Sunday 16 April 2023

SANGU MATI

Pada dasarnya siapapun takut akan mati, walaupun kematian itu adalah PASTI. Setiap yang hidup pasti akan mati. Manusia ingin hidup ini panjang, terwujud dalam do’a, semoga sehat dan panjang umur. Adalah tak lazim bila ketika pamit dalam silaturahim keluarga misalnya, mengucapkan: “mohon maaf lahir dan bathin siapa tau ini pertemuan kita yang terakhir, bisa saja tiba2 maut menjemput”. Lalu yang dipamiti mesti ngomentari “Aakh jangan begitu, semoga panjang umur, masih sehat begini………….”. Padahal yang namanya “mati” tak pandang sehat, tak pandang muda, tak pandang sakitan tak pandang tua. Bila sampai waktunya tak dapat ditunda: وَلَنْ يُّؤَخِّرَ اللّٰهُ نَفْسًا اِذَا جَآءَ اَجَلُهَا ۗ وَاللّٰهُ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ "Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (Al-Munafiqun 11) كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati".(Ali Imran 185) Sebetulnya yang harus menjadi pemikiran adalah tentang bukan “kapan mati”, tapi “Sangu sesudah mati” yang sudah pasti itu. Sedangkan datangnya tak dapat diduga, oleh karena itu setiap saat harus siap menyiapkan sangu mati dimaksud. Ali bin Abi Thalib merangkai 4 kalimat bijak sebagai kunci taqwa salah satunya "selalu ingat akan mati"(3 lainnya: Al khaufu minal jalil, wal amalu bit tanzil, al qana atu bil qalil). Sebab orang yang selalu ingat mati menjadi hati-hati, utamanya takut berbuat yang tak baik lantaran khawatir pembalasan di alam sesudah mati nanti, (bagi yang beriman tentunya). Nabi menyebut orang yang mempersiapkan dirinya untuk bekal kehidupan setelah mati sebagai orang cerdas. Sebaliknya, orang yang tenggelam dalam nafsu duniawi, disebut Nabi sebagai orang yang lemah. Nabi Muhammad bersabda: الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ “Orang cerdas adalah orang yang rendah diri dan beramal untuk kehidupan setelah kematian, dan orang lemah adalah orang yang mengikutkan dirinya pada hawa nafsunya dan berangan-angan atas Allah,” (HR. al-Tirmidzi, Ibnu Majah dan lainnya). Orang bijak mestinya bukan sekedar ingat akan mati itu dikala sedang sakit saja, dikala usia sudah tua saja, tetapi setiap saat. Sebab kematian bisa saja diusia belia, kematian dapat datang tanpa didahului sakit. Setelah sejenak mencermati ayat dan petunjuk Rasulullah perihal kematian tersebut diatas baik kita cermati apa saja sebaiknya disiapkan untuk “Sangu Mati” yaitu: PERTAMA: Mengerjakan amal-amal saleh. Allah memberikan dua syarat bagi siapa pun yang berharap bertemu dengan-Nya di surga, yaitu beramal saleh dan meninggalkan kesyirikan. Allah menegaskan (Al-Kahfi 110): فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا ………..” “……...Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya." Amal saleh yang dimaksud dalam ayat di atas adalah segala bentuk perbuatan baik berupa ibadah kepada Allah (hablum minallah) dan ibadah sosial (hablum minannas) yang terbebas dari riya (pamer) dan sesuai dengan tuntunan syariat. KEDUA: Istiqamah. Mampu konsisten beramal baik, tidak terlalu bangga atas amal perbuatan yang dilakukan, misalkan merasa dirinya lebih baik dari orang lain, merasa amalnya menyelamatkannya di hari kiamat dan sebagainya. Sebab pada hakikatnya, seseorang akan mendapat kenikmatan dan keselamatan di akhirat bukan disebabkan amalnya, namun murni karena anugerah dan kasih sayang dari Allah. Tidak ada yang dapat menjamin nasib seseorang di hari pembalasan kelak. Nabi menegaskan: لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الجَنَّةَ قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ لاَ، وَلاَ أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا “Tidak seorang pun amalnya memasukannya ke surga. Sahabat bertanya; apakah termasuk engkau ya Rasulullah?. Nabi menjawab, termasuk aku. Tetapi Allah telah menaungiku dengan anugerah dan rahmat, maka benarkanlah (niatmu dalam beramal) dan berlakulah sedang,” (HR. al-Bukhari). Hadits di atas tidak hendak mengatakan bahwa amal saleh tidak ada manfaatnya, namun Nabi memberikan petunjuk bahwa dalam beramal hendaknya dilakukan dengan ikhlas, bertujuan murni mengikuti perintah agama, tidak menuntut yang macam-macam kepada Tuhan. Oleh karenanya, di dalam redaksi setelahnya, Nabi berpesan; benarkanlah niatmu dalam beramal. Melakukan kebajikan dengan ikhlas dan dengan cara yang benar adalah pertanda bahwa amal yang diperbuat diterima di sisi-Nya, yang oleh sebab itu seorang hamba mendapatkan rahmat dan anugerah-Nya, sehingga ia dapat masuk surga. KETIGA: Menjauhi perbuatan-perbuatan tercela. Yang dimaksud perbuatan tercela meliputi keharaman dan kemakruhan. Meninggalkan keharaman adalah wajib, sedangkan meninggalkan kemakruhan adalah sunah. Demikian pula dianjurkan untuk meminimalisasi perkara mubah yang tidak ada manfaatnya. Semakin berhati-hati dalam menjaga diri dari perbuatan yang diharamkan, semakin tinggi pula kedudukan seorang hamba di sisi-Nya. Orang yang menjaga diri dari perbuatan tercela dimaksud diistilahkan “Wara’i” terbagi atas empat tingkatan: Tingkatan pertama: wara’inya orang-orang adil, yaitu dengan cara meninggalkan keharaman-keharaman sesuai petunjuk fatwa para pakar fiqh. Tingkatan kedua; wara’inya orang-orang saleh, yaitu meninggalkan keharaman2 dengan memilih hukum-hukum yang berat. Tingkatan ketiga; wara’inya orang-orang bertakwa, yaitu meninggalkan perkara-perkara mubah yang berpotensi mengantarkan kepada keharaman. Tingkatan keempat; wara’inya orang-orang yang jujur, yaitu meninggalkan perkara-perkara mubah secara total, meski tidak berpotensi mengantarkan kepada keharaman. Pembaca, berkenaan dengan sekarang ini kita sedang menjalankan ibadah shaum di pekan terakhir, agaknya ada baiknya kita merenungkan apakah “Sangu Mati” kita sejauh ini sudah kita persiapkan. Sepertinya tiga Sangu di atas patut jadi bahan masukan. Semoga Allah menerima seluruh amal ibadah kita dan mengampuni seluruh dosa kita, “sangu mati” yang kita persiapan tidak terkuras oleh hal2 yang mengurasnya seperti tersebut di atas. آمِيّنْ....... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 25 Ramadhan 1444 H. Ahad, 16 April 2023. (1.136.04.23)

No comments:

Post a Comment