Sunday 19 November 2023

Sayang Anak

Disunting: M. Syarif Arbi No: 1.203.11.23. Sampai sekitar tahun 90 an bila naik kereta antar kota kelas ekonomi, setiap berhenti si suatu stasiun, bernaikanlah penjaja aneka dagangan asongan, mulai dari rokok, makanan dan mainan. Menarik slogan kampanye penjual mainan anak2 "sayang anak-sayang anak" di-ulang2 dari gerbong ke gerbong, sambil memainkan mainan display, yang dijajakannya sampai akhirnya turun di pemberhentian stasiun berikutnya. Slogan kampanye dipilih penjanja mainan itu, agaknya mereka tau betul bahwa naluri manusia sayang akan anak mereka. Perwujudan Sayang Anak. Pemilik kerajaan bisnis, sayang anak, diwujudkan dengan mewariskan bisnisnya untuk dikelola anaknya. Untuk itu sejak dini anaknya dididik, diarahkan untuk piawai di bidang bisnis yang akan diwariskan. Begitu pula profesi lainnya, seperti dokter, pengacara, dlsbnya. Walau tidak semua anak bersedia meneruskan profesi ortu mereka. Sohib akrabku, kami sama2 sebagai wartawan sekitar th 1970 an, saya alih profesi ke perbankan 1973, sohibku itu terus sebagai wartawan, sekarang jadi wartawan terkenal, tayang di TV setiap pekan. Ketika bertemu beberapa tahun lalu, dikantornya, kami sempat cerita masalah keluarga, sohibku ini katakan: "anakku satupun ndak ada yg mau jadi wartawan". Saya jawab: "anakku pun begitu juga, ndak ada meneruskan profesiku" Kenyataan memang demikian adanya, tidaklah selalu kalau ayah atau ibunya atlit renang, anaknya juga akan otomatis pandai berenang bila tidak melalui proses latihan. Tanpa belajar berenang, di ceburkan ke kolom renang, si anak di jamin kelelep, walau ortu mereka pemegang medali emas renang. Demikian juga meskipun Bapaknya sukses jadi pemimpin, belum tentu anaknya otomatis akan sukses jadi pemimpin, bila tidak melalui proses pembelajaran, pelatihan intensif dan pengalaman yang panjang. Adalah wajar sebagai manusia sayang kepada anak2 keturunan, karena Allah berfirman: وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَا فُوْا عَلَيْهِمْ Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya...............(An Nisa ayat 9) Tapi wujud sayang kepada anak, hendaklah tidak mentang2, tidak menghalalkan segala cara, tidak seharusnya menerabas kepatutan yang berlaku umum, demi mendudukkan anak sebagai pengganti diri. Tetapi sayang anak harus tetap dalam koridor taqwa kepada Allah dengan cara yang benar seperti lanjutan awal ayat 9 An Nisa awalnya dikutip di atas: فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيْدًا "Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar." Bahwa Allah memang perintahkan kita menyayangi anak2 kita agar tidak meninggalkan mereka lemah dalam segala hal, namun perwujudan sayang tersebut tetap dalam ketaqwaan dan kebenaran. Semoga anak2 keturunan kita sukses sepeninggal kita, menjadi hamba2 Allah yang taqwa. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 7 Jumadil awal 1445 H. 20 November 2023.

No comments:

Post a Comment