Tuesday, 11 March 2025
KEPINGAN HATI
Edisi Ramadhan.
Oleh: M. Syarif Arbi
No: 1.307.07.03-2025
Hati Nurani diartikan sesuatu yang abtrak, besar sekali peranannya dalam menentukan perilaku kehidupan seseorang. Begitu lahir manusia dibekali oleh Allah dengan tiga sarana yaitu: Pendengar, Penglihatan, dan hati Nurani.
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ٧٨
hati Nurani (الْاَفْـِٕدَةَۙ) dikonotasikan menghasilkan perilaku yang baik, dengan hati Nurani, seseorang memiliki welas asih sesama. Dengan hati Nurani orang tidak tega untuk menganiaya, menipu, membunuh orang lain. Pada pokoknya dengan hati Nurani sesorang tidak tega berbuat yang tidak baik kepada orang lain. Sebab sejatinya manusia sejak terlahir adalah “Fitrah”, atau baik. Mungkin itulah sebabnya begitu lahir salah satu anugrah Allah buat manusia الْاَفْـِٕدَةَۙ (hati Nurani).
Selanjutnya seorang anak manusia sejalan dengan bertambahnya usia, diiringi pengalaman hidup, masalah hidup, kebutuhan hidup, keinginan2 dalam hidup maka kepada manusia diberikan ilham dalam jiwanya jalan yang tidak baik (fasik) dan jalan kebaikan (taqwa).
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَىٰهَا (Asy-Syams ayat 8)
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya”
Diibaratkan uang logam maka jiwa manusia itu punya dua sisi yaitu sisi فُجُورَهَا (kedurhakaan) dan sisi تَقْوَىٰهَا (taqwa). Dengan dimilikinya “jalan yang tidak baik (kedurhakaan)” itu maka manusia yang menggunakan jalan tersebut condong melakukan perbuatan dosa, antara lain dosa2 tersebut terdiri dari:
1. Niat buruk: Misalnya, berniat untuk melakukan sesuatu yang salah atau tidak baik terhadap orang lain, meskipun tindakan tersebut belum terlaksana.
2. Hasad atau iri hati: Merasa dengki terhadap keberhasilan atau kebahagiaan orang lain.
3. Takabur (sombong): Merasa lebih baik daripada orang lain, yang muncul dari dalam hati.
4. Riya’ (pamer): Melakukan sesuatu untuk dilihat orang lain, bukan karena niat yang tulus.
Ke empat dosa ini berpangkalan dari “Kepingan hati” dari sisi فُجُورَهَا (kedurhakaan), maka banyak terjadi kekisruhan dalam rumah tangga, dalam masyarakat dan bangsa.
Pengendalian “Kepingan hati” agar tidak cenderung berniat buruk, hasad atau iri hati, takabur (sombong) dan Riya’ (Pamer), dikendalikan melalui puasa, karena puasa akan terancam batal jika gejala dosa hati ini terealisir.
Dari empat dosa di atas “Niat buruk dan hasad atau iri hati”, umumnya masih ada di dalam qalbu belum tercetus, akan tetapi bagi orang yang ingin memelihara puasanya dengan baik berusaha sekuat tekad akan tidak terbesit di dalam hati “niat buruk” mengenai apapun dan “hasad atau iri hati” kepada siapapun.
Sungguh masih beruntung kita semua, Allah masih memberikan karunia-Nya, bahwa bila kita berniat buruk tetapi belum direalisir malah mendapatkan pahala. Mari lihat hadits berikut ini:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم -فِيْمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى-، قَالَ: «إِنَّ اللهَ كَتَبَ الحَسَنَاتِ وَالسَّيئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ: فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ.
وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً» رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhuma, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam riwayat beliau dari Tuhan beliau Tabaraka wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala mencatat kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan, kemudian dia menjelaskannya;
Barangsiapa yang bertekad untuk berbuat baik tapi dia kemudian tidak mengamalkan kebaikan itu, maka Allah mencatatnya di sisi-Nya sebagai sebuah kebaikan yang sempurna.
Dan jika dia berniat untuk berbuat baik kemudian dia mengamalkan kebaikan itu, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mencatatnya di sisi-Nya dan melipatgandakannya menjadi 10 kebaikan, atau menjadi 700, atau menjadi lebih banyak lagi.
Dan jika dia berniat untuk melakukan keburukan kemudian tidak mengamalkannya, maka Allah mencatatnya sebagai kebaikan yang sempurna. Dan jika dia berniat untuk berbuat keburukan kemudian dia mengamalkan keburukan itu, maka Allah mencatatnya sebagai satu keburukan saja.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Adapun dua dosa hati yang disebut di atas yaitu: Takabur atau sombong dan Riya’ (Pamer) biasanya dosa ini sudah langsung terlaksana. Tentu sebelumnya didahului oleh niat, walaupun jeda dengan pelaksanaannya mepet sekali. Untuk itu harus bertekad selama manjalankan ibadah puasa. Ber-hati2 jangan sampai terlanjur takabur atau sombong, dan Riya’ (pamer). Bagaimana kalau terlanjur, tentu dalam evaluasi diri setiap hari, terasa dan mohon ampun kepada Allah seraya memperbaikinya di hari2 berikut.
Semoga kita dapat memelihara hati ini agar kepingan تَقْوَىٰهَا dapat lebih kita pergunakan, sehingga terhindar dari potensi فُجُورَهَا. Sehingga hati ini dapat terhindar dari dosa2 yang memungkinkan mengurangi nilai puasa kita.
Bila ternyata apa yang kutulis ini bermanfaat silahkan di share ke teman dan kerabat serta sahabat. Umpamanya tidak bermanfaat, segera hapus dari ruang baca anda dan abaikan saja informasinya.
للَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ
.سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون
وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن
Jakarta, 11 Ramadhan 1446H, 11 Maret 2025.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment