Wednesday 27 September 2023

Keberhasilan di Akhirat

Oleh : M. Syarif Arbi. Keberhasilan, kesuksesan, keunggulan dunia telah ditulis artikel lalu (N0:1.190.09.23). Pada pokoknya keunggulan, keberhasilan di dunia dapat diraih tak jarang dengan "tujuan menghalalkan cara". Beda dengan "keunggulan, keberhasilan di Akhirat". Adapun keberhasilan di akhirat ditentukan oleh ibadah langsung kepada Allah dan amal kebaikan sesama manusia. Ibadah dan amal kebaikan itu, harus dilakukan melalui proses, prosedur serta cara yang benar. Walaupun sudah dilaksanakan dengan cara yang benar, hasilnya nanti mutlak wewenang Allah (diterima atau ditolak), dimana manusia tidak persis mengetahuinya. Akan tetapi oleh Alah, manusia diberikan acuan tata cara meliputi syarat dan kondisi agar suatu ibadah tercatat sebagai amal kebaikan untuk kebahagiaan akhirat nanti. Syarat dan kondisi tersebut terbagi dalam dua besaran yaitu; acuan “lahir” dan nuansa “bathin”. Acuan lahir berupa; “teknis pelaksanaan”, “waktu pelaksanaan” dan “tempat pelaksanaan”. Nuansa bathin adalah: , “Iman”, “Niat” dan “Ikhlas”. Acuan lahir “teknis pelaksanaan” Tunduk, mengacu pada contoh Rasulullah. melaksanakan suatu ibadah haruslah seperti yang pernah dicontohkan Rasulullah. Salah satu hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.”(HR.Bukhari/Muslim No.20/1218). Acuan lahir; “waktu pelaksanaan”: 1. Shalat ditentukan waktu2 tertentu, tidak sah kalau belum masuk waktu, kecuali shalat jamak/qashar, disebabkan keadaan tertentu. Shalat Jum'at ya dilaksanakan hari Jum'at. Bahkan ada waktu2 yang dilarang shalat, kecuali sebab tertentu. 2. Shaum wajib, waktunya siang hari bulan Ramadhan, bahkan ada hari2 yang dilarang shaum. 3. Zakat mal, bila terpenuhi haul dan nisab. Zakat fitrah sejak awal puluhan ketiga bulan Ramadhan selambatnya di ujung bulan Ramadhan batas sampai sebelum shalat Idul fitri. 4. Haji ditentukan pada tanggal tertentu bulan Dzulhijjah. Acuan lahir; “tempat pelaksanaan” 1. Tempat shalat wajib, bagi laki2 diutamakan berjamaah di masjid. Ada pula tempat2 yang dilarang shalat. 2. Tempat menyalurkan zakat ditentukan siapa yang berhak. 3. Tempat berhaji hanya satu, yaitu di kota Makkah, bahkan sampai detil: lokasi miqat dimana, tawaf dimana, wukuf dimana, mabid di mana, melempar jumrah dimana, sa'ie dimana. Semua tempat2 telah ditentukan. Kata kunci acuan “lahir” beramal ialah harus ada ilmunya. Nuansa bathin; “Iman”. Beribadah kepada Allah dan berbuat baik sesama manusia, haruslah dilandasi oleh iman bahwa apapun yang dikerjakan, hanya karena iman kepada Allah demi melaksanakan perintah agama, bukan karena mengharapkan apresiasi dari manusia. وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَّا كَانُوا يَعْمَلُون ………………..” “…………..Sekiranya mereka menyekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan." (Al-An'am ayat 88). Nuansa bathin; “Niat” Setiap amalan sangat tergantung pada niat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى “Sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya. Dan setiap orang akan memperoleh apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim) Nuansa bathin; “Ikhlas” “……….. وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّين ………….” “…...Hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap sholat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. …...” (Al-A'raf ayat 29). Kunci ibadah adalah keikhlasan, tanpa keikhlasan ibadah akan sia-sia. Supaya lebih mantab guna memperbanyak bekal untuk akhirat hendaklah semua ibadah; setelah memenuhi syarat dan kondisi di atas di tambah lagi dengan beribadah “terus-menerus”, (bahasa agamanya “Istiqamah”), walaupun setiap kali beribadah tidak banyak. Sehubungan dengan pentingnya beramal dengan 4 (empat “i”) yaitu: “iman”, “ilmu”, dan “ikhlas” serta “Istiqamah”. Agar dalam beribadah tidak melenceng dari keikhlasan kepada Allah, mari kita berdo’a: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ “Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 12 Rabiul Awal 1445 H. 28 September 2023. (1.191.09.23).

No comments:

Post a Comment