Monday 8 July 2019

KEBERANIAN dan KEBENARAN

Ada pepatah cukup populer “Berani karena benar, takut karena salah”. Pepatah ini ada kalanya benar, tetapi dalam konteks tertentu malah sebaliknya, salah.

Dikisahkan dalam suatu kebijakan, seorang memutus perkara: “perihal dua orang ibu bersengketa seorang bayi”. Masing-masing ibu mengaku bahwa bayi itu miliknya. Singkat kisah ketika dibawa ke Pemutus Perkara, diputuskan si bayi dibelah dua. Salah seorang ibu dengan spontan menerima keputusan itu, dia kberani melihat kenyataan sibayi dibelah dua. Sementara ibu yang satunya lagi, tidak berani melihat kenyataan sibayi dibelah dua dan menyatakan rela bayi itu diserahkan ke ibu yang berani itu.

Hakim justru memutuskan bahwa ibu yang tidak berani itulah yang berhak atas bayi yang disengketakan itu. Dalam hal ini “berani karena salah”, “takut karena benar”

Di suatu pengadilan primitif  darurat di pedalaman kampungku Kalimantan Barat bagian selatan sana, konon dahoeloe,  pernah terjadi Petinggi Adat setempat memutuskan perkara dua orang bersengketa dengan keberanian memegang bara. Dua orang bersengketa atas kepemilikan sesuatu barang, masing-masing pihak mengaku bahwa barang itu miliknya, dengan mengemukakan sejumlah bukti-bukti dan ciri serta asal usul barang dan juga tidak ketinggalan saksi. Karena kedua belah pihak punya bukti yang sama kuat, punya saksi yang sama banyak, punya argumentasi yang sama meyakinkan, maka Petinggi Adat setempat memutuskan untuk ditempuh cara adu berani. Caranya ialah dengan membakar sepotong “kayu LEBAN”(sejenis kayu keras biasa digunakan sbg bahan Arang setrikaan). Setelah kayu tersebut merah membara diminta kepada kedua orang yang bersengketa untuk memegang “bara kayu LEBAN”. Diyakini bahwa siapa yang berada di pihak benar,  memegang “bara kayu LEBAN itu”  dengan tidak mengakibatkan tangannya luka bakar. Sedangkan pihak yang hanya mengaku-ngaku maka ketika memegang kayu akan menjerit kesakitan,  tangannya akan luka bakar serius.

Kedua orang yang bersengketa didudukkan dalam suatu majelis disaksikan para pemuka masyarakat  pada upacara ritual pemutusan perkara dilangsungkan.

Akan terlihat ketika bara sudah siap, siapa yang lebih percaya diri akan kebenaran dirinya terlihat dari bahasa tubuh masing-masing. Sejak itu petinggi pemutus perkara mestinya sudah dapat menarik kesimpulan barang sengketa sesungguhnya milik siapa. Sebab yang bersalah sejak bara hampir siap, sudah mulai salah tingkah dan sekujur tubuhnya sudah mengeluarkan keringat karena ketakutan dan wajahnyapun pucat pasi, senyumnyapun terpaksa. 

Mulut dimana di dlmnya ada lidah (di dunia ini), dapat berdusta. Lidah sanggup memutar balik fakta. Anggota tubuh yg lain, seperti mata, bibir, tangan, hidung, telinga,  kaki dan bahkan  kulit, sejak di dunia inipun sulit untuk dpt diajak berbohong.  Contoh kasus diatas, pihak yg bersalah matanya tak kan dpt berbohong, melihat sayu ke bara yg sdh hampir jadi. Bibir tersenyum hambar, tangan bergoncang gemetar tak wajar. Dahi mengercit nyinyir khawatir. Kulit mengeluarkan keringat deras.

Sebetulnya seblm bara dipegang, Petinggi Adat sdh dpt memutus perkara. Namun acara ritual ini juga tetap dilaksanakan, benar saja pihak yang benar tangannya tidak apa-apa dan pihak yang salah baru saja memegang bara langsung menjerit kesakitan. Disini benar pepatah di atas, “Berani karena benar, takut karena salah”

Apalagi pengadilan di akhirat nanti seluruh anggota tubuh menjadi saksi tentang semua perbuatan pemilik tubuh. Diinformasikan Allah dlm Al-Qur"an:
اَلْيَوْمَ  نَخْتِمُ عَلٰۤى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَاۤ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا  يَكْسِبُوْنَ
"Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan."
(QS. Ya-Sin ayat 65)

وَقَالُوْا لِجُلُوْدِهِمْ لِمَ شَهِدْتُّمْ عَلَيْنَا   ۗ  قَالُوْۤا اَنْطَقَنَا اللّٰهُ الَّذِيْۤ اَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَّهُوَ خَلَقَكُمْ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
"Dan mereka berkata kepada kulit mereka, Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami? (Kulit) mereka menjawab, Yang menjadikan kami dapat berbicara adalah Allah, yang (juga) menjadikan segala sesuatu dapat berbicara, dan Dialah yang menciptakan kamu yang pertama kali dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan."
(QS. Fussilat ayat 21)

يَّوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ  اَلْسِنَـتُهُمْ وَاَيْدِيْهِمْ وَاَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
"pada hari, (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan."
(QS. An-Nur ayat 24)

Demikian ikhtiar menilai kebenaran di dunia ini. Sedikit agak tergambar. Namun kadang di dunia ini yg benar menjadi salah, yg salah menjadi benar. Kebenaran akhiratlah yg maha benar. Sampai ketemu disana nanti.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment