Saturday, 8 March 2025
MEMPUASAKAN PENDENGARAN
Edisi Ramadhan, Oleh: M. Syarif Arbi
No: 1.305.05.03-2025
Telinga adalah salah satu anggota tubuh yang diberikan oleh Allah untuk mendengar. Seperti halnya anggota tubuh lainnya, telinga juga memiliki tanggung jawab dan aturan yang harus dipatuhi. Telinga dapat berdosa jika digunakan untuk hal-hal yang dilarang oleh agama. Dalam menjalankan shaum (berpuasa) bilamana telinga terlibat dosa berpotensi membatalkan puasa, setidaknya mengurangi nilai puasa itu. Beberapa dosa dapat dilakukan dengan telinga antara lain:
PERTAMA; Mendengarkan Gosip, Fitnah, Hoak. Apalagi ikut bergosip atau “tukang gosip” mendengarkannya saja adalah dosa, karena berpeluang memperburuk hubungan antar sesama, tak jarang menimbulkan perselisihan.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ ......."
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa…………...”. (Al-Hujurat ayat 12)
KEDUA; Mendengarkan kata2 yang mengandung kejahatan, seperti kata2 kotor, penghinaan, kata2 mengandung kebencian permusuhan. Cukup banyak peringatan Allah tentang hal ini, diantaranya:
وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُوْنَۙ ٣
“orang-orang yang meninggalkan (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, (Al Mu’minun ayat 3).
وَاِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ اَعْرَضُوْا عَنْهُ وَقَالُوْا لَنَآ اَعْمَالُنَا وَلَكُمْ اَعْمَالُكُمْۖ سَلٰمٌ عَلَيْكُمْۖ لَا نَبْتَغِى الْجٰهِلِيْنَ ٥٥
"Dan apabila mereka mendengar perkataan yang sia-sia, mereka berpaling darinya dan berkata: 'Bagi kami amal kami dan bagi kamu amal kamu. Salam sejahtera atas kamu, kami tidak menginginkan orang-orang jahil.” (Al-Qasas: 55).
KETIGA; Mendengarkan hal-hal berpeluang menggoyahkan aqidah, merusak iman. Umat Islam harus berhati-hati terhadap apa yang didengarnya agar tidak terpengaruh oleh propaganda aliran2 yang menyesatkan.
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُۗ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah ialah Islam……….. (Ali-Imran ayat 19)
وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ ٨٥
Siapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali (agamanya) tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imran 85)
KEEMPAT; Mendengarkan pembicaraan yang tidak adil atau zalim. Telinga juga bisa berdosa jika mendengarkan seseorang yang berbicara dengan zalim atau tidak adil, terutama jika mendukung atau menyetujui ketidakadilan tersebut. Dalam Islam, mendukung kezaliman dengan kata-kata atau tindakan adalah dosa besar.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌۗ اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا ٣٦
“Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya”. (Al-Isra ayat 36)
Secara keseluruhan, Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga anggota tubuh, termasuk telinga, agar tidak digunakan untuk mendengarkan hal-hal yang dapat mendatangkan dosa. Sebaliknya, telinga harus digunakan untuk mendengarkan yang bermanfaat, seperti nasihat yang baik, ajaran agama, dan hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah.
Telinga diberikan Allah kepada manusia, sebagai alat untuk mengindera bunyi. Sama dengan MATA, telinga juga terdapat dua; disebelah kiri dan sebelah kanan dibatasi oleh kepala yang isinya otak sebagai pengendali sikap dan perbuatan manusia. Ahli hikmah mengandaikan bahwa; manusia tidak bijak kalau menerima sesuatu berita dari dua pihak yang berselisih paham, hanya mendengar dari sepihak, seharusnya “dengar dengan telinga kiri dan telinga kanan”, jadi harus didengar dari kedua belah pihak. Itu antara lain makna ada dua telinga.
Bila dikaji lebih dalam mengenai telinga ini, betapa takjub dan bersyukurnya kita, karena Allah menciptakan daun telinga dari “tulang rawan”. Umpamanya saja diciptakan Allah dari tulang yang keras, bagaimanalah bila kita tidur miring ke kiri atau ke kanan. Dipasang Allah daun telinga mengarah agak kedepan tetapi sama sekali tidak mengabaikan ke samping. Posisi itu memudahkan menangkap sumber bunyi dari depan dan juga samping. Mengkaji ayat kauniyah berupa sesuatu yang ada dalam tubuh diri kita, sungguh seharusnya membuat kita bersyukur, seperti ayat yang kita petik di artikel mengenai “Mata” sebelum artikel ini; ayat 78 An-Nahl, Allah memberi Telinga, Mata dan Hati Nurani, ditutup Alah ayat itu dengan:
" لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ " = “agar kamu bersyukur”.
Dalam konteks “puasa telinga” shaimin-shaimat hendaknya harus mampu mempuasakan telinga dari mendengarkan hal2 yang tidak diperkenankan oleh Allah untuk didengarkan diantaranya disebutkan di atas.
Naaah suadaraku mari puasa ini kita tingkatkan mutunya dengan mempuasakan juga telinga kita, dengan hanya mendengar hal2 yang baik. Sebagai pilihannya untuk mengalihkan telinga kita dari mendengar yang tidak baik itu. Marilah dalam suasana shaum Ramadhan ini kita isi dengan banyak mengikuti pengajian2, mendengar ceramah2 agama dan membaca serta mentadaburi Al-Qur’an, agar kita tidak terkena sindiran/ancaman Allah dalam ayat yang dikutip dibawah ini:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُولٰٓئِكَ كَالْأَنْعٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولٰٓئِكَ هُمُ الْغٰفِلُونَ
"Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah."
(Al-A'raf ayat 179)
Semoga Allah memeliharakan telinga kita, sehingga yang masuk keruang dengar kita, hanya hal2 yang membawa kemaslahatan dunia dan akhirat, terutama ketika sedang berpuasa. Tentunya diharapkan usai puasa Ramadhan hasil latihan ini menjadi sikap hidup kita, memelihara telinga agar hanya mendengar yang baik2, menghindar dari mendengar yang tidak baik.
Apabila artikelku ini dipandang bermanfaat, silahkan teruskan kepada kerabat, handai taulan. Jika tidak ada faedahnya segera hapus dari ruang baca anda dan abaikan saja.
للَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ
.سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون
وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن
Jakarta, 9 Ramadhan 1446, 9 Maret 2025.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment