Tuesday 2 May 2023

SE SE DANG JAK

Kuperkenalkan istilah kampungku "se se dang jak", terjemahannya kurang lebih: "jangan terlalu". Misalnya makan jangan terlalu kenyang. Benci, suka, mencintai, sayang, percaya, curiga. Apa saja semuanya "jangan terlalu", termasuk tidur, olah raga, kerja "se se dang jak". Di ruang baca terbatas ini, dikomentari fokus tentang "se se dang jak" mengenai perasaan: "benci, suka, mencintai, sayang, percaya dan curiga". BENCI dan SUKA. Boleh jadi sesuatu yang sangat dibenci justru baik buat kita, sebaliknya sesuatu yang amat disuka kurang baik bahkan tidak baik buat kita. " ....... ۚ وَعَسٰۤى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْــئًا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّـکُمْ ۚ وَعَسٰۤى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْــئًا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمْ ۗ .........." ".........Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. ............…" (Al-Baqarah ayat 216). Kita tidak mengetahui kesudahan sesuatu yang kita sukai dan yang kita benci itu. Oleh karena itu "Se se dang jak". Misalnya belakangan ini lagi marak mengidolakan seseorang figur untuk bakal jadi pemimpin. Yaaah “se se dang jak” menyanjungnya, nanti akan kecewa dikemudian hari. Begitu juga kalaulah ada figur yang kurang disuka, ekstrimnya dibenci; maka “se se dang jak” mengemukakan ketidak sukaan, nanti kebablasan, kalau ternyata dia yang jadi, terbukti baik kan jadinya sulit ngapus jejak digital kalau terlanjur ngata2in-nya. CINTA dan SAYANG. Menyoal “cinta dan sayang”, baik jika diambil apa yang dikemukakan sahabat Nabi; Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: أتاني جبريلُ ، فقال : يا محمدُ عِشْ ما شئتَ فإنك ميِّتٌ ، وأحبِبْ ما شئتَ ، فإنك مُفارِقُه ، واعملْ ما شئتَ فإنك مَجزِيٌّ به ، واعلمْ أنَّ شرَفَ المؤمنِ قيامُه بالَّليلِ ، وعِزَّه استغناؤه عن الناسِ “Jibril ‘alaihissalam pernah datang kepadaku seraya berkata, ‘Hai Muhammad! Hiduplah sesukamu, sesungguhnya engkau akan menjadi mayit. CINTAILAH siapa saja yang engkau senangi, sesungguhnya engkau pasti akan BERPISAH dengannya. Dan beramallah semaumu, sesungguhnya engkau akan menuai balasannya. Dan ketahuilah bahwa kemuliaan seorang mukmin terletak pada shalat malam dan kehormatannya adalah rasa kecukupan dari manusia.’” (HR. Thabrani dan dinilai hasan oleh Syekh Al-Albani rahimahullah dalam Silsilah Ahadits Shahihah, no. 831). Mari kita ambil penggalan kalimat “CINTAILAH siapa saja yang engkau senangi, sesungguhnya engkau pasti akan BERPISAH dengannya” jadi yaaah “se se dang jak”. Nanti kalau oleh sesuatu sebab berpisah dengan seseorang atau sesuatu yang dicintai, kalau berlebihan maka akan kecewa berat. Bukan sedikit orang yang kena penyakit gangguan jiwa lantaran berpisah dengan seseorang atau sesuatu yang amat dicintainya. Makanya sekali lagi “se se dang jak” PERCAYA dan CURIGA. Percaya dan curiga object-nya biasanya adalah kepada manusia. Terkenal istilah “orang kepercayaan”. Begitu pula harus diterapkan “se se dang jak”, jangan percaya 100%, untuk itu harus diterapkan system yang memungkinkan melakukan pengawasan. Sebaliknya curigapun juga “se se dang jak”, karena bagaimanapun dalam melaksanakan setiap kegiatan, apalagi kegiatan dalam suatu organisasi perusahaan, institusi, instansi, misalnya; jelas harus melibatkan banyak orang. Kalau sudah terus2an menaruh curiga, sangat kurang percaya dengan orang, niscaya organisasi akan berjalan lamban. Sedangkan di dalam rumah tangga saja, jika suami istri saling curiga, maka keharmonisan rumah tangga akan terganggu. Tak jarang berdampak seret rezeki. Dalam hal “Percaya dan Curiga”, agaknya dapat dicermati Surat Yusuf ayat 13: قَالَ إِنِّى لَيَحْزُنُنِىٓ أَنْ تَذْهَبُوا بِهِۦ وَأَخَافُ أَنْ يَأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَأَنْتُمْ عَنْهُ غٰفِلُونَ "Dia (Ya'qub) berkata, "Sesungguhnya kepergian kamu bersama dia (Yusuf) sangat menyedihkanku dan aku khawatir dia dimakan serigala, sedang kamu lengah darinya." Nabi Yacob sebetulnya sudah menaruh curiga akan keselamatan Nabi Yusuf ketika Saudara2nya yang lebih tua mengajak Yusuf pergi bersama mereka. Kecurigaan terbukti, Yusuf hampir saja dihabisi. Kalaulah Allah tak menggerakkan hati salah seorang saudaranya, mengusulkan masukkan saja ke sumur tua. Kecurigaan Nabi Yacob ini tidak dibarengi pengamanan; misalnya menyuruh beberapa orang menguntit rombongan Yusuf dan saudara2nya itu, lantas rombongan penguntit begitu melihat gelagat sesuai kecurigaan, segera menggagalkannya, atau setidaknya mengetahui dianiaya seperti apa si Yusuf. Tapi semua ini sudah merupakan scenario Allah. Kalau tidak lantaran teraniaya dimasukkan ke sumur, Yusuf tidak akan diambil dan dijual musafir ke kota Mesir. Kalaulah tidak lantaran rentetan periswiwa penganiayaan dan penzaliman hingga Nabi Yusuf masuk penjara, tidaklah merupakan penyebab Nabi Yusuf menjadi pembesar di pemerintahan Mesir. Akhirnya terwujudlah takwil mimpi Yusuf yang diceritakannya kepada ayahnya di Surat Yusuf ayat 4: إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يٰٓأَبَتِ إِنِّى رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِى سٰجِدِينَ "(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, "Wahai Ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."" Selanjutnya akan hal “Percaya dan Curiga”, orang beriman diberi petunjuk oleh Allah dengan dua petunjuk yaitu: 1. Tidak boleh berprasangka jelek, surat Al-Hujurat ayat 12: “…………….. يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ " "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, …….” 2. Bila menaruh kecurigaan haruslah lakukan “tabayyun”, surat Al-Hujurat ayat 6: يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا إِنْ جَآءَكُمْ فَاسِقٌ ۢبِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًۢا بِجَهٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِينَ "Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu." Semoga kita semua dapat menjadi hamba Allah yang berhasil menerapkan kehidupan, perilaku, sikap, beraktivitas yang “tidak terlalu”, “se se dang jak” agar hidup ini selamat dunia dan akhirat. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ , بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 11 Syawal 1444 H. Selasa, 2 Mei 2023. (1.146.05.23).

No comments:

Post a Comment