Tuesday 30 July 2019

Nilai Niat

Manusia tercipta dari unsur konkrit  dan abstrak, jasmani dan rohani. Di Jasad tertanam Roh. Di dlm Roh tersemai kalbu, nurani, perasaan.

Di jasad terpasang panca indra;
untuk mengetahui keadaan luar. yakni indra penglihat (mata), indra pendengar (telinga), indra pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba (kulit).

Di kalbu tertanam Akal dan Nafsu. Menggunakan Akal,  perasaan dpt dikendalikan. Pakai Akal dpt menilai sesuatu. Akal dpt memilah baik  dan buruk. Nafsu kelengkapan yg menyempurnakan manusia. Karena nafsu, manusia bersemangat. Karena nafsu, manusia berkarya berubah maju dan berbudaya.

Dlm setiap aktifitas selalu terlibat akal dan nafsu sblm suatu kegiatan direalisasikan. Nafsu pencetus keinginan, akal mempertimbangkan teknis pelaksanaan. Gabungan keinginan (produk nafsu) dan teknis pelaksanaannya (produk akal) tersinkron dlm niat. Niat kadang terucap lisan melalui lidah, kadang tetap tersimpan di dlm hati. Unsur konkrit manusia berupa jasadlah sbg eksekutornya.

Merealisasikan niat, dua unsur pembentuk manusia itu (jasmani dan rohani) hrs terlibat. Ibadah tak cukup hanya dg niat di dlm hati. Ibadah tak cukup hanya dg deklarasi di lisan.
Walau dikabarkan "niat ibadah saja, sudah tercatat satu kebaikan". Tapi bila niat baik saja kemudian di dlm niat itu terselip kecenderungan untuk tidak melaksanakannya (Allah mesti tau), bukankah yg dmk ini namanya "ngolok2".

Apalagi Allah yg maha tau yg ghaib dan yg nyata.  Manusia saja, thdp ucapan dan niat tak sungguh2 dapat menduga, dari menyimak intonasi kalimat, dari memperhatikan body language, dari melihat kedipan mata.

Sbg contoh (maaf kearifan lokal di kampungku).
Bila suatu keluarga lahir seorang bayi, beberapa hari mengundang tetangga jiran ba'da isya ke rumah sibayi untuk mengaji, membaca Al Qur'an. Kadang sampai 3 malam.
* bayi laki2 akan dibacakan surat Yusuf.
* bayi perempuan dibacakan surat Maryam.
Surat dibaca secara bergilir para undangan ngedar berkeliling shg semua kebagian.

Ktk malamnya akan dimulai pengajian tsb., shahibul hajat mengutus wakil, mengundang tetangga dari rumah ke rumah dg lisan. Pengundang berpakaian sopan dan dg kata tersusun baik, tak lupa sblmnya memberi salam. (Undangan model ini dianggap nilainya lbh afdhal serta menghargai dari pada tertulis).

Pengundang kadang menerima jawaban si terundang "إِن شَآءَ ٱللَّهُ", tapi dari tekanan nada "إِن شَآءَ ٱللَّهُ", roman muka dan bahasa tubuh si terundang, si utusan pengundang dpt menduga si terundang hadir atau tidak.
Kebanyakan dugaan ini benar, apalagi bila yg diundang ndak pandai atau tak lancar baca Al-Qur'an ketara إِن شَآءَ ٱللَّهُ yg dijawabkannya ke pengundang.
Beda lagi kalau undangan kenduri, إِن شَآءَ ٱللَّهُ nya bgt tegas dan meyakinkan.
Dmkn analog dg contoh di atas bgt erat korelasi ucapan hati dan perbuatan. Dpt qt liat seruan Allah di surat As-Saff ayat 2 dan 3 berikut:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?"

كَبُرَ مَقْتًا  عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ

"(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan."

Semua amal harus dengan berniat. Nilai amal tergantung niat.

ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Niat baik, walau tak terlaksana sdh mrpkn kebaikan.
Kesungguhan niat إِن شَآءَ ٱللَّهُ akan Allah bantu merealisasikannya.

Demikian, semoga kiranya ada manfaatnya. Wain yakun shawaban faminallah. wain yakun khatha an faminni wa minasyaithan. Wallahu warasuluhu barii ani minhu.  (Dan sekiranya benar, maka itu datangnya dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti itu datangnya dari diriku sendiri (yang lemah ini) dan dari syaithan. Mohon maaf oleh karenanya.
Wallahu ‘alam bishawab. Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment