Tuesday 25 April 2023

SARANA ILMU.

Sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan selain dari lembaga pendikan resmi (Sekolah, perguruan tinggi), juga dimungkinkan melalui: Membaca, Mengikuti majelis2 ilmu, Mendengarkan rekaman suara atau vedio dan terakhir ini banyak dapat disaksikan youtobe. Menarik seuntai kalimat bijak tentang Ilmu: "Ilmu itu bagaikan binatang buruan, sedangkan pena adalah pengikatnya, maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat." (Imam Syafi’i). “Tubuh dibersihkan dengan air. Jiwa dibersihkan dengan air mata. Akal dibersihkan dengan pengetahuan. (Ali bin Abi Thalib). "Mencari ilmu itu seperti halnya ibadah, mengungkapkannya seperti halnya bertasbih, menyelidikinya seperti halnya berjihad, mengajarkannya seperti halnya bersedekah, dan memikirkannya seperti halnya berpuasa." Kata2 bijak dikutip di atas agaknya memberikan petunjuk, apabila kita menerima, mendengarkan suatu ilmu yang baru; segera di catat, supaya mudah dikaji dan diuji kebenarannya dengan referensi standar yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Karena ilmu sanggup membersihkan akal, mencarinya merupakan ibadah, mendakwahkannya seperti bertasbih dan bersedekah. Ketika menyelidikan kebenaran ilmu yang baru diterima itu dengan mengukurnya dengan Al-Qur’an dan Hadits; perbuatan itu laksana sedang berjihad. Memikirkan ilmu yang baru diperoleh (misalnya tentang benar – tidaknya) saja, seperti berpuasa. Ketika seorang Professor sedang berceramah di sebuah masjid, jamaah tertua sebagai audience dari kursinya dia mengajukan pertanyaan, berkenaan statement si Professor, dikaitnya dengan apa yang pernah didengarnya. Serius sekali kakek yang usianya sudah di atas 80 tahun ini bertanya kepada penceramah. Yang menarik buat ku selain materi pertanyaannya didasari ingin minta kejelasan, tetapi yang sangat terkesan istilah yang beliau kemukakan “SAYA INI HANYA NGAJI KUPING”. Jamaah shalat Magrib dan sekaligus Isya itu, bermaksud bahwa dirinya bukanlah orang berasal dari sekolah agama. Pengetahuan agama yang diperoleh beliau, sampai usia begitu sepuh didapat dari hanya mendengar, makanya beliau mengistilahkan dianya “NGAJI KUPING”. Mungkin bukan hanya Kakek ini; yang NGAJI KUPING, sebab tidak semua pemeluk agama, sedari kecil sekolah agama. Tidak semua kita masuk pesantren, tidak semua kita lulusan sekolah tinggi agama. Sebagian besar kita sekolah umum mulai SD (dulu SR), SMP, SLA perguruan tinggi (S1, S2 dan S3). Tidak heran maka pengetahuan dasar agama sebagian besar kita, sekali lagi sebagian besar (bukan semua) kita adalah NGAJI KUPING. Sebagian lagi ada juga disamping Ngaji Kuping, ditambah dengan ngaji mandiri, melalui mendalami sendiri buku-buku agama. Atau ada juga masa kecil oleh ORTU dimasukkan Madrasah. Dua kelompok disebut terakhir, kadang mempunyai pemahaman mengenai agama mendekati orang yang secara formal sekolah sedari kecil di sekolah agama. Belakangan ini melalui medsos, youtobe. Tidak jarang orang NGAJI MANDIRI + NGAJI KUPING ini berprofessi sebagai dokter, sebagai insinyur, ahli Enonomi ahli Manajemen dan berbagai ahli lainnya, tetapi mereka bukan saja “sedangan” pengetahuan agamanya sehingga juga sanggup menularkan pemahamannya kepada jamaah dengan berceramah mengenai agama. Khusus agama Islam tidak ada pembatasan yang boleh ber-khutbah hanya Kiayi atau Ustadz, tidak juga ada larangan seorang Muslimah atau Muslim memberikan tausyiah atau pengertian agama, walau bukan berasal dari sekolah agama, asalkan yang bersangkutan dapat menyampaikan sesuai dengan acuan utama agama Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits (yang dapat diurutkan keasliannya). Dari Abdullah bin Amr, r.a., bahwa Nabi Muhmmad bersabda: بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) Sementara dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 104: وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ  ۚ وَأُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ "Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." Tentu saja kalau sekedar NGAJI KUPING dan tidak menemukan konfirmasi dengan referensi Al-Qur’an dan hadits dimaksud janganlah ikut dulu men share kepada pihak lain. Selain itu, sesama PENGAJI KUPING ini juga jangan cepat-cepat mendebat, seseorang yang berceramah atau membaca tulisan seseorang, dengan mengemukakan hasil dari NGAJI KUPING juga. Terima dulu kalau sedang mendengar informasi dari penceramah atau tulisan, baru kemudian mencari referensinya, sebab kalau diibaratkan; ilmu agama ini seluas lautan, jangan-jangan ilmu yang kita miliki barulah seperti sisa air di dasar gelas yang sudah habis diminum. Setiap orang berhak untuk masuk ke golongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf mencegah dari yang munkar. Golongan itu adalah orang yang siap memberikan keterangan, memberikan tausyiah tentu menurut kadar kemampuannya. Tidak mengklaim sumber dari dirinyalah yang paling akurat. Imam Syafi’i saja pernah mengatakan: “Jika terdapat hadits yang shahih, (bertentangan dengan pendapatnya) maka lemparlah pendapat beliau ke dinding”. Kalau begitu, konon lagi kita yang hanya NGAJI KUPING dan ditambah pengetahuan secara mandiri, kalaulah masih disana sini ada kekurangan itu wajar, sedangkan Iman Syafi’i yang demikian hebat kajiannya masih mengatakan seperti hal dikutipkan di atas. Tapi kita harus berani berbuat atas perintah surat Ali-Imran ayat 104 “supaya ada segolongan umat yang menyeru………….”. Menjalankan juga pesan Nabi “Sampaikan dariku walau hanya seayat”. Semoga Allah senantiasa membimbing kita semua kejalan yang di redhai-Nya. Semoga puasa Ramadhan 1444 H yang baru saja kita lalui, termasuk melalui Ngaji Kuping; mengikuti pengajian2 di masjid2 mendengarkan ceramah di youtobe, TV dan mengkaji buku2 agama, menambah ilmu pengetahuan yang bermanfaat, menuju meningkatkan iman dan taqwa. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ, وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ, وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ, وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ , آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ , بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 4 Syawal 1444 H. Selasa, 25 April 2023. (1.1142.04.23).

No comments:

Post a Comment