Saturday 8 April 2023

HARTA dan AMAL Ibadah

Soal kepemilikan harta, terdapat dua kutub ekstrim yaitu: Orang kaya (banyak harta) dan Orang miskin (tak punya harta), di atara kedua kutub itu ada lagi orang yang sedangan kayanya, dan orang yang tidak terlalu miskin. Guna menyederhanakan, ditulisan ini diambil dua kutub utama “Kaya – Miskin” Untuk menyamakan persepsi di tulisan ini dibatasi pengertian “beramal” diartikan melaksanakan kebaikan, seperti baik dalam pergaulan masayarakat, titik berat dermawan, sopan dll., diluar ibadah mahdhah, konotasinya adalah kebaikan sesama manusia (hablum minannas), dalam istilah ibadah “ghairu mahdhah”. Sedangkan “beribadah” adalah ibadah “mahdhah” yaitu ibadah yang tertentu “syarat” dan “rukunnya” dalam rangka pengabdian kepada Allah, ialah ibadah berhubungan dengan Allah (hablum minallah). Si kaya dan si miskin ini dalam beramal dan beribadah, dapat dikelompokkan sikaya menjadi empat kelompok dan si miskin juga menjadi empat kelompok: Kelompok kaya: 1. Kaya, dermawan rajin beribadah. 2. Kaya, dermawan malas beribadah. 3. Kaya, medit tapi rajin ibadah. 4. Kaya, medit malas pula beribadah. Kelompok miskin: 1. Miskin, tetap dermawan, rajin pula beribadah. 2. Miskin, tetap dermawan, tapi malas beribadah. 3. Miskin, pelit tapi rajin ibadah. 4. Miskin, pelit malas pula beribadah. Puasa Ramadhan tujuannya untuk menciptakan orang beriman yang bertaqwa, yaitu menjadikan insan2 yang sanggup meningkatkan ibadah “mahdhah” maupun ibadah “ghairu mahdhah”, dalam artian terjalin hubungan yang baik antara sesama manusia (hamblum minannas) dan habblum minallah. Dermawan; bagi orang kaya adalah dengan menggunakan harta benda, atau memfasilitasi untuk memudahkan orang lain dalam suatu urusan. Sedangkan bagi orang miskin; tidak tertutup kemungkinan untuk “dermawan”, yaitu dengan tenaga, dengan menyumbangkan saran dan ide. Dari kelompok yang ada di atas, tentu yang ideal adalah “Kaya, dermawan dan rajin beribadah” atau biarpun miskin tapi “Miskin, tetap dermawan rajin pula beribadah”. Ternyata perbuatan dermawan menggunakan harta dan perbuatan kebaikan dalam arti ibadah mempunyai perbedaan nilai 1 berbanding 70. مَنْ جَآءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْ رُ اَمْثَالِهَ ا "Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya". (Al-An'am 160) Sedangkan bila beramal shaleh dengan harta diganjar Allah 700 kali lipat; مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ; كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ "Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji". (Al-Baqarah 261). Allah memotivasi manusia agar bersemangat menjadi dermawan, karena pada dasarnya manusia itu diciptakan sangat kikir. قُل لَّ وْ اَنْـتُمْ تَمْلِكُوْنَ خَ زَآئِنَ رَحْمَةِ رَبِّ يْۤ اِذًا لَّ اَ مْسَكْتُمْ خَشْيَةَ ا لْ اِ نْفَا قِ  ۗ  وَكَا نَ الْاِ نْسَا نُ قَتُ وْ رًا "Katakanlah (Muhammad), "Sekiranya kamu menguasai perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya (perbendaharaan) itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya." Dan manusia itu memang sangat kikir." (QS. Al-Isra' ayat 100). Dengan motivasi beramal bukan dengan harta dibanding beramal dengan harta itu perbandingan begitu besar yaitu 1 berbanding 70, diharapkan manusia berlomba-lomba jadi dermawan. Sebab dengan harta kemajuan suatu masyarakat akan cepat dapat diwujudkan. Akan tetapi perlu diingat baik buat si kaya berderma dengan harta, si miskin berderma dengan tenaga akan batal bila terjadi seperti ayat berikut ini. Si miskin misalnya menyebut “itu masjid kalau bukan tangan saya ndak jadi megah begini”. Si kaya misalnya menyebut: “sekian persen bangunan masjid itu sumbangan saya”. Banyak lagi contoh semisal, yang pernah pembaca dengar, tentang bagaimana perihal dermawan yang menmbatalkan amal mereka, baik dalam membangun sarana ibadah, pendidikan, fasilitas umum ataupun membantu orang lain. يٰـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِا لْمَنِّ وَا لْاَ ذٰى ۙ كَا لَّذِيْ يُنْفِ قُ مَا لَهٗ رِئَآءَ النَّاسِ وَلَا يُ ؤْ مِنُ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ ۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَ فْ وَ ا نٍ عَلَيْهِ تُ رَا بٌ فَاَ صَا بَهٗ وَا بِلٌ فَتَ رَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْ دِ رُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ  وَا للّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَ وْمَ الْـكٰفِرِيْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." (Al-Baqarah ayat 264). Semoga dalam posisi apapun kita berada dapat menjadi orang yang dermawan dan rajin beribadah. آمِيّنْ....... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 18 Ramadhan 1444 H. Ahad, 9 April 2023. (1.133.04.23)

No comments:

Post a Comment