Sunday 21 April 2024

MENGADILI KECURANGAN

Oleh: M. Syarif Arbi. No: 1.243.04-9.2024 Ketika artikel ini kutulis, akan diumumkan keputusan sidang perkara dua pihak; dimana salah satu pihak menggugat pihak lain “curang”, sedang pihak yang digugat, tentu membantah pihaknya sama sekali tidak melakukan “kecurangan”. Di Zaman Rasulullah Muhammad ﷺ pernah mengadili perkara kecurangan di Madinah, atas perkara dua orang mencurangi wasiat dari seorang niagawan yang meninggal dalam perjalanan bisnis. Niagawan "Budail bin Abu Maryam" dari bani Sahm, dengan dua orang beragama bukan Islam. "Tamim ad Dary" dan "‘Adi bin Bada". Mereka pergi berniaga ber-sama2 menuju Syam. Dalam perjalanan bisnis dari Madinah ke Syam itu, Budail menderita sakit, lalu dia menulis surat wasiat dan ia memasukkan surat itu ke dalam barang-barang dagangannya. Kepada dua orang tadi, Budail berwasiat agar menyampaikan barang dagangannya kepada keluarganya. Budail pun meninggal dunia dalam perjalanan. Budail berwasiat ketika terasa akan kedatangan maut, ter-abadi-kan peristiwa ini, bahkan menjadi sebab turunnya ayat 106 surat Al-Maidah. يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا شَهَا دَةُ بَيْنِكُمْ اِذَا حَضَرَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ حِيْنَ الْوَصِيَّةِ اثْـنٰنِ ذَوَا عَدْلٍ مِّنْكُمْ اَوْ اٰخَرَا نِ مِنْ غَيْـرِكُمْ اِنْ اَنْـتُمْ ضَرَبْتُمْ فِى الْاَ رْضِ فَاَ صَا بَتْكُمْ مُّصِيْبَةُ الْمَوْتِ ۗ تَحْبِسُوْنَهُمَا مِنْۢ بَعْدِ الصَّلٰوةِ فَيُقْسِمٰنِ بِا للّٰهِ اِنِ ارْتَبْتُمْ لَا نَشْتَرِيْ بِهٖ ثَمَنًا وَّلَوْ كَا نَ ذَا قُرْبٰى ۙ وَلَا نَـكْتُمُ شَهَا دَةَ ۙ اللّٰهِ اِنَّاۤ اِذًا لَّمِنَ الْاٰ ثِمِيْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila salah seorang (di antara) kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan (agama) dengan kamu. Jika kamu dalam perjalanan di bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian, hendaklah kamu tahan kedua saksi itu setelah shalat, agar keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu, Demi Allah kami tidak akan mengambil keuntungan dengan sumpah ini, walaupun dia karib kerabat, dan kami tidak menyembunyikan kesaksian Allah; sesungguhnya jika demikian tentu kami termasuk orang-orang yang berdosa." Sebelum barang diterima oleh keluarga Budail, dua orang berlainan agama tadi membuka ikatan barang-barang tsb. dan mengambil Sebagian dari barang titipan Budail. Setelah itu dibungkus kembali dan diserahkan kepada keluarga Budail. Keluarga Budail terkejut ketika bungkusan dibuka, jumlah barang tidak sesuai dengan daftar barang2 di dalam surat yang ditulis Budail, yang diletakkan di dalam bungkusan tanpa diketahui oleh kawan Budail yang dititipi tadi. Dua orang kawan Budail tadi tidak mengakui dan berdalih tidak mengetahui barang dalam bungkusan itu berkurang. Untuk menyelesaikan kasus tsb. keluarga Budail mengadu kepada Rasulullah ﷺ. (referensi; tafsir Al-Azhar Prof. Dr. Hamka Juzu 7 hal 78-84). Perkarapun digelar, pengadilan dipimpin Rasulullah ﷺ di dalam masjid sesudah shalat Ashar dengan mendengarkan tuntutan keluarga Budail dan kesaksian dua orang penerima amanah. Dibawah sumpah setelah mereka sembahyang menurut agamanya, kedua pembawa amanah menyangkal telah menggelapkan sebuah peti kecil yang dituntut keluarga Budail. Nabi Muhammad ﷺ memutuskan perkara, beliau percaya dan berpegang teguh akan sumpah dan saksi. Dua orang beragama lain teman seperjalanan niaga, almarhum Budail dalam kesaksian dibawah sumpah menurut agama mereka dalam sidang. Nabi Muhammad ﷺ memutuskan tuntutan keluarga Budail tidak dikabulkan, karena tidak cukup bukti, keputusan atas dasar kesaksian DIBAWAH SUMPAH pemegang AMANAH. Setelah beberapa lama, ditemukan Peti itu di pemilik terakhir di Makkah, mengaku membelinya dari "Tamim ad Dary" dan "‘Adi bin Bada", seharga 1.000 dirham. Atas dasar fakta baru itu keluarga Budail melaporkan kepada Rasulullah. Ketika ditanyakan Rasulullah kepada kedua penerima amanah, mereka menjelaskan bahwa betul mereka menjual peti itu, tetapi peti itu sudah dibelinya dari Budail sebelum meninggal. Makapun tak ada alasan untuk memenuhi tuntutan keluarga Budail. Dikabarkan akhir hidup pemegang amanah masuk Islam, pada th ke 9 setelah penaklukan Makkah. Uang hasil penjualan peti perak bersalut emas itu secara sukarela diserahkan kepada ahli waris melalui mediator 'Amr bin 'Ash. Mereka masuk Islam karena kagum atas keadilan penegakan system hukum Islam yang: * menghormati pengakuan kesaksian dibawah sumpah (walau sumpah menurut agama lain). * Setelah ada bukti baru, tetap percaya pengakuan, karena sudah dibawah SUMPAH. Demikian pengadilan Rasulullah Muhammad ﷺ menghargai SUMPAH dan kesaksian, ternyata dikemudian hari diketahui bahwa “kecurangan” itu benar adanya. Dalam kaidah agama Islam kedudukan SUMPAH dalam kesaksian begitu sangat penting. Lantaran sumpah, seorang tertuduh dapat terhindar terlaksananya suatu sanksi hukum. Merifer pada Al-Qur’an surat An-Nur ayat 6 sampai ayat 9 tuduhan perzinaanpun dapat batal karena sumpah. Begitu penting di dalam agama Islam Nilai SUMPAH dalam KESAKSIAN disuatu penyelesaian peradilan. Bagi yang memberikan kesaksian palsu di bawah sumpah diancam dengan laknat Allah (Al- Qur’an surat An Nur 6 sampai 9). Do’a kita selalu; semoga Allah senantiasa memberikan taufik kepada para hakim2, sehingga dapat memutuskan se-adil2nya. Juga kita do’akan semoga semua pihak berserah diri kepada Allah, dengan berkeyakinan bahwa kebenaran, cepat atau lambat akan tetap berada diatas kebhatilan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 13 Syawal 1445 H. 22 April 2024

No comments:

Post a Comment