Thursday, 13 March 2025

TUJUH Sikap TAWAKAL

Edisi Ramadhan. Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.308.08.03-2025 Tawakal diartikan sebagai berserah diri dan bersandar sepenuhnya kepada Allah, dengan penuh keyakinan dan ketenangan. Begitu banyak kata2 “tawakal” dalam Al-Qur’an. Di era digital ini dengan mudah pembaca mendapatkan jumlah “kata tawakal” dalam Al-Qur'an, serta dalam konteks apakah kata tawakal itu dimuat dalam Al-Qur’an. Di kesempatan menjalankan ibadah shaum Ramadhan ini, baik diinventarisir sikap yang harus dilakukan dalam ber “tawakal”, agar kita dapat menilai diri, apakah diri ini sudah termasuk orang yang benar dalam bertawakal: Pertama; Tawakal dengan KEYAKINAN PENUH kepada Allah. Meyakini bahwa Allah adalah sebaik-baik perencana dan penyedia segala sesuatu. Kita percaya bahwa apa yang Allah tentukan adalah yang terbaik untuk kita. Meskipun terkadang kita tidak memahaminya, bahkan mungkin tidak menyenangkan. قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلٰىنَا وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ۝٥١ “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal”. (At-Taubah 51) Kedua; Tawakal SESUDAH BERIKHTIAR MAKSIMAL. Tawakal bukan berarti menyerah tanpa usaha. Sebaliknya, tawakal hanya memiliki arti ketika didahului oleh usaha yang sungguh-sungguh. Rasulullah SAW menegaskan hal ini dalam sabdanya: اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ "Ikatlah untamu, kemudian bertawakal kepada Allah." (HR. Tirmidzi) تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۖ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُم مَّا كَسَبْتُمْ ۖ وَلَا تُسْـَٔلُونَ عَمَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ “Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan”. (Al-Baqarah 134) Ketiga; Tawakal dengan MENERIMA TAKDIR SECARA IKHLAS Tawakal, menerima apapun yang Allah takdirkan, baik itu yang sesuai dengan keinginan kita atau tidak, karena kita tahu bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik. وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَࣖ ۝٢١٦ …” “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”. (Al-Baqarah 216) Keempat; Tawakal, didahului dan diikuti Doa. Dalam tawakal, tidak hanya berusaha tetapi juga senantiasa berdo’a kepada Allah, meminta petunjuk-Nya dan selalu mengingat bahwa hanya dengan pertolongan-Nya segala sesuatunya bisa berhasil. كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا الاسْتِخَارَةَ فِي الأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ “Rasulullah saw mengajari kami (para sahabat) untuk salat istikharah ketika menghadapi setiap persoalan, sebagaimana beliau mengajari kami semua surat dari Al-Quran. Beliau bersabda, ‘Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat sunnah dua rakaat ...”’ (HR Imam al-Bukhari). (An-Nawawi, al-Azdkar, 1997: 137) Kelima; Tawakal dengan Tidak Berputus Asa: Tawakal mengajarkan, untuk tidak mudah putus asa meskipun hasil yang diinginkan tidak segera datang. Kita yakin bahwa Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya yang berserah diri dan berusaha dengan sungguh-sungguh. Hasil tak kan mengkhianati usaha. Nabi Yacob memerintahkan anak2 mereka tetap berusaha untuk mencari berita tentang Nabi Yusuf: يَٰبَنِىَّ ٱذْهَبُوا۟ فَتَحَسَّسُوا۟ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَٰفِرُونَ “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir" (Yusuf 87) Keenam; Tawakal, Menghargai Proses: Tawakal berarti menghargai setiap proses dan pembelajaran yang terjadi dalam hidup. Yakin bahwa Allah memberi kita pengalaman berharga di setiap langkah hidup. Segala sesuatu di dunia berjalan logis sesuai sunatullah, tidak dapat ujuk2 segala yang diinginkan langsung terlaksana, butuh waktu dan proses. Alam semesta ini saja diciptakan Allah bukan sekaligus, tetapi dalam enam tahap. اِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ “Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,……………” (Al =-A’raf 54) Ketujuh; Berbaik Sangka kepada Allah: Tawakal juga harus diikuti berbaik sangka kepada Allah, dengan keyakinan bahwa segala keputusan-Nya adalah yang terbaik untuk kita, meskipun kita mungkin tidak langsung memahaminya. Riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِنَّ حُسْنَ الظَّنِّ بِاللهِ مِنْ حُسْنِ الْعِبَادَةِ “Sungguh, berbaik sangka kepada Allah merupakan ibadah terbaik yang dipersembahkan sang hamba kepada Tuhannya.” Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi ﷺ bersabda: قال اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، إِنْ ظَنَّ بِي خَيْرًا فَلَهُ، وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ “Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Jika ia bersangka baik kepadaku, maka (kebaikan) itu untuknya dan jika ia bersangka buruk, maka itu untuknya.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya no. 9076 dan Al-Albani menyatakan sahih dalam Shahih Al-Jami’, no. 4315.) Tawakal itu adalah keseimbangan antara usaha dan kepercayaan penuh kepada Allah, yang akan memberi kedamaian dalam hati kita. Di tengah2 berpuasa Ramadhan ini, mari kita renungkan apakah selama ini kita sudah benar cara bertawakal kepada Allah. Jika didapat kebaikan dalam artikel ini, ambil dan bagikan kepada sahabat handai taulan dan kerabat. Umpamanya sebaliknya, segera hapus dari ruang baca anda dan abaikan saja. Semoga, Allah menuntun kita dalam segala hal termasuk bertawakal kepada-Nya. للَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ .سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 14 Ramadhan 1446H, 14 Maret 2025.

No comments:

Post a Comment