Monday 22 July 2019

Telur ASIN NYELIP di hati

Hari ke tujuh almarhum dikebumikan, menu akan dihidangkan tahlilan "Rawon", lengkap dg asesorisnya diantara sebelah telur bebek asin. Hari pertama dan ketiga tetangga hadir 27 orang. Makanya disiapkan 13 butir telor utuh plus sebelah yg sdh terbelah disimpan rapi di dlm kulkas. Yg sebelahnya rupanya sekalian dicicipi perancang saji guna pastikan kualitas telur asin bakal tamu ssdh ashar nanti.

Pas makan siang, anak bungsu dari 8 bersaudara anak almarhum, sembari makan siang, dg lauk pauk yg mestinya cukup meriah, iseng mbuka kulkas. Didapatinya ada telur asin "nyeleneh" diantara sekumpulan telur asin. Tanpa usul si telur asin sebelah sekejap pindak ke piring si bungsu "pas asinnya pikirnya" sambil nyuap nasi di piring.

Menjelang ashar peramu saji "kakak tertua si bungsu" mulai ngatur adik2nya nyiapkan menu rawon. Ada yg bagian memanaskan, ada bagian nata piring, yg siapkan asesoris seperti bawang goreng, kecambah, cabe uleg, krupuk. Giliran si kakak buka kulkas untuk penyempurna terakhir menu rawon dg belahan telor asin.

Bgt kaget si kakak sebelah telur asin sdh raib. 13 telur kan bila dibelah hanya dpt 26, sdgkan persiapan piring 27. Dia tanyakan siapa yg iseng menyenbunyikan yg sebelah. Si bungsu dg tenang nyahut "saya tadi ambilnya buat lauk makan siang".

Kakakpun merepet panjang lebar, betul juga si... si kakak dirumah itu ndak kurang lauk lain, ikan laut, ayam goreng, dan aneka sayur. Ee kenapa telur sebelah itu yg dihajadkan. Sempat ditengahi bunda dan saudara yg lain, "kan tinggal ganti telor bebek lain, walapun ndak asin, karena beli ke pasar sdh tutup penjual telur pasar tradisional banter buka sampai pkl 13.00.
Mesin marah kakak sdh terlanjur starter ndak kan berhenti hanya disaran saudara2nya yg lbh muda. Dia baru diam kalau sdh puas marahnya.
Kakak puas stlh marah tapi si bungsu TELUR ASIN ITU MENYELIP DIHATINYA sampai kini walau sdh 25 tahun lbh. Trauma buatnya bila melihat telur asin yg sdh terbelah, apalagi disimpan dlm kulkas.

Cerita lain ttg telur bebek asin.

Dua bersaudara di suatu kota, mengenang almarhum ortu 30 tahun lalu, ngengon bebek alabio sampai ratusan ekor. Belakangan coba2 pelihara bebek lagi di pekarangan rumah. Baru ada belasan ekor, lumayan tiap pagi kini sdh mulai panen 5 sampai 6 butir. Ternak dikelola besama kakak tertua dan adik yg paling bungsu. Sepakat telur diasinkan. Lain lagi ceritanya dg yg dikisahkan di atas tambahan rawon. Si kakak yg sdh lama pensiun itu, mengatur adiknya si bungsu, anak, mantu dan cucunya serta dia sendiri hanya boleh makan telur asin 2 hari sekali dg porsi sebelah.
Sementara telur asin yg lainnya oleh kakak di sedekahkan ke orang, tetangga dan sahabat2nya.

Si bungsu heran dg kebijakan kakak, tapi dia tersadar atas anjuran agama ttg harta itu yg jadi milik kita sesungguhnya hanya bila harta itu disedekahkan, bakal kita dapati di akhirat sana.

Namun perlu diingat, kakak dan si bungsu bahwa urutan menyedekahkan harta itu ada lima:

Urutan pertama kpd kerabat dekat termasuk ortu, anak, istri dan saudara2.
Urutan kedua, anak yatim
Urutan ketiga, orang2 miskin
Urutan keempat, musafir
Urutan kelima, peminta-minta.
 وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ ۙ  وَالسَّآئِلِيْنَ
(QS: Al-Baqarah 177).

Untuk kakak tsb terakhir, barangkali urutan menyedekahkan harta ayat di atas dpt jadi rujukan.

Bagi kakak perancang saji di kisahkan di awal tulisan. Mungkin kedepan dpt mengendalikan amarah, sebab pihak yg terkena marah akan mengenang seumur hidup, walau sdh dimaafkan tapi luka dihati tetap membekas. Oleh karena itu  Nabi Muhammad berwasiat:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ : أَوْصِنِيْ ، قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” [HR al-Bukhâri].
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment