Saturday 6 July 2019

Serba MUKA

Dasa muka, adalah tokoh pewayangan, dianya punya sepuluh muka. Tentu tokoh ini tidak ingin mencari muka satu lagi untuk muka yang kesebelas. Entah kenapa, manusia yang sudah punya satu muka masih ada yang merasa kurang cukup, masih perlu mencari muka lagi.

Rupanya itu hanya kata kiasan untuk orang yang berbuat sesuatu ingin dianggap baik oleh orang lain, biasanya orang lain tersebut atasan yang bersangkutan atau orang yang dianggapnya penting yang dapat menentukan nasib "pencari muka". Banyak kata yang bila ditautkan dengan kata “muka” punya arti yang mengesankan, antara lain:

"Bersemuka", artinya dikonfrontir, dua orang sama-sama dihadapkan untuk dimintai keterangan agar saling tidak dapat mengelak. Biasanya digunakan untuk menjernihkan atau menjelaskan suatu perkara, bilamana ada dua orang atau lebih, ketika diminta keterangan tentang sesuatu, masing-masing orang memberikan keterangan yang berbeda.

"Bermuka dua", artinya seseorang yang berada di dua pihak yang bermusuhan, si "bermuka dua" memainkan peranan ganda, di satu pihak seolah-olah ia berpihak demikian juga dipihak yang lain juga seolah-olah dia berpihak.

"Kehilangan muka", untuk menggambarkan keadaan seseorang bahkan sebuah keluarga besar mengalami malu yang teramat sangat. Misalnya diungkapkan “keluarga kami kehilangan muka”. Contoh ekstrim, undangan sudah pada datang, penghulu sudah siap, ternyata pengantin pria yang ditunggu-tunggu tidak hadir. Betapa keluarga mempelai wanita kehilangan muka mendapat malu dihadapan banyak orang.

"Dikemukakan". Sesuatu yang diutamakan untuk dibicarakan. Dapat juga berarti menyampaikan seperti dalam kontek kalimat “Seperti pendapat yang dikemukakan oleh si fulan”.

"Terkemuka". Orang terpandang dalam artian terpandang yang baik, karena jabatan, karena kemampuan yang bersangkutan yang bermanfaat untuk orang banyak. Dalam hal terkenal untuk hal yang tidak baik, misalnya koruptor kakap triliunan rupiah, mereka tidak dapat disebut “koruptor terkemuka”.

"Tidak punya muka". Diungkapkan untuk orang yang tak tau malu, mirip dengan “Tebal muka”. Kini sudah banyak orang “terkemuka” yang “tidak bermuka” atau “tebal muka”.

"Membuang muka". Digunakan untuk orang yang bila ketemu dengan seseorang, tidak bersedia melihat wajah orang tersebut, walau berpapasan di jalan. Mukanya dipalingkan ke lain arah, tidak dihadapkan kepada orang yang bertemu ketika berpapasan. Kedua orang tadi semula adalah kenal dekat, tetapi karena sesuatu perselisihan tak terselesaikan jadi berseteru.

"Setor muka", artinya hadir. Biasanya untuk suatu acara yang dilaksanakan oleh seseorang yang dianggap penting, agar yang bersangkutan (orang penting itu) mengetahui bahwa si penyetor muka telah datang. Biasanya penyetor muka, setelah terlihat oleh pengundang langsung pulang.

"Setor muka" dengan "cari muka" maknanya hampir sama, mungkin kalau dicari batas pemisah perbedaannya, “cari muka” punya konotasi mengharapkan penilaian baik dan punya interes yang sangat kuat. Sedangkan "setor muka" hanya melepaskan kewajiban atau kewajaran tidak terlalu berharap sesuatu penilaian baik, pokoknya dia sudah lihat saya hadir; “ndak enak waktu pesta anak kita menikah mereka datang ”, demikian alasan "penyetor muka". Ekstrimnya "Cari Muka" kadang oleh orang2 yg beseberangan dengannya disebut "Penjilat" ada juga mengistilahkan "Bermuka Dua".

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebut itulah orang yang bermuka dua (al-wajhain) dan itu adalah manusia paling buruk, seperti disebutkan di dalam hadits:

إِنَّ شَرَّ النَّاسِ ذُو الْوَجْهَيْنِ الَّذِي يَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ وَهَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ

Artinya: “Manusia yang paling buruk adalah orang yang bermuka dua, yang mendatangi kaum dengan muka tertentu dan mendatangi lainnya dengan muka yang lain.” (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Model orang "bermuka dua", Allah SWT berfirman:

وَاِذَا لَقُوْا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْاۤ اٰمَنَّا  ۚ  وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ  قَالُوْاۤ اِنَّا مَعَكُمْ ۙ  اِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ
"Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, Kami telah beriman. Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok."
(QS. Al-Baqarah ayat 14)

Orang2 yg "bermuka dua" dan "penjilat", mereka tergolong orang munafik (sebab tak satunya hati dengan kata dan sikap/perbuatan).
Orang munafik memperlihatkan sikap dan sifat yang mendua.

Ancaman orang2 munafik banyak tersebar di Al-Qur'an salah satunya:
وَعَدَ اللّٰهُ الْمُنٰفِقِيْنَ وَالْمُنٰفِقٰتِ وَالْـكُفَّارَ نَارَ جَهَـنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا   ۗ  هِيَ حَسْبُهُمْ  ۚ  وَلَـعَنَهُمُ اللّٰهُ   ۚ  وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّقِيْمٌ 
"Allah menjanjikan (mengancam) orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan Neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah (neraka) itu bagi mereka. Allah melaknat mereka; dan mereka mendapat azab yang kekal,"
(QS. At-Taubah ayat 68).

Masalahnya orang2 munafik mungkin tak percaya adanya Neraka Jahanam.

Smg kita semua terjauh dari sifat orang2 munafik. Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment