Monday 17 May 2021

MUDIK VIRTUAL.

Tradisi penduduk di banyak belahan dunia ini, di hari2 libur keagamaan "mudik", guna bertemu kembali dg sanak keluarga di kampung halaman.


Demikian juga kelaziman di negeri kita. Namun lebaran tahun 2021 ini karena pandemi Corona mudik dihindari.


Tapi kitapun bersyukur bahwa di kondisi tak bisa mudik, tak bisa berjabat tangan berjumpa phisik, Allah tlh kondisikan manusia temukan teknologi baru. Walau tidak dpt ber "tatap muka" kita dpt ber " tatap wajah" dan suara dg sarana "Virtual". Malah sekaligus dpt dialog antar keluarga berjauhan lokasi. Yg satu di Malang yg lain di Tuban, Semarang dan Jakarta bahkan antar pulau. Bertemu di satu layar, sambut omong dan melihat wajah.


Benar2 Allah selalu menyediakan kemudahan dlm kesulitan.


فَاِ نَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ۙ 

اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ۗ


"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,"


"sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."

(QS. 94 = Al-Insyirah ayat 5-6).


Demikianlah adanya selama kita masih di dunia, ternyata ke sanak saudara karib kerabat, masih ada sarana untuk dpt mengobat rindu melepas kangen. Berkat Allah menganugerahkan ilmu buat manusia, ditemukannya teknologi kimunikasi internet.


Tapi bagaimana halnya bila ibunda ayahanda tercinta sdh tiada, atau saudara baik adik, kakak tidak lagi beralamat didunia.  Kunjungan sekalipun virtual tak lagi dapat dilakukan.


Yang mungkin untuk dilakukan hanya berupa kunjungan spiritual yaitu dengan do'a. Kalau kita sdh meninggal, do'a anak2 kita yg shaleh dan shalehah-lah yg insya Allah dpt mengunjungi kita di alam kubur.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ


“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631).


Persoalannya adlh, bgmn kita mempersiapkan anak2 kita menjadi anak2 yg shaleh dan shalehah. Karena  anak2 anda   berpotensi beragam.


Al-Qur’an menginformasikan bahwa anak itu bagi ORTU berpotensi:


1.  Sebagai investasi. 

Potensi ini diinformasikan oleh Allah pada surat Yasin (surat ke 36)  ayat 12.


اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰ ثَا رَهُمْ ۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْۤ اِمَا مٍ مُّبِيْنٍ

"Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz)."


Yang kita tinggalkan di dunia ini, setelah kita meninggal, adalah harta kekayaan dan juga anak keturunan. Bekas-bekas yang kita tinggalkan ini akan tetap dituliskan untuk kita, bila bekas yang ditinggalkan tersebut digunakan melaksanakan ibadah, bekas yang kita tinggalkan itu bermanfaat untuk ummat. Jadi anak keturunan yang saleh dan shalehah akan menambah cacatan kebajikan kita walaupun kita telah tiada.


2. Sebagai pemicu kelalaian. Potensi anak dapat menjadikan orang tua lalai kepada Allah, karena saking sibuknya mencarikan nafkah untuk anak-anak mereka, bekerja tak kenal waktu untuk menggumpulkan harta guna menjamin masa depan anak. Kesibukan membuat orang tua tidak sempat ibadah, tidak sempat menjalankan perintah-perintah Allah dan bahkan ada juga demi menggumpulkan harta untuk keperluan anak, rela melakukan hal yang dilarang, seperti berbuat curang, mencari rezeki yang subhat dan menjurus ke haram. Anak2 tak sempat dididik menjadi shaleh dan shalilehah.  Diingatkan Allah dalam Al-Qur’an surat Al Munafikun (surat 63) ayat 9.

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَا لُكُمْ وَلَاۤ اَوْلَا دُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi."


3.Sebagai musuh. 

Potensi anak dapat menjadi musuh seperti diingatkan Allah kepada kita melalui ayat 14 dari surat Taghabun (surat 64), berbunyi :


يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنَّ مِنْ اَزْوَا جِكُمْ وَاَ وْلَا دِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَا حْذَرُوْهُمْ ۚ وَاِ نْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِ نَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu *, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."


[*]. Maksudnya: kadang-kadang isteri atau anak dapat menjerumuskan suami atau ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama. Nanti anak2 tdk menjadi anak2 yg shaleh dan shalehah yg bakal mem do'akan stlh ortu tiada.


4.Sebagai cobaan.

Surat At-Taghabun ayat 15 menyebutkan bahwa anak akan menjadi cobaan buat para orang tua.


اِنَّمَاۤ اَمْوَا لُـكُمْ وَاَ وْلَا دُكُمْ فِتْنَةٌ    ۗ وَا للّٰهُ عِنْدَهٗۤ اَجْرٌ عَظِيْمٌ

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar."


Tidak semua orang tua beruntung, mempunyai anak yang mudah diarahkan, mudah diatur. Kadang dapat anak yang maunya sendiri, orang tua berposisi “bagaikan ayam beranak bebek”. Induknya maunya mengiring anak jalan di daratan, sedang anak-anak pengennya bermain diair.  Kalau sudah begini orang tua betul-betul mendapat cobaan. Anak tdk menjadi anak2 yg shaleh dan shalehan. Berusa dan berdo'alah smg mereka diubahkan Allah, menjadi shaleh dan shalihah setidaknya stlh kita meninggal.


5. Sebagai pembela.

Anak2 menjadi anak2 yg shaleh dan shalehah berkat didikan ortu. Mereka mendo’akan orang tuanya baik masih hidup apa lagi sesudah mati. Do’a anak yang saleh dan shalehah diterima Allah. Sedangkan anak akan menjadi saleh bila sejak kecil sudah dibetuk. Allah memerintahkan kepada setiap anak untuk mendo’akan Ortu mereka seperti dinukilkan dalam Al-Qur’an ayat 24 dari surat Al-Isra. yang berbunyi.


 رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًا ۗ 

"Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil."


Semogalah kita menjadi orang-orang yang beruntung, masa tua dapat kita tutup dengan keberkahan usia, dapat dipergunakan semaksimal mungkin untuk beribadah kepada Allah S.W.T. sehingga berhak nantinya mendapatkan predikat Khusnul-Khatimah. Anak-anak keturunan kita menjadi saleh dan salehah. Orang tua kita yang telah berpulang kerahmatullah mendapatkan lindungan Rahmat Allah. 


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 3 Syawal 1442 H.

15 Mei 2021.

(793.05.21).

No comments:

Post a Comment