Monday 22 August 2022

IRI HATI menyiksa DIRI menghilangkan MALU.

“Apabila dengki sudah bertanah Datanglah daripadanya beberapa anak panah” Bait tersebut ku kutip dari “Gurindam Dua Belas” pasal yang keempat karangan Raja Ali Haji dari Pulau Penyengat dipublikasikan tahun 1263 H tanggal 23 Rajab. Naskah yang kudapat ketika berkunjung ke Pulau Penyengat, Kepulauan Riau 21 Nopember 2013. Kunjungan ke pulau Penyengat, setelah menjadi Nara Sumber dalam suatu pelatihan yang diadakan suatu dinas di Provinsi tersebut di Tanjungpinang. Sengaja kudatangi pulau yang harus menyeberang dari kota Tanjungpinang dengan sejenis perahu motor belasan menit itu, karena tergelitik hati ingin nyaksikan masjid yang konon dibangun merangkai dindingnya dengan “putih telor”. Alhamdulillah nyampai, sempat pula mengabadikan dengan foto2. Bait gurindam tersebut kucoba menterjemahkannya: Jika dengki sudah diberi tanah di hati sehingga sifat itupun tumbuh subur, maka akan datanglah sejumlah senjata dilambangkan anak panah. Senjata berupa anak panah tersebut siap untuk diserangkan kepada orang lain, kepada siapa kita menaruh dengki atau iri hati. Kadang untuk membidikkan anak panah itu ke sasarannya, orang yang memelihara dengki itu, akan berikhtiar sedemikian rupa, menghilangkan gawe kerja (kegiatan rutin), terbuang waktu sia-sia. Tidak jarang untuk mewujudkan pemuasan hati karena dengki itu, si pendengki sampai gelisah, susah tidur dan bahkan kehilangan pertimbangan logis atau bahasa gaulnya “hilang malu”. Sebelum tahun 1973, diriku masih menggeluti profesi sebagai wartawan. Lazim ketika itu bila sekelompok wartawan diundang oleh suatu instansi mengkikuti perjalanan ke suatu daerah, sebelum berangkat atau sesudah sampai di tempat tujuan, kepada kami dibagikan semacam uang transport sejumlah tertentu di dalam amplop. Pembagian “uang transport” tersebut dapat saja terjadi di hadapan sejumlah wartawan yang diundang dalam rombongan, sehingga masing-masing wartawan saling mengetahui tentang keberadaan amplop itu. Sesampai di tempat tujuan, oleh pengundang telah pula disediakan penginapan. Maklum ketika itu di daerah setingkat kabupaten belum banyak hotel tersedia seperti sekarang, di daerah yang kami kunjungi kami diinapkan oleh pengundang di dalam sebuah mess dengan ruangan besar. Dalam ruangan itu tempat tidur kami bersusun dua. Begitu besar ruangan itu cukup tertampung kami orang dua belas. Lay out tempat tidur susun membentuk huruf “U” bagian menuju pintu tidak diisi tempat tidur. Kamar mandi dan Toilet tersedia di luar kamar. AC ketika itu belum populer, apalagi undangan yang kami hadiri itu di daerah yang udaranya sejuk. Kami se profesi apalagi kalau bertugas di satu bidang penugasan biarpun berlainan surat kabar/media, tetapi sering kumpul dan oleh karenanya faham betul secara garis besar pembawaan, hobby dan watak masing-masing. Salah seorang kami diketahui oleh banyak teman punya sifat “Dengki”. Kuingat ketika itu ada pembagian bidang tugas misalnya wartawan bidang: ekonomi, politik, hukum, kriminal dan lain2. Ku tidak tau lagi sekarang setelah profesi itu kutinggalkan sejak Juli 1973 beralih ke perbankan. Kami waktu itu kebanyakan masih muda-muda dan kebetulan diriku belum genap duapuluh tahun (paling muda dirombongan itu), masih suka berbuat iseng. Karena kami tau sifat teman yang satu itu pendengki, maka diriku sengaja diatur, pura pura membuka amplop yang dibagikan oleh panitia, dimana sebelumnya amplop tersebut diam-diam sudah ditambah dengan isi amplop dua orang rekan lainnya. Pembukaan amplop disiasati sedemikian rupa, sembunyi-sembunyi sepertinya agar tidak diketahui orang lain, tetapi diupayakan agar si pendengki dapat melihat dan memancing dia bertanya. Benar juga diapun akhirnya bertanya, karena melihat tebal dan hitungannya cukup lama. Sejurus kemudian si pendengkipun menuju kamar mandi dan ketika keluar dari kamar mandi telah nampak perubahan air mukanya. Acara hari itu berjalan padat, sampai sore hari kamipun diantar panitia menuju penginapan dengan tempat tidur susun kami. Entah bagaimana pengaturannya diriku dapat tempat di atas dan si pendengki pas berada di bawah tempat tidurku, jadi aku tak dapat memonitor si pendengki tentang bagaimana dianya sebelum tidur. Temanku yang berhadapan-hadapan dengan tempat tidurku di ranjang susun atas, sekali sekali mengacungkan jempolnya kepadaku. Rupanya temanku tadi dapat memantau bagaimana gelisahnya si pendengki mencari posisi tidur malam itu, sebentar telentang, sebentar miring kiri dan sebentar miring kanan. Rupanya si pendengki gelisah teramat sangat. Benar juga besok pagi ketika sarapan, yang bersangkutan belum muncul. Terakhir kami ketahui, bahwa yang bersangkutan sebelum sarapan pagi menemui pembagi amplop, mengkonfirmasi ke panitia, tentang berapa sesungguhnya isi amplop, karena dia merasa di “anak tirikan” diberi jumlah hanya sepertiga. Sebab beberapa orang ketika dimintakan informasi ada yang menjawab belum sempat buka, ada yang jawab yaaah samalah dengan teman-teman lainnya. Begitulah sifat DENGKI ternyata terbukti menyiksa diri, buktinya gelisah tidur, dan hilang malu menanyakan ke panitia. Untungnya setelah itu suasana begitu padat dan tidak sempat dianya mendampratku, sebab padat dengan acara sampai kami pulang ke pos masing-masing. Namun setiap ketemu lagi dengan teman-teman lain di kesempatan berikutnya, cerita tersebut cukup membuat kami tertawa renyah. Guna mengendalikan diri kecenderungan untuk Iri Hati, mari kita cermati petunjuk Allah dikutip dua ayat dan satu hadist berikut ini. وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِۦ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْض "Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain……………………………………………...” (QS. An-Nisa' 4: Ayat 32) وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ فِى الرِّزْقِ  ۚ "Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal rezeki,…………..” (QS. An-Nahl 16: Ayat 71) Meskipun demikian, ada iri yang dibolehkan oleh nabi Muhammad saw. Iri hati yang dimaksud adalah keinginan untuk menyamai orang dermawan dan ahli Al-Qur’an. Dalam hadits riwayat Bukhari, Nabi Muhammad saw bersabda: عَن ابنِ عُمَرَ رَضي اللٌهُ عَنهاَ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلٌي اللٌهُ عَلَيهِ وَ سَلٌم لآحَسَدَ ألآ فيِ اثنَتَينِ رَجُلُ اتَاهُ اللٌهُ القُرانَ فَهُو يَقُومُ بِه انَأءَ اللًيلِ وَانَأءَ النَهَارِ وَرَجُلُ اعطَاهُ مَالآ فَهُوَ يُنفق مِنهُ انَأءَ الٌلَيِل وَانَأءَ النٌهَارِ. (رواه البخارى ومسلم والترمذى والنسائى وأبن ماجه). Dari Ibnu Umar ra berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tidak diperbolehkan hasad (iri hati) kecuali terhadap dua orang: Orang yang dikaruniai Allah (kemampuan membaca/menghafal Al Qur’an). Lalu ia membacanya malam dan siang hari, dan orang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakannya pada malam dan siang hari.” (HR. Bukhari, Tarmidzi, dan Nasa’i). Semoga Allah memeliharakan diri kita dari sifat2 yang merusak diri diantaranyanya “IRI HATI” kecuali Iri Hati yang positip, sehingga hidup penuh ketenangan dan kedamaian diiringi keridhaan Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 24 Muharram 1444 H. 22 Agustus 2022. (1.020. 08.22)

No comments:

Post a Comment