Saturday 29 April 2023

MENGUNJUNGI AYAH - BUNDA

Berbahagialah bagi yang masih punya ayah dan bunda di kampung halaman. Kesempatan Mudik libur panjang lebaran Idul Fitri beberapa hari yang lalu, dapat memandang lagi wajah ayah dan bunda. Ayah – bunda berada di kota besar, sedangkan awak merantau ke kota lain, berarti mudiknya dari rantau kembali ke kota. Sebaliknya jika anak2 berada di kota besar, rumah orang tua di kampung, mudiknya pulang kampung. Pulang ke rumah ayah – bunda dengan tujuan mengunjungi mereka adalah sesuatu yg bernilai ibadah. Dimana memandang wajah ayah dan bunda di dalam agama Islam dihitung sebagai suatu perbuatan kebajikan yang memperoleh pahala. Betul2 syahdu bila masih dapat bersimpuh dihadapan ayah bunda mencium tangannya memohon maaf dan ampun serta keridhaan dan do’a dari mereka. Hadits2 dibawah ini sebagai referensi bahwa “memandang wajah ayah-bunda”, termasuk ibadah. وَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: النَّظَرُ فِيْ ثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ عِبَادَةٌ: النَّظَرُ فِيْ وَجْهِ الْأَبَوَيْنِ وَ فِي الْمُصْحَفِ وَ فِي الْبَحْرِ رواه أبو نعيم “Dan dari ‘Ā’isyah r.a., bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Pandangan mata pada tiga hal ini termasuk ibadah: memandang wajah bapak ibu dan memandang al-Mushḥaf dan memandang laut (al-baḥri).” (Hadits ini riwayat Abū Nu‘aim). وَ عَنْ بَعْضِ الصَّحَابَةِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: خَمْسٌ مِنَ الْعِبَادَةِ: النَّظَرُ فِي الْمُصْحَفِ وَ النَّظَرُ إِلَى الْكَعْبَةِ وَ النَّظَرُ إِلَى الْوَالِدَيْنِ وَ النَّظَرُ فِيْ زَمَزَمَ وَ هِيَ تَحُطُّ الْخَطَايَا وَ النَّظَرُ فِيْ وَجْهِ الْعَالِمِ رواه الدارقطني “Dan dari sebagian sahabat bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Lima pandangan ini termasuk ibadah: memandang kepada mushḥaf; memandang kepada Ka‘bah; memandang kepada kedua orang-tua; memandang kepada zamzam dan ia menghapus segala kesalahan dan memandang wajah orang ‘ālim.” (Hadits riwayat ad-Dāruquthnī). قال الحبيب صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم (ما من رجل ينظر إلى والديه نظرة رحمة إلا كتب الله له بها حجة مقبولة مبرورة). أخرجه الإمام البيهقي رحمه الله تعالى في شعب الإيمان. “Tiada seorang anak yg memandang kedua orangtuanya dengan pandangan rahmat kecuali Allah Swt memberi pahala untuknya seperti pahala melakukan ibadah haji mabrur”. (HR. Imam Baehaqi dalam syuabul iman). Tidak semua pembaca ayah - bunda-nya masih ada, namun tetap saja berusaha untuk mudik. Karena di kampung halaman tanah kelahiran, mungkin masih ada karib kerabat teman sepermainan, teman sekolah. Silaturahim ini mendatangkan kesan tersendiri, bernostalgia, insya Allah mendatangkan pahala bersilaturahim, juga pahala bersyukur atas keadaan2 para sahabat. Walaupun ayah - bunda sudah tiada, dapat berziarah ke pusara mereka. Mengacu pada riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَا مِنْ أَحَدٍ يَمُرُّ بِقَبْرِ أَخِيهِ الْمُؤْمِنِ كَانَ يَعْرِفُهُ فِي الدُّنْيَا فَيُسَلِّمُ عَلَيْهِ إلَّا عَرَفَهُ وَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ “Apabila ada seseorang yang melewati kuburan saudaranya sesama mukmin yang dia kenal di dunia, lalu dia memberi salam, maka saudaranya akan menjawab salamnya”. Dengan demikian bila si anak berziarah ke pusara ayah – bunda, bukan saja hanya memberi salam, juga tentunya berdo’a untuk mereka. Atas dasar hadits di atas dapat dipahamkan bahwa ayah – bunda di alam kubur mengetahui kunjungan anaknya. Pandangan kepada kedua orang tua, jika mereka masih hidup; akan bernilai ibadah jika disertai dengan perasaan rendah hati dan lemah lebut di hadapan mereka, pandangan penuh syukur karena mereka telah ikhlas mengasuh dan mendidik, dan pandangan memuliakan kedudukan mereka. Mereview betapa besar pengorbanan mereka mencari nafkah membesarkan kita. Ziarah ke pusara mereka, akan bernilai ibadah, disamping seperti memandang ketika masih hidup seperti di atas, berziarah dengan penuh khusuk memohonkan ampunan kepada Allah atas segala dosa mereka, memohon kepada Allah agar amal kebaikan mereka diterima Allah, pengorbanan mereka membesarkan kita, dengan penuh kasih sayang dibalas Allah dengan yang lebih baik. Walaupun sebenarnya setiap waktu kita sudah selalu mendo’akan mereka dari kejauhan dengan: رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَ “Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku diwaktu aku kecil”. Dengan berdo’a di depan pusara mereka, tentu akan lebih terkonsentrasi. Perilaku kita sebagai anak2 almarhum – almarhummah tersebut merupakan salah satu upaya untuk ber-”akhlakul karimah” dan “birrul walidain” kepada kedua orang tua, yaitu amal yang sangat dicintai oleh Allah. Sekaligus, bila kunjungan itu membawa serta anak2 kita (cucu-cicit mendiang ORTU) dapat memberikan pelajaran langsung praktek, bagaimana salah satu wujud berbuat baik kepada kedua orang tua. Insya Allah perilaku itu kelak ketika kita sudah berada di dalam kubur, anak2 generasi penerus kita akan meneruskan kebaikan ini. Sebab manakala kita sudah meninggal maka: إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ “Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang saleh.” (HR. Muslim nomor 1631). Sementara itu penting memberikan contoh keteladanan kita kepada anak2 bagaimana kita bersikap kepada Orang Tua kita, baik ketika mereka masih hidup maupun ketika mereka telah meninggal dunia. Karena anak2 keturunan kita adalah merupakan investasi buat kita selama di dunia dan juga di akhirat seperti termaktub dalam surat Yasin ayat 12. إِنَّا نَحْنُ نُحْىِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَءَاثٰرَهُمْ  ۚ وَكُلَّ شَىْءٍ أَحْصَيْنٰهُ فِىٓ إِمَامٍ مُّبِينٍ "Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz)." Anak2 adalah merupakan bekas-bekas yang ditinggalkan orang tuanya yang akan dicacat dikumpulkan di Lauh Mahfuz. Dengan demikian amal kebaikan anak2 kita, merupakan investasi buat akhirat, setelah di alam barzah, do’a mereka kepada kita akan mengalir terus buat kita setelah meninggal dunia. Semoga orang tua kita, yang masih hidup diberikan kesehatan agar dapat menambah bekal amal kebaikan, jika telah meninggal dunia dilindungi Allah dengan Rahmat-Nya diampuni dosa mereka dan diterima semua amal kebaikannya. Semoga anak2 keturunan kita menjadi anak2 yang shalih dan shalihah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ , بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 8 Syawal 1444 H. Sabtu, 29 April 2023. (1.145.04.23). Berbahagialah bagi yang masih punya ayah dan bunda di kampung halaman. Kesempatan Mudik libur panjang lebaran Idul Fitri beberapa hari yang lalu, dapat memandang lagi wajah ayah dan bunda. Ayah – bunda berada di kota besar, sedangkan awak merantau ke kota lain, berarti mudiknya dari rantau kembali ke kota. Sebaliknya jika anak2 berada di kota besar, rumah orang tua di kampung, mudiknya pulang kampung. Pulang ke rumah ayah – bunda dengan tujuan mengunjungi mereka adalah sesuatu yg bernilai ibadah. Dimana memandang wajah ayah dan bunda di dalam agama Islam dihitung sebagai suatu perbuatan kebajikan yang memperoleh pahala. Betul2 syahdu bila masih dapat bersimpuh dihadapan ayah bunda mencium tangannya memohon maaf dan ampun serta keridhaan dan do’a dari mereka. Hadits2 dibawah ini sebagai referensi bahwa “memandang wajah ayah-bunda”, termasuk ibadah. وَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: النَّظَرُ فِيْ ثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ عِبَادَةٌ: النَّظَرُ فِيْ وَجْهِ الْأَبَوَيْنِ وَ فِي الْمُصْحَفِ وَ فِي الْبَحْرِ رواه أبو نعيم “Dan dari ‘Ā’isyah r.a., bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Pandangan mata pada tiga hal ini termasuk ibadah: memandang wajah bapak ibu dan memandang al-Mushḥaf dan memandang laut (al-baḥri).” (Hadits ini riwayat Abū Nu‘aim). وَ عَنْ بَعْضِ الصَّحَابَةِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: خَمْسٌ مِنَ الْعِبَادَةِ: النَّظَرُ فِي الْمُصْحَفِ وَ النَّظَرُ إِلَى الْكَعْبَةِ وَ النَّظَرُ إِلَى الْوَالِدَيْنِ وَ النَّظَرُ فِيْ زَمَزَمَ وَ هِيَ تَحُطُّ الْخَطَايَا وَ النَّظَرُ فِيْ وَجْهِ الْعَالِمِ رواه الدارقطني “Dan dari sebagian sahabat bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Lima pandangan ini termasuk ibadah: memandang kepada mushḥaf; memandang kepada Ka‘bah; memandang kepada kedua orang-tua; memandang kepada zamzam dan ia menghapus segala kesalahan dan memandang wajah orang ‘ālim.” (Hadits riwayat ad-Dāruquthnī). قال الحبيب صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم (ما من رجل ينظر إلى والديه نظرة رحمة إلا كتب الله له بها حجة مقبولة مبرورة). أخرجه الإمام البيهقي رحمه الله تعالى في شعب الإيمان. “Tiada seorang anak yg memandang kedua orangtuanya dengan pandangan rahmat kecuali Allah Swt memberi pahala untuknya seperti pahala melakukan ibadah haji mabrur”. (HR. Imam Baehaqi dalam syuabul iman). Tidak semua pembaca ayah - bunda-nya masih ada, namun tetap saja berusaha untuk mudik. Karena di kampung halaman tanah kelahiran, mungkin masih ada karib kerabat teman sepermainan, teman sekolah. Silaturahim ini mendatangkan kesan tersendiri, bernostalgia, insya Allah mendatangkan pahala bersilaturahim, juga pahala bersyukur atas keadaan2 para sahabat. Walaupun ayah - bunda sudah tiada, dapat berziarah ke pusara mereka. Mengacu pada riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَا مِنْ أَحَدٍ يَمُرُّ بِقَبْرِ أَخِيهِ الْمُؤْمِنِ كَانَ يَعْرِفُهُ فِي الدُّنْيَا فَيُسَلِّمُ عَلَيْهِ إلَّا عَرَفَهُ وَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ “Apabila ada seseorang yang melewati kuburan saudaranya sesama mukmin yang dia kenal di dunia, lalu dia memberi salam, maka saudaranya akan menjawab salamnya”. Dengan demikian bila si anak berziarah ke pusara ayah – bunda, bukan saja hanya memberi salam, juga tentunya berdo’a untuk mereka. Atas dasar hadits di atas dapat dipahamkan bahwa ayah – bunda di alam kubur mengetahui kunjungan anaknya. Pandangan kepada kedua orang tua, jika mereka masih hidup; akan bernilai ibadah jika disertai dengan perasaan rendah hati dan lemah lebut di hadapan mereka, pandangan penuh syukur karena mereka telah ikhlas mengasuh dan mendidik, dan pandangan memuliakan kedudukan mereka. Mereview betapa besar pengorbanan mereka mencari nafkah membesarkan kita. Ziarah ke pusara mereka, akan bernilai ibadah, disamping seperti memandang ketika masih hidup seperti di atas, berziarah dengan penuh khusuk memohonkan ampunan kepada Allah atas segala dosa mereka, memohon kepada Allah agar amal kebaikan mereka diterima Allah, pengorbanan mereka membesarkan kita, dengan penuh kasih sayang dibalas Allah dengan yang lebih baik. Walaupun sebenarnya setiap waktu kita sudah selalu mendo’akan mereka dari kejauhan dengan: رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَ “Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku diwaktu aku kecil”. Dengan berdo’a di depan pusara mereka, tentu akan lebih terkonsentrasi. Perilaku kita sebagai anak2 almarhum – almarhummah tersebut merupakan salah satu upaya untuk ber-”akhlakul karimah” dan “birrul walidain” kepada kedua orang tua, yaitu amal yang sangat dicintai oleh Allah. Sekaligus, bila kunjungan itu membawa serta anak2 kita (cucu-cicit mendiang ORTU) dapat memberikan pelajaran langsung praktek, bagaimana salah satu wujud berbuat baik kepada kedua orang tua. Insya Allah perilaku itu kelak ketika kita sudah berada di dalam kubur, anak2 generasi penerus kita akan meneruskan kebaikan ini. Sebab manakala kita sudah meninggal maka: إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ “Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang saleh.” (HR. Muslim nomor 1631). Sementara itu penting memberikan contoh keteladanan kita kepada anak2 bagaimana kita bersikap kepada Orang Tua kita, baik ketika mereka masih hidup maupun ketika mereka telah meninggal dunia. Karena anak2 keturunan kita adalah merupakan investasi buat kita selama di dunia dan juga di akhirat seperti termaktub dalam surat Yasin ayat 12. إِنَّا نَحْنُ نُحْىِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَءَاثٰرَهُمْ  ۚ وَكُلَّ شَىْءٍ أَحْصَيْنٰهُ فِىٓ إِمَامٍ مُّبِينٍ "Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz)." Anak2 adalah merupakan bekas-bekas yang ditinggalkan orang tuanya yang akan dicacat dikumpulkan di Lauh Mahfuz. Dengan demikian amal kebaikan anak2 kita, merupakan investasi buat akhirat, setelah di alam barzah, do’a mereka kepada kita akan mengalir terus buat kita setelah meninggal dunia. Semoga orang tua kita, yang masih hidup diberikan kesehatan agar dapat menambah bekal amal kebaikan, jika telah meninggal dunia dilindungi Allah dengan Rahmat-Nya diampuni dosa mereka dan diterima semua amal kebaikannya. Semoga anak2 keturunan kita menjadi anak2 yang shalih dan shalihah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ , بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 8 Syawal 1444 H. Sabtu, 29 April 2023. (1.145.04.23).

No comments:

Post a Comment