Tuesday 19 December 2023

IWAK NDAS

Ditulis: M. Syarif Arbi No. 1.211.12.23 Teringat di tahun 1973 an, kumulai tugas di suatu daerah yang buatku waktu itu adalah baru, di ujung timur pulau Jawa. Di pintu gerbang masuk kantor untuk karyawan posisi di sebelah kanan nempel sebuah warung makan semi permanen, praktis dan ekonomis buat makan siang. Praktis; karena tidak usah menyeberang jalan, begitu jam istirahat siang langsung mampir di warung itu, walau harus pas mengendalikan waktu antrian. Bisa saja shalat dulu, setelah antrian mulai longgar barulah ikutan duduk di warung yang menyediakan “meja panjang” dan “tempat duduk panjang” itu. Ekonomis; karena tarifnya merogoh kocek ndak usah terlalu dalam, bahkan kalau pas lagi tanggung bulan dimungkinkan untuk “buka rekening” dulu, baru di setor setelah gajian, atau terima uang lembur saban Sabtu. Tukang warung sangat percaya ngutangi, karena ketika itu uang lembur pegawai cukup besar, tuntutan zaman belum era computer, semua pekerjaan administrasi secara manual. Salah satu menu favorit di warung itu adalah “Iwak Ndas”, menu ini tersedia terbatas banter2nya ada sepuluhan porsi, sedangkan karyawan di kantor ku itu lebih 300 orang. Memang tidak semua yang memilih makan siang di warung itu, tapi cukup banyak, lantaran “Praktis” dan “Ekonomis” tsb. Jadi kalau makan siang nanti ingin makan nasi “Iwak Ndas”, baiknya sekitar pukul sepuluh pagi sudah pesan dulu, agar disisihkan untuk pemesan. Kalau sudah memesan, maka begitu kita duduk di bangku Panjang menghadap meja, tukang warung akan memberitahu: “Ndas MU siap”. Kitapun menyantapnya sampai berkeringat (warung tidak ber AC) Rupanya “Iwak Ndas” itu adalah kepala ayam, disajikan dimasak seperti Gulai atau Sop. Paket sajian adalah kepala ayam termasuk jengger dan leher ayam. Pilihan apakah “Gulai Ndas” atau “Sop Ndas”. Walaupun sama2 kepala, tetapi buat menu kepala ikan Kakap tidak lazim disebut dengan Iwak Ndas, tetap saja disebut gulai “Kepala Kakap”. Di suatu tempat ibukota Sumatera Utara aku juga pernah dijamu makan sop kepala kambing, menu ini juga tidak disebut “Ndas Kambing”, tetap saja sop kepala kambing atau gulai kepala kambing. Soal pilihan menu makanan, rupanya Allah gandengkan dengan soal pakaian seperti tersurat dalam Al-Qur’an Al-A’raf 31: يٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوٓا ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ "Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." Dalam soal berpakaian hendaklah berpakaian yang bagus, karena berpakaian menyangkut orang lain artinya haruslah orang lain menyukainya. Sedangkan makanan adalah soal pribadi, soal individu, soal selera, setiap orang bebas memilih makanan apa saja yang dia suka. Singkat kata “makanlah yang engkau sukai, berpakaianlah yang disukai orang”. Termasuk salah seorang teman kerjaku dulu sekitar tahun 1973 an paling gemar makan siang dengan menu “Iwak Ndas”. Syarat makanan bagi agama Islam, tidak cukup hanya berdasarkan kesukaan, tetapi haruslah makan yang disukai itu : “halalan – thayyiban – bergizi - tidak berlebihan”. Halal bukan saja zatnya, tetapi juga cara memperolehnya. Thayyiban, setiap individu beda; boleh jadi suatu jenis makanan cocok/layak dimakan bagi seseorang, namun bagi orang lain tak lagi baik, karena akan mendatangkan penyakit. Bergizi yaitu dapat memenuhi standar kebutuhan hidup agar bugar sehat afiat. Tidak berlebihan; maknanya sesuai takaran normal, jika mengkonsumsi suatu makanan berlebihan justru mendatangkan mudharat. Temanku yang hobby “Iwak Ndas”, punya argument bahwa di “Ndas” terdapat hampir semua dari apa yang ada pada iwak yang dimakan. Di “Ndas” terdapat lidah, terdapat mata, terdapat telinga terdapat cengger (untuk ayam), terdapat tulang, terdapat otak, hanya tidak terdapat hati dan jeroan. Ditambahkan bahwa “Ndas” lah yang mengatur aktivitas seluruh organ, kalau “Ndas” terganggu akan terganggulah aktivitas seluruh badan. Makanan rupanya sangat berpengaruh bagi kesehatan dan kepribadian, kelompok masyarakat yang hobbynya mengkonsumsi daging, konon keperibadiannya agak keras. Kelompok masyarakat yang hobbynya mengkonsumsi tumbuh2an, kepribadiannya lemah lembut. Kelompok masyarakat yang hobbynya mengkonsumsi ikan laut, konon menjadi suka merantau, tertular sifat ikan; bepergian kemana saja di laut bebas. Wallahu alam bishawab. Yang penting sebelum makan kita berdo’a: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ "Dengan nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Ya Allah, berkahilah rezeki yang Engkau berikan kepada kami, dan karuniakanlah rezeki yang lebih baik dari itu dan peliharalah kami dari siksa api neraka." (HR Ibnu Sunni). Selanjutnya sesudah makan berdo’a: اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِىْ اَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَجَعَلَنَا مُسْلِمِيْنَ “ Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan telah memberi kami minum, dan menjadikan kami termasuk orang yang patuh”. Dalam hadits lainnya juga disebutkan dari Mu'adz bin Anas, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang makan suatu makanan kemudian berdoa: اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا الطَّعَامَ وَرَزَقْنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلً مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ (Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dengan makanan ini dan menjadikannya rezeki untukku, tanpa daya dan kekuatan dariku) Maka akan diampuni dosanya yang terdahulu." (HR Abu Daud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi). آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 8 Jumadil Akhir 1445 H. 20 Desember. 2023.

No comments:

Post a Comment