Saturday, 22 March 2025
Yang BERJENGGOT Lebih Berhak
Edisi Ramadhan.
Oleh: M. Syarif Arbi
No: 1.313.13.03-2025
Di beberapa masjid di perkotaan, penunjukan imam tetap secara resmi di angkat dengan surat keputusan pengurus masjid, diberikan honor. Imam tetap yang ditunjuk, memenuhi syarat2 menjadi imam. Antara pengurus masjid dan imam rawatib yang terpilih, diikat perjanjian berkala (misalnya setahun). Terbuka kemungkinan salah satu pihak mengakhiri perjanjian atau memperpanjang di periode berikutnya.
Namun ada juga masjid yang tidak secara resmi menetapkan imam rawatib, sehingga yang maju menjadi imam atas dasar kebiasaan saja. Misalnya pas adzan sudah berlalu tinggal nunggu iqamah, si muadzin tolah-toleh, kemudian majulah seseorang yang biasanya jadi imam.
Umumnya ada beberapa orang yang biasanya jadi imam, sebutlah misalnya Pak “A” pak “B” dan Pak “C”. Sering kali terjadi ketiga imam yang biasa mengimami satupun tidak hadir, disituasi seperti inilah terjadi saling tunjuk antar Jemaah.
Seorang jamaah senior (sebut saja Pak “D”), terbiasa juga jadi imam, sayangnya terakhir ini sudah udzur (sudah kurang kuat berdiri). Ketika timer iqamah di "running text" sudah kurang beberapa menit lagi, pak “D” mendekati dua orang jamaah yang ditenggarainya memenuhi syarat jadi imam. Dua orang tersebut saling mempersilahkan, salah satu diantaranya menjawab “YANG BERJENGGOT LEBIH BERHAK”.
Jamaah yang berjenggot tak punya pilihan, maju menjadi imam, walau tadinya mempersilahkan bapak yang tidak berjenggot, sebab beliau lebih senior.
Kondisi seperti diatas, dimana masjidnya setiap shalat 5 waktu, selalu berkumandang adzan, jamaah tidak kurang dari tigapuluhan orang diwaktu shalat zuhur dan ashar, shalat maghrib mendekati seratus jamaah, walau shalat isya dan subuh jamaahnya menyusut. Kiranya masjid2 seperti tersebut dalam kisah diatas, pantas disarankan mengangkat imam rawatib secara resmi bila dimungkinkan dengan model seperti disebutkan diawal tulisan.
Bersyukur; bahwa agama Islam telah mengatur secara rinci seluruh sisi kehidupan ummatnya, mulai dari bangun tidur sampai ke tidur lagi, termasuklah persoalan menentukan imam shalat (walau soal jenggot tidak dimuat). Namun boleh dijadikan alasan untuk memilih, seperti halnya yang paling rapi pakaian, yang paling baik fostur tubuhnya pokoknya yang paling ……… (berjenggot mengikuti sunnah Rasulullah).
Sebetulnya telah tersedia aturannya dalam agama islam tentang imam shalat, tinggal mengikuti saja. Beberapa kriteria-kriteria tertentu yang perlu diperhatikan dalam menuntukan imam rawatib di suatu masjid. Sebagai rujukan mari kita perhatikan hadist Rasulullah Saw:
وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَأَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ كِلَاهُمَا، عَنْ أَبِي خَالِدٍ، قَالَ أَبُو بَكْرٍ : حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ رَجَاءٍ، عَنْ أَوْسِ بْنِ ضَمْعَجٍ، عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ، قَالَ :قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ فَإِنْ كَانُوا فِي الْقِرَائَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ فَإِنْ كَانُوا فِي السُّنَّةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً فَإِنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا، وَ فِي رِوَايَةٍ: سِنًّا، وَلاَ يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِهِ وَلاَ يَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلاَّ بِإِذْنِهِ. [رواه مسلم]
Rasulullah SAW bersabda: “Yang mengimami suatu kaum, hendaklah yang paling baik bacaan kitab Allah (Al-Quran) nya. Jika di antara mereka itu sama, maka hendaklah yang paling tahu tentang sunnah, dan apabila di antara mereka sama pengetahuannya dalam Sunnah, hendaklah yang paling dahulu berhijrah, dan apabila di antara mereka sama dalam berhijrah, hendaklah yang paling dahulu memeluk Islam. Dalam riwayat lain disebutkan “Yang paling tua usianya. Janganlah seorang maju menjadi imam shalat di tempat kekuasaan orang lain, dan janganlah duduk di rumah orang lain di kursi khusus milik orang tersebut, kecuali diizinkan olehnya”. (HR.Muslim No: 673).
Semoga masjid2 di negeri kita yang mayoritas pemeluk agama Islam, dimana ummatnya boleh ikutan shalat di masjid mana saja, ketika ikut berjamaah memperoleh imam yang “Kapabel”.
للَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ
.سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون
وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن
Jakarta, 21 Ramadhan 1446H, 21 Maret 2025
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment