Thursday 11 July 2019

TAUFIK dan HIDAYAH

Sering kita dengar kalimat Taufik dan Hidayah “wabillahi taufik wal hidayah”. Dimana kata “taufik”, mendahului kata “hidayah”. Sebetulnya yang manakah lebih dahulu didapat manusia, “Taufik atau Hidayah”.

Sesudah shalat sunat Isya di suatu masjid, beberapa orang menghampiri diriku di tempat pengimaman, mereka menanyakan hal-hal untuk melengkapi catatannya. Agaknya mereka begitu serius mengikuti ceramahku (setelah shalat Magrib sampai waktu Isya). Rupanya masing-masing mereka ada yang terlewat mencatat point-point ceramahku berthemakan “Hidayah” itu. Ku-uraikan ada 5 kelompok manusia menyikapi Hidayah yaitu:

Kelompok pertama; orang yang menyambut hidayah.

Kelompok kedua; orang yang menolak hidayah.

Kelompok ketiga; orang yang mencari hidayah.

Kelompok keempat; orang yang menunggu hidayah. 

Kelompok kelima; orang yang menunda hidayah.

Salah seorang diantara jamaah bertanya agak lain, bukan untuk melengkapi point ceramah rupanya, tapi mempertanyakan apa perbedaaan hidayah dengan taufik. Tentu tidak dapat dijelaskan berpanjang kalam, lantaran begitu selesai shalat sunat Isya dan jeda memberikan kesempatan sebagian jamaah berdzikir dan berdo’a sebentar, Marbot masjid mulai mematikan sebagian lampu. Masjid yang sanggup menampung jamaah 2000 orang lebih itu (penuh jika hari Jum’at) terletak di pinggir jalan raya, karenanya untuk keamanan, seusai shalat Isya pintu masjid sampai pagar halaman, juga harus terkunci, baru dibuka kembali menjelang subuh.

Hidayah antara lain seperti dapat disimpulkan dari salah satu ayat yang menjelaskan Hidayah surat Al-An’am 125.
فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِ ۚ  وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَآءِ ۗ  كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
"Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman."

Bahwa hidayah itu datang dari Allah dan tak seorang manusiapun termasuk Rasulullah Muhammad SAW tak akan dapat memberikan Hidayah itu, walau kepada Paman yang sangat dia kasihi dan sangat mengasihi beliau.
Itulah sebabnya kucoba menguraikan lima kelompok manusia menyikapi hidayah itu. dengan mengambil referensi, sekaligus membacakan bahasa aslinya dari Al-Qur’an yang tersedia di mimbar, dari surat Al-An’am 125 tsb di atas.

Hidayah adalah petunjuk datang dari Allah berupa keterbukaan hati untuk menerima kebenaran agama Allah. Begitu pula bila Allah tidak berkehendak memberikan hidayah kepada seseorang, maka akan tertutup hatinya untuk menerima kebenaran agama Allah. Membuka hati seseorang dan menutup hati seseorang adalah hak mutlak Allah yang tidak didelegasikan kepada manusia siapapun. Manusia hanya sebatas berupaya menjadi sarana membawakan kunci pembuka pintu hati seseorang menerima hidayah.  Terbukalah hati itu bila dikehendaki Allah dan tetap tertutup jika Allah tak menghendaki.
HIDAYAH ADALAH PETUNJUK YANG MASUK KE DALAM HATI UNTUK MENERIMA KEBENARAN.

Itulah sebabnya AGAMA ISLAM  DIDAKWAHKAN TIDAK  DENGAN PEMAKSAAN. Ajakan memeluk Islam TIDAK DENGAN IMING2 harta atau jabatan atau apapun. Jelas sekali panduannya dlm Al-Qur'an; Al-Baqarah 256;
لَاۤ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ
"Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam)".

Makanya ada kita saksikan kenyataan seorang da'i kondang yg Ayahnya sendiri blm ber Islam. Walau si ayah mendukung bahkan memfasilitasi dakwah anaknya. Bagaikan paman Nabi Muhammad SAW yg disinggung sedikit di atas.

Adapun “taufik” mungkin dapat dijadikan referensi surat Annisa ayat 35.

وَاِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوْا حَكَمًا مِّنْ اَهْلِهٖ وَحَكَمًا مِّنْ اَهْلِهَا  ۚ  اِنْ يُّرِيْدَاۤ اِصْلَاحًا يُّوَفِّـقِ اللّٰهُ بَيْنَهُمَا  ۗ  اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا خَبِيْرًا
"Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya (juru damai itu) bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 35)

Taufik adalah petunjuk Allah, berupa aktivitas bagaimana  yang harus dilakukan oleh penerima hidayah. Misalnya seseorang sudah mendapat hidayah menerima kebenaran agama Allah, lantas taufik adalah petunjuk buat yang bersangkutan bagaimana menjalankan segala kegiatan untuk merealisasikan hidayah yang telah diterima itu, berupa ibadah-ibadah yang harus dilakukan, akhlak seseorang yang sudah menerima hidayah serta perilaku yang bersangkutan setelah menerima hidayah.

Ayat diatas, setelah dilakukan upaya berupa penunjukkan hakam (juru damai) dari kedua belah pihak yang arif dan adil, maka Allah akan memberikan taufik yaitu petunjuk langkah-langkah penyelesaiannya yang mesti ditempuh atas sengketa kedua suami  istri itu.
• HIDAYAH KETERBUKAAN HATI MENERIMA KEBENARAN DARI ALLAH  DAN
• TAUFIK ADALAH PETUNJUK UNTUK MEREALISASIKAN HIDAYAH.

Kalau begitu Hidayah lebih dahulu diterima manusia dari pada Taufik.

Tapi bukan tak mungkin seseorang belum dapat hidayah, tetapi dianya lebih dahulu mendapat petunjuk melakukan kegiatan-kegiatan kebaikan. Ybs. berakhlak baik, santun dan tindakan-tindakannya terpuji, berarti ybs. mendapat Taufik lebih dahulu. Semoga yang disebut terakhir disusul mendapatkan Hidayah, sehingga mendapat kebaikan dunia dan akhirat. Wallahuu ‘alam bishawab. Barakallahu fikum.
Wain yakun shawaban faminallah. wain yakun khatha an faminni wa minasyaithan. Wallahu warasuluhu barii ani minhu.  (Dan sekiranya benar, maka itu datangnya dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti itu datangnya dari diriku sendiri (yang lemah ini) dan dari syaithan. Mohon maaf oleh karenanya.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment