Friday, 28 March 2025

PUASA dan SHALAT Nabi ISA

Edisi Ramadhan. Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.318.18.03-2025 Allah berfirman kepada Nabi Isa, apakah beliau pernah mengaku Tuhan ? Secara lengkap termuat di dalam surat Al-Maidah ayat 116 وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ ۚ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ ۚ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah? Isa menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib.” ( QS Al-Maidah : 116) Pertanyaan Allah tersebut, ada yang meriwayatkan terjadi pada waktu matahari sedang terbenam (yaitu waktu maghrib). Nabi Isa langsung mendirikan sholat sebanyak 3 rakaat. Tiap rakaat sholat Nabi Isa memiliki maksud yang berbeda: Rakaat pertama, bersyukur kepada Allah karena memaklumkan akan ketiadaan ke-Tuhanan pada dirinya. Rakaat kedua, bersyukur kepada Allah karena memaklumkan ketiadaan ke-Tuhanan pada diri ibunya (Maryam). Rakaat ketiga, untuk menetapkan ke-Tuhanan Allah Yang Maha Esa. Sehingga dengan peristiwa itu jadilah Nabi Isa adalah orang pertama mendirikan shalat Maghrib. Tentu saja teknik, syarat dan rukun shalatnya tidaklah sama dengan yang dilaksanakan ummat Islam sekarang. Shalat ummat Islam, dilakukan dengan mencontoh Nabi Muhammad saw: عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي»، رَوَاهُ البُخَارِيُّ. Dari Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalatlah kalian (dengan cara) sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 628 dan Ahmad, 34:157-158] Nabi Isa juga berpuasa, selama 40 hari dan 40 malam di padang gurun sebelum memulai misinya, sebagai bentuk persiapan dan pengabdian kepada Tuhan. Kisah puasa 40 hari ini tidak secara eksplisit disebutkan dalam Al-Qur’an, Al-Qur’an menyebutkan bahwa puasa dilakukan juga oleh ummat sebelum Islam. “………………. كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ …………………” “…………. sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu…….” (Al-Baqarah 183) Sampai sekarang ummat Nasrani puasa 40 hari tidak boleh makan yang ada ruhnya. Berpuasa bagi ummat Islam tidak langsung diperintahkan Allah begitu Islam didakwahkan Rasulullah, akan tetapi pertama kalinya disyariatkan berpuasa pada tahun kedua Hijriah yakni, pada Senin, 10 Sya’ban tahun ke-2 Hijriah atau satu setengah tahun setelah Rasulullah SAW dan umatnya hijrah dari Makkah ke Madinah. Sebagaimana halnya shalat, berpuasa syariat Nabi Isa dengan apa yang dilakukan oleh ummat Nabi Muhammad saw berbeda syarat dan rukunnya. Syarat puasa bagi ummat Islam: Beragama Islam, Baligh atau sudah cukup umur, Berakal sehat dan waras, Sehat jasmani dan Rohani, Bukan termasuk musafir yang sedang melakukan perjalanan panjang dan jauh, Dalam keadaan yang suci dari hadas besar, Memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk melaksanakan puasa. Rukun puasa bagi ummat Islam: Berniat berpuasa, Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa. Puasa juga harus dijalankan dengan penuh kesadaran ibadah. Artinya, puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari perkataan kasar, kebohongan, serta perbuatan dosa lainnya. Dengan kata lain; mempuasakan “perut”, “lidah”, “mata”, “telinga”, “raga” dan “hati”. Orang yang sakit, lanjut usia, ibu hamil, ibu menyusui, atau musafir (orang yang sedang dalam perjalanan jauh), mereka mendapatkan keringanan untuk tidak berpuasa. Semoga Shalat kita, Puasa kita, dan seluruh rangkaian kegiatan ibadah Ramadhan kita diterima Allah SWT. للَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ .سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 28 Ramadhan 1446H, 28 Maret 2025

No comments:

Post a Comment