Monday 30 October 2023

PEMBUKTIAN IMAN Dirangkum: M. Syarif Arbi. No. 1.199.10.23. Jibril bertanya kepada Rasulullah: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيمَانِ “Kabarkanlah kepadaku, apa itu iman?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ “Engkau beriman kepada (1) Allah, (2) malaikat-Nya, (3) kitab-kitabNya, (4) para Rasul-Nya, (5) hari akhir, dan beriman kepada (6) takdir, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk.” (HR. Muslim no. 8). Hadits itu sebagai acuan bahwa seseorang beriman apabila: 1. Beriman kepada Allah. 2. Beriman kepada Malaikat. 3. Beriman kepada kitab Allah. 4. Beriman kepada Rasul2 Allah. 5. Beriman kepada hari akhir. 6. Beriman kepada takdir Allah. Mengacu indikator iman di atas, jika seseorang telah meyakini 6 perkara tsb dianya sudah termasuk orang yang beriman. Walau orang itu tidak melaksanakan ibadah. Ekstrimnya jikapun orang itu melanggar larangan2 agama. Akan tetapi bila salah satu saja pondasi iman ini tak ada di dalam keyakinan seseorang maka termasuklah dia orang tak beriman. Beriman dan beragama dengan baik, adalah dua hal yang berbeda. Seseorang baru dapat dikelompokkan beragama dengan baik dan benar tidak hanya cukup beriman saja, tetapi juga harus dilengkapi lagi dengan 5 (lima) “I” yaitu: Ibadah, ilmu, ikhlas, istiqamah dan Ihsan. IBADAH: Iman tanpa ibadah adalah bagaikan berjanji yang diingkari. Pada hakekatnya dengan beriman kepada 6 butir pondasi iman tersebut, diri telah mengikat janji melaksanakan perintah Allah dan rasul-Nya Janji tersebut harus dengan sungguh2 ditepati, perhatikan ayat 27 surat Al-Baqarah: ………………….الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنۢ بَعْدِ مِيثٰقِهِۦ"   "  أُولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُون “Yaitu orang2 yang melanggar penjanjian Allah setelah (Perjanjian) itu di teguhkan…………. mereka itulah orang2 yang merugi” Dengan pernyataan “Iman”, berarti diri berjanji bersedia menjalankan apapun perintah yang termaktub dalam kitab Allah sekaligus menjauhi segala larangan2 termuat dalam kitab Allah tersebut. Ibadah merupakan persiapan untuk menyongsong hari akhir yang telah diimani. Ibadah juga merupakan pengarah diri agar menerima takdir apapun yang diberikan Allah untuk diri, keberuntungan menyenangkan ataupun kerugian yang semestinya tak dihendaki. ILMU: Ibadah tanpa ilmu bagaikan berlayar dilautan tanpa pedoman, atau bepergian ke suatu tempat tidak ada peta petunjuk jalan. Sebab dengan ilmulah dapat dilaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Allah memberi petunjuk: وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ  ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." (Al-Isra' ayat 36) Juga didukung dengan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat lain disebutkan, مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim). IKHLAS: Ikhlas adalah inti ibadah, seberapa banyakpun ibadah dilakukan tanpa keikhlasan akan tidak bernilai maksimal dan dapat saja akan sia2. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكٰفِرُونَ "Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya)." (Ghafir; surat 40 ayat 14). Sejalan dengan hadits: عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص : اِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ اِلىَ اَجْسَامِكُمْ وَلاَ اِلىَ صُوَرِكُمْ وَ لٰكِنْ يَنْظُرُ اِلىَ قُلُوْبِكُمْ. مسلم Dari Abu Hurairah RA, ia berkata Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan hatimu.” (HR Muslim) ISTIQAMAH. Ibadah yang dilaksanakan dengan ilmu diiringi tulus ikhlas, walaupun setiap kali beribadah hanya sedikit2, tidak berlebihan, akan bernilai tinggi bila dilaksanakan terus menerus. ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ ”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. (HR Muslim) IHSAN. Seseorang yang tekun beribadah, dengan didasari ilmu, diikuti keikhlasan, secara konsisten atau istiqamah, akan terdorong melakukan perbuatan2 baik (Ihsan). Dari lidahnya akan keluar kata2 yang baik, tidak menyinggung perasaan pihak lain, penuh hikmah. Dari hartanya bermanfaat untuk kemaslahatan umat manusia. Tingkah lakunya tidak tercela. Semoga kita semua dalam membuktikan keimanan kita bermuara dapat melakukan perbuatan2 baik, sehingga mewujudkan masyarakat yang aman tentram. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 16 Rabiul Akhir 1445H 31 Oktober 2023

No comments:

Post a Comment