Saturday 13 July 2019

Harapan ORTU

Orang tua, sekalipun dianya tidak baik-baik amat, pastilah di dalam hatinya ingin anaknya kelak lebih baik dari dirinya dalam berbagai hal, dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Oleh karena itulah setiap orang tua (yang normal), siap berkorban tenaga dan fikiran serta pembiayaan, untuk anaknya menjadi lebih baik tersebut.

Seorang ayah mengantarkan anak lelakinya  ke sebuah pesantren yang cukup terkenal, sejak anaknya masih usia baru di atas sepuluh tahun setamat sekolah dasar. Tentu harapan dikandung hati si ayah, agar kelak anaknya menjadi manusia yang berilmu pengetahuan tinggi untuk keperluan dunia dan mempunyai pengetahuan agama yang mumpuni untuk bekal ke-akhirat, sebab PESANTREN sekarang dibekali KEDUA SISI ILMU  tersebut.

Setelah mondok di pasentren dua semeter, si anak yang sudah tumbuh dewasa itu pulang sebentar ke kediaman ortunya pas libur. Setiap subuh si ayah mengecek ke kamarnya, ingin mengetahui si anak apakah shalat ke masjid, sbgmn tentunya di Pesantren.
Disain kamar belum berubah, sama ketika si bocah sblm nyantri, yaitu antara kamar ortu dan kamar si anak dipisahkan oleh kamar mandi yang dapat dipergunakan oleh dua kamar. Kamar ortu dapat dikunci dari dua sisi, sementara kamar anak hanya dapat dikunci dari kamar mandi, sehingga ortu dapat masuk ke kamar anak sewaktu-waktu untuk mencek, ketika ybs masih anak-anak dulu.

Sblm azan subuh si ayah akan berangkat ke masjid dekat rumah, didapatinya anak tidak ada lagi ditempat tidur. Besar juga hati ayah, tentu dia sudah ke masjid.

Herannya di masjid tidak kelihatan, tapi pikir si ayah mungkin di masjid lain, maklum kota mereka banyak sekali masjid dengan lokasi yang tak berjauhan.

Belum usai masa libur, akhirnya terbuka rahasia, kalau subuh si anak tidak ada di atas tempat tidur, rupanya "muda-belia bakal cebolan pesantren" yang satu ini, begitu hampir azan subuh pindah tidur ke kolong ranjang.

Ayah dan Bunda ber istighfar sambil mengelus dada. Betapa dua semeter di pesantren blm sanggup mengubah tabiat calon penerus generasi mereka.

Mereka sadar bahwa hal ini kasuistis. Tidak semua santri dididik disiplin pesantren sdh dua semeter spt anak mereka, berperangai malas shalat subuh berjamaah.
Buktinya anak teman mereka yg sesama pulang libur, benar2 tlh jadi pemuda masjid selama pas pulang kampung.
Tentu di pesantren diajarkan; bahwa kaum lelaki shalat2 wajibnya berjamaah di masjid atau mushalla.

Kalau kita bukan di komplek pesantren setidaknya shalat isya dan subuh berjamaah di masjid dekat rumah. Sebab umumnya waktu subuh kita belum brangkat mencari rezeki. Waktu isya kebanyakan udah nyampe di rumah. Itu barangkali bgt utamanya isya + subuh berjamaah dimasjid sampai ada hadist:
Sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Sayidina Utsman bin Affan, dia berkata bahwa Nabi Saw bersabda;

مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ

“Barangsiapa melaksanakan shalat Isya’ secara berjamaah, maka dia seperti telah melaksanakan shalat malam selama separuh malam. Dan barangsiapa melaksanakan shalat Shubuh secara berjamaah, maka dia seperti telah shalat seluruh malam.”

Tentunya sbg Ortu tak boleh patah semangat mengarahkan juriat titipan Allah kpd mereka, agar taat beragama, karena Allah ingatkan:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ  نَارًا
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka"

Selain itu salah satu potensi anak setlh kita dialam barzah adalah sbg penolong dg do'a mereka pabila mereka menjadi anak yg shaleh dan shalehah.
Setidaknya setiap usai shalat  dia berdo'a:
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
Rabbighfir lī, wa li wālidayya, warham humā kamā rabbayānī shaghīrā.
Artinya, "
Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil."

Do'a mereka akan membantu Ortu di alam kubur, bahkan terakumulasi menjadi peningkatan drajat Ortu di surga kelak.

Tentu setiap ORTU menaruh harapan kelak di akhirat masih tetap berkumpul dlm kebahagian di akhirat nanti bersama istri dan anak cucu seperti di janjikan Allah

وَالَّذِيْنَ  اٰمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِيْمَانٍ اَلْحَـقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَاۤ  اَلَـتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَيْءٍ ۗ  كُلُّ امْرِیءٍۢ بِمَا كَسَبَ رَهِيْنٌ
"Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya."
(QS. At-Tur ayat 21).

Contoh di atas ikhtiar menjadikan anak shaleh/shalehah bermedia pesantren. Membina anak menjadi agamis dan qur'ani, tidak mesti melalui pesantren. Meskipun dg pendidikan umum, asalkan Ortu menambah dg pendidikan agama, belajar membaca dan mengkaji Al-Qur'an; isya Allah anak kan tumbuh menjadi agamis dan Qur'ani. Yg lbh  penting memberikan contoh dg perbuatan. Ayah ibu Ahli shalat, akrab dg Al-Qur'an. Kalaupun anak2 agak melenceng semasa muda, insya Allah ndak terlalu jauhlah, dan insya Allah masa tuanya kan insyaf. Terbayang dimata mereka bgmn kita ketika masih hidup, membangunkan shalat subuh, mengajaknya kemesjid. Didengarnya kita hari2 membaca Al-Qur'an walau hanya bbrp menit.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi..

No comments:

Post a Comment