkan).


6. secara "maysura" (QS. Al-Isra': Ayat 28)

فَقُل لَّهُمْ قَوْلًا مَّيْسُورًا

"katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah lembut." Kata kuncinya penuh pengertian dan taktis.

Seorang ibu nenghadapi perangai anaknya umur bawah 2 tahunan yg sama sekali ndak doyan makan sayur. Mulutnya ditutup rapat bila di sendok buburnya terlihat tercampur sayur.  Dokter wanti2 agar si anak hrs diberi makan sayur. Taktik si ibu ngiris sayur kecil2 dimasukkannya ke bubur. Ibu ini mengkomunikasikan kpd bayinya, ini bubur ada hijau2nya. Ternyata dimakan sesuai porsi oleh si anak dg semangat.


Naah kita sbg komunikator tinggal memilih teknik komunikasi apa yg harus diterapkan tergantung siapa komunikan kita. Disesuaikan situasi dan kondisi. Maha besar Allah memberikan kita petunjuk hidup termasuk bgmn berkomunikasi.


Smg kita dpt mengikuti petunjuk Allah agar selamat dunia alhirat.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 20

 Ramadhan 1442 H.

02 Mei 2021.

(780.05.21).

No comments:

Post a Comment