Saturday 23 December 2023

KUCING kini sudah tak BERMALU

Dirangkai: M. Syarif Arbi. No.1.212.12.23. Dahoeloe ada kata2 bermakna terselubung, sejenis ungkapan “malu2 kucing”. Kata2 ini mengandung makna bahwa sebenarnya mau tetapi tidak terang2an, jadi pura2 tidak mau. Mungkin pencetus istilah “malu2 kucing”, terinsprirasi akan dua hal tentang kucing: Pertama; bahwa kucing bersikap tenang, walaupun beberapa hasta didepan matanya tersedia ikan panggang, kalau pemilik ikan panggang masih ada didekat ikan panggang itu. Tapi begitu pemilik ikan panggang lengah si kucing segara menggaet ikan panggang itu. Inspirasi kedua; Akhlak kucing jaman doeloe begitu malunya dengan kotoran buang hajatnya. Sebelum buang hajat mereka gali dulu tanah, setelah kotorannya selesai masuk lobang, lantas dengan rapi kotorannya ditimbun dengan bekas galian tanah. Kucing masa kini, mereka begitu ikhlasnya buang kotoran, tanpa persiapan lobang dan tanpa ada upaya sedikitpun untuk menutupi kotarannya itu. Perubahan perilaku kucing masa kini perihal buang hajat, karena banyak sudah halaman rumah disemen, cone blok atau dikeramik, sementara jalan2 sudah beraspal, tidak memungkinkan kucing masa kini meneruskan pusaka nenek moyang mereka dalam hal akhlak buang hajat. Dari sederetan rumah di suatu jalan, terdapat sebuah rumah yang halamannya masih terdapat tanah karena ada pohon Mangga, pohon Alpukat dan Nangka. Seekor kucing yang sudah lebih dua bulanan mengusai teritorial di rumah berpepohonan itu setiap buang hajat mampir ke halaman rumah tersebut. Anehnya walau di halaman rumah tersebut tersedia tanah, si kucing ini buang hajat di halaman rumah tersebut sudah tidak lagi malu2 meninggalkan kotorannya begitu saja tanpa buat lobang dan menimbunnya. Begitulah di dunia ini tak selamanya begitu, selalu berubah..............., termasuk akhlak manusia dan tak ketinggalan akhlak kucingpun berubah. Perubahan akhlak ini yaitu hilang sudah rasa malu bangsa kucing, paling tidak satu diantara kucing dalam kisah ini. Perilaku bangsa kucing berubah "dulu menutupi aibnya, sekarang malah mengumbar aibnya". Mungkin oleh MK (Mahkamah Kucing) sudah diputuskan ketentuan baru, tentang perubahan adab "buang hajat", sehingga tak perlu lagi dengan membuat lobang, kemudian menutupnya. Agaknya khusus untuk seekor kucing disebutkan dalam cerita ini diberikan ketentuan tersendiri oleh “Mahkamah Kucing”, karena sudah menguasai halaman rumah yang bertanah tersebut lebih dari dua bulan (kucing menandai daerah kekuasaannya dengan menebar kencing di area yang dikuasainya), maka buat kucing yang satu ini tak usah malu lagi membuang kotoran dengan tidak dibuat lobang dan ditimbun. Fenomena ini, mungkin dapat para pembaca komentari dengan berbagai versi.............. antara lain: "kucing masa kini sudah tidak punya rasa malu". Pengomentar tak tau bahwa mungkin,………, sekali lagi mungkin, Mahkamah Kucing (MK), telah menerbitkan ketentuan baru menganulir ketentuan lama. Dimana ketentuan itu bersifat final serta mengikat buat seluruh bangsa kucing. Dalam konteks manusia, adalah makhluk lebih besar kecondongan terhadap mengikuti perubahan. Tentu kita harapkan perubahan tersebut ke arah semakin baik. Anak2, cucu2 zuriat penerus kita semoga berubah ke lebih baik dari pada kita dalam segala hal. Untuk itu harus terus menerus ditanamkan nilai2 kebaikan kepada anak2 kita. Jangan sampai hal2 yang jelek, justru di era anak2, cucu2 kita kelak dinilai baik. Perlu diingat bahwa buat manusia rasa malu ini sangat penting, bahkan disebutkan dalam hadits “Malu adalah Sebagian dari iman”. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: َاْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ َاْلإِيْمَانُ. “Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan ‘Lâ ilâha illallâh,’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang Iman.” Shahîh: HR.al-Bukhâri dalam al-Adâbul Mufrad (no. 598) Diakui bahwa zaman kita dangan zaman anak kita nanti jelas akan berbeda, seperti halnya zaman kita berbeda jauh dengan zamannya nenek-kakek kita.............. Semoga anak cucu kita nanti berubah menuju lebih baik sejalan dengan zaman mereka. Mudah2 tidak meniru bangsa kucing yang kini sudah hilang rasa malunya yang dulunya dipunyai oleh nenek moyang mereka, dalam wujud buang hajat senantiasa dibuatkan lobang dan ditimbun lobang itu, agar kotarannya tidak nampak. Yang penting sebagai ORTU, kita berupaya memenuhi perintah Allah seperti di bawah ini y.i. jangan sampai meninggalkan mereka "lemah" dalam artian; kesejahteraan lahir bathin, ilmu, iman dan ahklak. وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَا فُوْا عَلَيْهِمْ ۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيْدًا "Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar." (QS: An-Nisa 9). آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 11 Jumadil Awal 1445 H. 23 Desember 2023

No comments:

Post a Comment