Wednesday, 5 March 2025
Kunci NERAKA mungkin saja di LIDAHMU
Edisi Ramadhan, Oleh: M. Syarif Arbi
No: 1.303.03.03-2025
Cukup populer kisah Luqman al-Hakim menerima seekor kambing dari tuannya. Sang tuan meminta Luqman menyembelih kambing tersebut dan mengantarkan bagian paling buruk, paling kotor, dari tubuh kambing itu. Ia pun secara khusus mengambil bagian lidah dan hati kambing lalu mengantarkannya kepada sang tuan.
Tuannya memberinya seekor kambing lagi. Tugasnya sama: kambing harus disembelih. Namun kali ini sang tuan menginginkan Luqman membawakannya bagian yang paling bagus, paling menyehatkan. Luqman menjalankan tugasnya lagi dengan baik. Kambing disembelih, lantas dibawakannya lagi bagian lidah dan hati.
Luqman menyodorkan hal yang sama untuk dua permintaan yang saling berlawanan.
Tuannya pun bertanya-tanya tentang apa yang dilakukan Luqman. Jawab Luqman, “Wahai tuanku, tak ada yang lebih buruk ketimbang lidah dan hati bila keduanya buruk, dan tidak ada yang lebih bagus dari lidah dan hati bila keduanya bagus.”
Kisah ini mengungkap pesan bahwa hal paling krusial dalam hidup ini adalah terjaganya hati dan lidah. Produk dari lidah adalah hasil olah pikir merupakan cerminan hati. Betapapun jeleknya apa yang terbesit di hati belumlah menimbulkan masalah jika belum disalurkan menjadi ucapan di lidah. Kata2 yang menusuk perasaan, terasa pedih bersangatan bagi penerima kata2 yang tidak baik itu, akan teringat seumur hidup. Bilalah tidak mendapat keredhaan berupa pemberian maaf dari pihak yang hatinya terluka karena ucapan menusuk perasaan tsb. maka di mahkamah Allah nanti berpotensi menyeret si empunya lidah ke neraka.
Begitu pula menyebarkan berita kebohongan, atau berbicara tidak mempunyai pengetahuan dan kebenaran (orang sekarang bilang: “tidak berdasarkan fakta dan data”). Menyebarkan informasi yang tidak benar atau berbicara tanpa ilmu dapat membawa akibat negatif, harus bertanggung jawab atas ucapan lidahnya di hadapan Allah di yaumil akhir nanti.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya”. (Al-Isyra 36)
Selain itu, terdapat hadits yang menyatakan bahwa lidah dapat menjadi sumber penderitaan atau kebahagiaan di akhirat.
أَكْثَـرُ خَطَايَا ابْنِ آدَمَ مِنْ لِسَانِهِ (رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ)
“Sebagian besar dosa dan kesalahan manusia itu bersumber dari lidahnya, (HR ath-Thabarani).
Sahabat Nabi yang lain, Mu’adz bin Jabal ra suatu ketika bertanya kepada Baginda Rasulullah saw: “Apakah kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kita bicarakan?” Rasulullah saw lalu bertanya balik:
وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِيْ النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ؟ (رَوَاهُ التِّـرْمِذِيُّ)
“Adakah sesuatu yang menjerumuskan manusia ke neraka lebih banyak daripada perkataan yang diucapkan lidah-lidah mereka?, (HR at-Tirmidzi).
Oleh karena itu, menjaga lidah dan ucapan menjadi suatu kewajiban bagi umat Islam. Kesadaran akan dampak dari setiap perkataan harus menjadi motivasi untuk berbicara dengan bijak, menjauhi segala bentuk perkataan yang dapat membawa siksa neraka di kehidupan akhirat. Kesempatan shaum Ramadhan ini merupakan ajang bagi kita semua berlatih memelihara lidah, agar dari lidah kita tidak meluncur kata2 yang tidak baik, membuat penerima ucapan lidah kita tersinggung, terluka perasaannya, terfitnah, terhina, tercemarkan nama baiknya.
Demikian saudaraku semua, mudah2an tulisanku ini dapat membuat kita saling mengingatkan, sebagai renungan dalam melaksanakan ibadah shaum Ramadhan. Memelihara lidah kita agar lidah tidak menjadi “Kunci pembuka pintu neraka”.
Jika tulisanku ini dikira ada manfaatnya, silahkan bagikan juga kepada sahabat handai taulan. Jika kurang berfaedah, silahkan hapus dari ruang baca anda.
Semogalah shaimin – shaimat, dapat memelihara lidah setiap hari sepanjang hayat tidak saja hanya ketika berpuasa Ramadhan. Sebab hasil pelatihan Ramadhan justru akan terlihat sesudah Ramadhan.
للَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ
.سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون
وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن
Jakarta, 6 Ramadhan 1446, 6 Maret 2025.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment