Saturday 22 April 2023

Di Ujung per-Jalan-an

Sepanjang apapun jalan, mesti ada ujungnya. Pembaca yang ketika dulu bertugas di suatu institusi yang sering pindah2 kota tempat bertugas, akan merasakan: (1) Ketika datang pertama kali di kota tempat tugas yang baru. (2) Ketika akan pindah ke kota lainnya. KETIKA DATANG……. Baru datang di tempat baru, betapa masih asing kota tempat baru itu, kalau kotanya besar kadang tak jarang tersesat ketika berkendaraan. Belum komplit diperoleh informasi lokasi membeli makanan, lokasi pasar, alamat rumah makan, tempat rekreasi dsbnya. Begitulah agaknya kita begitu datang (lahir) ke dunia ini, serba tidak tau. Bahkan kita tidak tau siapa ayah bunda kita, seorang bayi yang diadopsi kalaulah tidak dibocorkan dia tidak tau bahwa dianya anak angkat. وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَـٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًۭٔا “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,…..” (An-Nahl 78). Siapapun melalui proses kehidupan yaitu datang ke dunia ini, melalui proses panjang. Dari mulai bayi yang hanya minum air susu ibu lalu menjadi anak-anak, remaja dan baligh. Selanjutnya menjadi dewasa, tua dan diakhiri dengan meninggal. Proses ini tidak berjalan sama antara satu orang dengan yang lainnya. Kematian akan datang kapan saja menjemput manusia dan tidak mengenal usia. Sebagian meninggal saat masih bayi, saat masa anak-anak, sudah remaja dan dewasa, sebagian lainnya ketika sudah tua. Bagaikan setandan buah kelapa; ada yang jatuh ketika masih “beluluk” (pentil buah kelapa). Ada pula oleh pemilik pohon kepala, dipetik masih cengkir pengin diminum airnya. Tak jarang di turunkan ketika masih “dogan” dijual sebagai bahan utama sirup kelapa muda. Setelah betul2 tua kelapa juga jatuh sendiri, lantaran cengkraman tampuknya melapuk selain itu didorong oleh “generasi muda kelapa” dari dalam buah akan keluar mendorong tangkai kelapa. Demikian juga siklus kehidupan manusia seperti diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 2: هُوَ الَّذِى خَلَقَكُمْ مِّنْ طِينٍ ثُمَّ قَضٰىٓ أَجَلًا  ۖ وَأَجَلٌ مُّسَمًّى عِنْدَهُۥ  ۖ ثُمَّ أَنْتُمْ تَمْتَرُونَ "Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal (kematianmu), dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya. Namun demikian kamu masih meragukannya." Sebetulnya tidak ada manusia yang meragukan soal datangnya kematian dalam arti sesungguhnya. Tetapi yang ada, ada sebagian manusia dari sikapnya mengejar soal dunia, dari kekehnya mempertahankan kepemilikannya akan sesuatu di dunia ini, kedudukannya, se-olah2 dianya akan hidup selamanya. Untuk itu menghalalkan segala cara, mendzalimi sesama manusia. KETIKA AKAN PINDAH. Kembali perumpaanku tentang orang yang selama bertugas di suatu institusi sering pindah. Pernah beberapa kali kurasakan ketika keputusan dari kantor pusat datang dengan memberi waktu se-lambat2nya 15 hari sejak diterbitkannya keputusan harus sudah berada di pos yang baru. Dengan waktu yang minim tersebut, dikemaslah semua barang2 yang penting dibawa, dikemas dalam peti sekian kubik. Tidak mungkin terbawa semua. Keluarga dan anak2 yang masih sekolahpun harus ditinggalkan guna melaksanakan perintah mutasi. Keluarga nanti akan menyusul ket empat yang baru, akan diuruskan oleh kantor. Kurasakan waktu berdinas di tempat sebelumnya terasa singkat sekali, masih ingat betul waktu pertama datang, masih ingat kesulitan mencari dimana restoran yang tersedia es krim, ketika anak2 kepengin. Bagaimana nyasar dari hotel mencari alamat dimana nanti rumah dinas yang akan ditempati. Awal malam pertamaku di suatu tempat baru, ku keluar hotel bertanya kepada pengemudi angkutan umum, dengan menyebutkan alamat calon rumah yang akan kutempati dengan keluargaku nanti. Oleh pengemudi aku di antarkan, ternyata jaraknya hanya ratusan meter dari hotel. Semua pengalaman dari awal hari sampai saat dipindahkan seperti baru kemarin saja. Naaah pembaca, itu perumpamaan soal pindah tempat antar kota di dunia, masih ada tenggang waktu, meskipun kantorku dulu dengan batas 15 hari kerja sejak “SK” diterima, ketika itu pakai TELEX. Sedangkankan PINDAH tempat dari alam dunia ke alam kubur, kadang tanpa tenggang waktu. Tak jarang mendadak. Umum terjadi seseorang meninggal; Ada dosen sedang memberi kuliah, ada khatib sedang ber khutbah, ada kandidat doktor sedang “sidang terbuka”. Banyak pula cerita orang pindah dari dunia ke alam kubur ketika sedang beraktivitas tidak terpuji. Benarlah apa yang diungkapkan Al-Qur’an وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا  ۚ وَاللَّهُ خَبِيرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُونَ "Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Munafiqun 63: Ayat 11) Kehidupannya di dunia sangat terbatas, kalau diumpamakan “Jalan”. Maka kehidupan dunia ini adalah “jalan yang pasti berujung”. Semua peristiwa pasti berakhir. Ketika berada di ujung jalan barulah kita menyesal kenapa dalam perjalanan tadi tidak melakukan yang sebaik2nya. Bila kepindahan kita dari dunia ke alam kubur telah tiba, tidak sempat lagi mengemaskan barang2 yang dicintai untuk dibawa, seperti yang saya ceritakan pindah kota tempat bertugas di atas. Tamsil kita lanjutkan dengan mengumpamakan bulan Ramadhan yang baru kita jalani, setelah di hari ini di hari Idul Fitri kita sudah berada di ujung jalan. Penyesalan bagi orang yang beriman, mungkin akan muncul; mengapa tidak dapat berpuasa dengan se baik2nya, misalnya di hari ke sekian pernah sedikit adu bicara dengan si fulan. Hari ke sekian agak dongkol dengan si anu karena …...dlsbnya. Selain itu kenapa tak tuntas melaksanakan terawih, kenapa kurang maksimal mentadaburi Al-Qur’an. Juga menyesali kurang maksimal bersedekah dan beramal shalih lainnya. Penyesalan ini adanya di ujung perjalanan. Berbahagialah orang yang menyesal “di ujung perjalan”, karena insya Allah di perjalanan berikutnya akan menjadi bahan evaluasi untuk berbuat yang lebih baik. Allah menyebutkan sifat-sifat orang yang selalu menjaga amalannya dan takut jika tidak diterima. وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ "Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut." (Surah Al-Mu'minun: 60) Ummul Mukminin 'Aisyah RA mengatakan: يَا رَسُولَ اللَّهِ (وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ) أَهُوَ الرَّجُلُ الَّذِى يَزْنِى وَيَسْرِقُ وَيَشْرَبُ الْخَمْرَ قَالَ : لاَ يَا بِنْتَ أَبِى بَكْرٍ – أَوْ يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ – وَلَكِنَّهُ الرَّجُلُ يَصُومُ وَيَتَصَدَّقُ وَيُصَلِّى وَهُوَ يَخَافُ أَنْ لاَ يُتَقَبَّلَ مِنْهُ. "Wahai Rasulullah! Apakah yang dimaksudkan dalam ayat 'Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut', adalah orang yang berzina, mencuri dan meminum khomr?" Rasulullah SAW lantas menjawab, "Wahai putri Ash-Shidiq! Yang dimaksud dalam ayat tersebut bukanlah seperti itu. Bahkan yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah orang yang yang berpuasa, yang bersedekah dan yang shalat, namun ia khawatir amalannya tidak diterima." (HR At-Turmidzi No 3175 dan Ibnu Majah No 4198) Dari ayat dan hadits di atas, memberitahukan kepada kita hendaklah tidak berbangga dengan kebajikan/ibadah yang kita lakukan, sebaliknya penuh rasa takut kalau2 tidak diterima Allah. Oleh karena itu hendaklah kita selalu bermohon semoga Allah menerima semua amal ibadah kita, bila terdapat kekurangan disana-sini, mohon agar Allah tutupi kekurangan itu. تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 1 Syawal 1444 H. Sabtu, 22 April 2023. (1.1141.04.23). Artikel ku yang satu ini sebelum di publish, dikoreksikan oleh cucuku “Ikram Anvari Akhmad” usia 9 tahun, berkenaan berlebaran ke rumah Datuk.

No comments:

Post a Comment