Monday 11 December 2023

Burung HUD-HUD di sidang MK.

Dirangkai: M. Syarif Arbi No. 1.208.12.23. Dari sekian banyak jenis burung, 4 jenis burung diabadikan dalam Al-Qur’an yaitu: Pertama; Burung Ababil (Al-Fill 1-5). Kedua; Burung Gagak, (Al-Maidah 31). Ketiga; Burung Salwa, (Al-Baqarah 57). Keempat; Burung Hud-Hud. Lantaran terbatasnya ruang baca anda, pada tulisan ini hanya dibahas burung Hud-Hud. Dari berbagai sumber, bahwa burung “Hud-Hud” setara/mirip burung “Pelatuk” hidup di negeri kita. Burung Pelatuk utamanya di hutan Kalimantan sebelum hutannya dibabat diambil kayunya. Terakhir ini hutan diganti dengan perkebunan Sawit banyak ditemukan burung Pelatuk terlihat berumah di batang pohon yang sudah lapuk. Burung Hud-Hud, sampai diabadikan dalam kitab Suci Al- Qur’an dalam suatu “Mahkamah Kerajaan Sulaiman” termuat dalam surat (An-Naml 20-27-28) وَتَفَقَّدَ الطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِىَ لَآ أَرَى الْهُدْهُدَ أَمْ كَانَ مِنَ الْغَآئِبِينَ "Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, "Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah ia termasuk yang tidak hadir?"(An-Naml Ayat 20) لَأُعَذِّبَنَّهُۥ عَذَابًا شَدِيدًا أَوْ لَأَاذْبَحَنَّهُۥٓ أَوْ لَيَأْتِيَنِّى بِسُلْطٰنٍ مُّبِينٍ "Pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat atau kusembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas."" (An-Naml Ayat 21) فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِۦ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍۢ بِنَبَإٍ يَقِينٍ "Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata, "Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba' membawa suatu berita yang meyakinkan." (An-Naml Ayat 22) إِنِّى وَجَدتُّ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ "Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar."(An-Naml Ayat 23) قَالَ سَنَنْظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْكٰذِبِينَ "Dia (Sulaiman) berkata, "Akan kami lihat, apa kamu benar, atau termasuk yang berdusta." (An-Naml Ayat 27) اذْهَب بِّكِتٰبِى هٰذَا فَأَلْقِهْ إِلَيْهِمْ ثُمَّ تَوَلَّ عَنْهُمْ فَانْظُرْ مَاذَا يَرْجِعُونَ "Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan."" (An-Naml Ayat 28) Hebatnya tak seorangpun petinggi di M.K.S (Majelis Kerajaan Sulaiman) yang mempersoalkan “Legalitas” dari seekor burung yang memberikan informasi itu. Agaknya mereka tidak mempermasalahkan dari siapa informasi itu didapat, tapi yang dipentingkan oleh mereka bagaimana kebenaran informasi itu. Raja Sulaiman pun juga tidak memanggil ahli bahasa untuk menterjemahkan bahasa sang burung, karena rupanya Raja Sulaiman adalah memang figure ahli bahasa yang mampu memahami bahasa seluruh mahluk di dunia ini. Singkat cerita informasi itu diproses di “M.K”-“S”. dan akhirnya diputuskan untuk mengajak kerajaan yang dipimpin Ratu Balqis itu untuk tunduk sebagai penyembah Tuhan. Al Hasil bukan saja kerajaan Saba yang dipimpin Ratu Balqis bergabung dalam kesatuan Kerajaan Sulaiman bahkan Ratu Balqis juga dapat ditundukkan hatinya oleh Raja Sulaiman, dengan terkagum-kagum ketika dilihatnya singgasana kepunyaannya ada di istina Sulaiman. Karena sebelum ratu Balqis datang ke istana Sulaiman, singgasananya telah dibawa ke istana Sulaiman, hal tersebut pembaca dapat simak lanjutan surat Al-Naml yaitu ayat: 38, 39, 40, 41, 42. (menghemat ruang tidak dikutipkan dalam artikel ini) Itu semua berawal dari suatu informasi yang didapat oleh burung Hud-Hud dengan secara “illegal” menguntit kerajaan Saba. Kenapa “illegal” sebab burung Hud-Hud pergi melaksanakan misinya tanpa sepengetahuan sang Raja. Buktinya karena ketidak hadirannya dalam majelis, Raja Sulaiman sempat mengancam bila tidak memberikan alasan yang jelas akan disembelih. Juga pantaskah, berkompetenkah seekor burung memberikan laporan berwujud laporan tentang kondisi suatu negeri lain ke “M.K” -.”S”. Sebab seekor burung tugasnya agaknya memberikan hiburan dengan kicauan. Namun legalitas laporan ini agaknya tidak dipersoalkan. Karena laporan Hud-Hud inilah, M.K.S. (Majelis Kerajaan Sulaiman) bersidang dan diantaranya suatu putusan yang terkenal; sayembara memindahkan singgasana Ratu Balqis (dikisahkan di ayat2 surat An-Naml tsb di atas), sementara sebelumnya dikirim surat dengan kurir burung Hud-Hud sendiri berisikan ajakan untuk menyembah Tuhan. Kalau begitu dapat difahamkan bahwa biarpun informasi diperoleh secara illegal dan dilaporkan oleh orang yang tak berkompeten, kalau informasi tersebut bermanfaat dan ujungnya dapat ditelusuri kebenarannya, maka sangat berguna untuk kejayaan kerajaan dan bangsa. Jadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pembesar negara tidak boleh mengabaikan masukkan sekecil apapun dari rakyatnya, kendatipun rakyat yang memberi informasi, rakyat yang mengeritik adalah rakyat jelata yang tak berstatus apapun. Banyak hikmah yang dapat dipetik dari kisah ini, diantaranya bahwa Nabi Sulaiman yang diberikan banyak kelebihan dari Allah itu ternyata tidak semuanya tau, tidak semuanya bisa. Buktinya Sulaiman tidak tau kalau ada suatu negeri yang dipimpin Ratu Balqis. Buktinya Raja Sulaiman tak sanggup memindahkan singgasana ratu Balqis kalau tidak dibantu seorang pihak lain. Dst-dstnya. Disisi lain Ratu Balqis dalam menyikapi seruan Nabi Sulaiman, keputusannya diambil setelah melalui persidangan dengan pertimbangan para pembesar negeri Saba. قَالَتْ يٰٓأَيُّهَا الْمَلَؤُا أَفْتُونِى فِىٓ أَمْرِى مَا كُنْتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتّٰى تَشْهَدُونِ "Dia (Balqis) berkata, "Wahai para pembesar! Berilah aku pertimbangan dalam perkaraku (ini). Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelis(ku)."" (An-Naml Ayat 32) Kembali mengenai keahlian dari burung Hud-hud, Allah SWT kemudian telah memberikannya sebuah kelebihan berupa penglihatan yang tajam, sehingga kemudian ia bisa terbang dalam kegelapan di bumi demi mencari sumber air. Kisah ini juga dimulai dari penjelasan Sayyidina Ibnu Abbas tentang kemampuan burung Hud-hud. Ia kemudian menjelaskan: “Bahwa burung Hud-hud sangat mahir dalam mencari air serta ditugaskan khusus secara langsung oleh Nabi Sulaiman saat ia berada di padang pasir. Dengan kemampuannya, Hud-hud kemudian dapat melihat sumber air di dalam tanah seperti manusia yang dapat melihat sesuatu di permukaan tanah. Hud-hud juga akan mampu melihat seberapa jauh dan seberapa dalam sumber air di dalam tanah itu. Ketika Hud-hud sedang menunjukkan letak sumber air, Nabi Sulaiman ‘alaihissalam juga memerintahkan jin untuk kemudian menggali tempat itu sampai kepada air keluar dari dasar bumi” (Imam Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’an al-‘Adhîm, Riyadh: Dar Thayyibah, 1999, juz 6, h. 184).” Demikianlah bahwa, semoga kita semua menyadari bahwa yang maha tau segalanya hanyalah Allah, sedangkan pengetahuan yang dimiliki setiap orang, setiap makhluk adalah terbatas. Masing2 individu dan hewan diberikan Allah kelebihan tetapi dengan batas tertentu. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم Jakarta, 29 Jumadil Awal 1445 H. 12 Desember 2023.

No comments:

Post a Comment