Monday 22 August 2022

ILMU diperoleh dari TOUR

Ya Allah: “manakah mahluk Engkau yang lebih alim” Allah menjawab:”Orang yang sanggup menghubungkan ilmunya dengan ilmu orang lain”, Demikian salah satu pertanyaan diantara 4 pertanyan Nabi Musa kepada Allah. Hal tsb. seperti apa yang disampaikan oleh Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi, dikutip oleh Prof.DR. Hamka dalam Tafsir Al-Azhar. Dua besaran ilmu dapat dibedakan: 1. Ilmu Produk MANUSIA dan 2. Ilmu produk Illahi (AGAMA) Ilmu AGAMA juga begitu banyak cabang dan rantingnya. Khusus ilmu agama saja, sampai habis ini usia tak kan mungkin untuk dikuasai semua. Sehubungan dengan itu agaknya tak seorang Proffesor-pun dapat mengklaim menguasai seluruh ilmu, sekalipun dalam bidang keilmuannya. Demikian juga tak seorangpun ustadz yg dpt menganggap dirinya paling mendalam ilmu agama nya sekalipun hanya ranting dari suatu ilmu agama yg ditekuninya. Walau si ustadz lulusan di berbagai negara, khusus bidang agama dari universitas ternama. Seharusnya berangkat dari ketidak sanggupan diri menguasai seluruh ilmu sekalipun sudah khusus bil khususon. Spesialis sub spesialis, tetap saja tak kan dikuasai, tak patutlah seseorang membanggakan diri. Barangkali tepatlah bila dikatakan sesungguhnya tak seorang manusiapun benar2 "alim" atau benar "berilmu". Ketika mengunjungi maqam Nabi Musa di Jericho-Palestina, mengikuti perjalanan tour ke Aqsha dilanjutkan berkunjung ke Goa Al-Kahfi di Jordan, jadinya teringat kisah nabi Musa berguru mencari ilmu ke Nabi Khaidir, (surat Al-Kahfi 60-82) ternyata Nabi Musa tak lulus…... Banyak ilmu pengetahuan yang rombongan kami peroleh dalam tour ibadah tersebut. Ilmu yang bersumber dari para guide di Cairo, guide di Jerusalem dan guide di Jordan. Juga dari ayat2 kauniyah berupa situs2 yang kami kunjungi, telah pula ku coba meredaksikannya dalam artikel2 yang sudah ku publish. Berbagai ilmu diperoleh rombongan kami dari para guide Mr. Hamdi (Cairo), Mr. Nazzeh Mushasha (Jerusalem) dan Mr. Adnan Rawasydeh (Jordan), kebersamaanku dengan mereka seperti nampak dalam foto2. Dirikupun dalam hidup ini, ikutan membagikan secuil ilmu dunia yang diketahui kepada sekelompok audience seperti kutampilkan dalam beberapa foto kenangan mengiringi artikel ini. Ilmu dunia, kebenarannya tidak mutlak akan terpengaruh oleh waktu, tempat dan kesepakatan pengguna (conditio sine qua non). Sedangkan ilmu agama yang didukung oleh dalil dari kitab2 suci yang diturunkan Allah dan petunjuk para rasul utusan Allah, adalah kebenaran mutlak. Nabi Muhammad s.a.w. sendiri tak menguasai ilmu dunia "produk manusia", tersebut dalam kisah mengawinkan kurma, beliau bersabda; أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ “Kamu lebih mengetahui urusan duniamu.” (HR. Muslim, no. 2363) Namun dianjurkan untuk mengumpulkan ilmu itu sebanyak mungkin karena Allah menjanjikan: اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ ۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ "Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah 58: Ayat 11). Naah disinilah letak sinergi ilmu terhimpun sehingga terwujud bangunan yang kokoh, rapi, indah dan artistik. Pengaduk semen, tukang batu, mandor dan arsitek; masing2 dg ilmu dan pengalamannya terhimpun, berdirilah gedung dan rumah, terbentanglah jembatan dan jalan layang serta jalan tol. Rasul juga memberi petunjuk: مَنْ أَرَا دَالدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِا لْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَالْاآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ Artinya: ”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi). Idealnya setiap diri berusaha terus mendalami ilmu dunia dan ilmu akhirat. Namun bila ilmu dunia tak begitu didapat, berikhtiarlah mencari dan mencari terus ilmu akhirat, sebab semua rangkaian ibadah menghendaki ilmu. Sebab ibadah tanpa ilmu dikhawatir tak sesuai petunjuk YANG Nyuruh ibadah. Ali bin Abi Thalib berpesan "wal amilu bit tanzil" ( beramal seperti yg diturunkan = beribadahlah sesuai petunjuk Allah dan RasulNya). Kembali kepada jawaban Allah atas pertanyaan Nabi Musa, dipetik di atas, barulah seorang dapat dikatakan "Alim atau berilmu" bila sanggup menerima ilmu orang lain, tidak merasa paling berilmu sendiri. Menyadari bahwa ilmu yang diturunkan Allah ke dunia ini tak mungkin untuk dikuasai sendiri. Mampu menggabungkan ilmu yang dia punya dengan ilmu2 orang lain. Ilmu penting untuk kehidupan dunia dan akhirat. Bila para ilmuan bidang "ilmu pengembangan pengetahuan manusia" maupun "ilmu agama", berhimpun mensinergikan ilmunya, barulah dunia ini akan menjadi aman tentram dan sejahtera. Kalau semua ilmuan saling bantu, saling bekerja sama dengan keahlian masing-masing tentu sinergi tsb melahirkan orang2 ALIM atau BERILMU. Ketika orang Alim atau Berilmu memimpin dunia ini, jadilah dunia aman dan makmur. Lebih khusus ketika orang2 Alim atau Berilmu memimpin suatu negeri, insya Allah tercapai "baldatun thayyibatun warabbun ghafur" (negeri aman makmur dlm kedamaian dibawah limpahan rahmat Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 14 Muharram 1444 H. 12 Agustus 2022. (1.013. 08.22)

No comments:

Post a Comment