Monday 22 August 2022

PESAN PEJUANG KEMERDEKAAN.

Ku terlahir ketika Proklamasi kemerdakaan telah memasuki tahun ke lima. Ayahku almarhum, termasuk masih merasakan getir pahit zaman Belanda dan Jepang. Sebagai Veteran Pejuang Kemerdekaan, hari proklamasi 17 Agustus selama beliau masih hidup, sangat beliau tunggu, ikut upacara diundang oleh Pemda setempat. Di tahun terakhir hidup ayahku di Agustus 1997 ku pernah menyusunkan naskah pidato yang akan beliau sampaikan di resepsi ULTAH kemerdekaan di Kabupaten domisili ayahku. Beliau mendiktekan butir2 pesan yang ingin beliau sampaikan dalam pidato itu nanti. Diriku diminta menyusunkan dalam naskah terketik format redaksi suatu sambutan. Oleh Panitia beliau sebagai Veteran Pejuang Kemerdekaan diminta menyampaikan pesan2 ke generasi penerus. Itulah rupanya saat terakhir ayahandaku berdiri di podium membaca naskah pidato, naskah didekatkan ke mata. Tak heran anak2nya menyimpan foto itu sbg kenang2an. (seperti kusertakan di artikel ini) Semasa hidupnya terlebih di suasana HUT kemerdekaan seperti hari ini, tak habis2nya beliau mengenang sahabat2 sebayanya yang gugur diusia muda sebagai pahlawan kusuma bangsa. Kalaupun masih hidup, rekan2 seangkatan ayahku itu, sebagai Veteran Pejuang Kemerdekaan sudah tidak banyak lagi. Tentu usia mereka yang masih hidup mendekati seabad atau ada yang lebih. Tinggal lah kita2 sebagai generasi penerus menikmati, mengisi kemerdekaan yang mereka wariskan. Menyoal kemerdekaan, suasananya yang ingin tercipta sebagai bangsa yang merdeka idealnya adalah: 1. Aman dari segala kejahatan. 2. Tentram, bebas keresahan. 3. Makmur, sejahtera. Negara seperti tsb yang dilambangkan Al-Qur'an (Saba 15) بَلْدَةٌۭ طَيِّبَةٌۭ وَرَبٌّ غَفُورٌۭ (negeri yang baik dalam ampunan Allah) Untuk mendapatkan ketiga hal tersebut di atas konsep Al-Qur’an adalah jelas yaitu seperti ternukil di awal ayat 96 dari surat Al-A’raf: وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرٰىٓ ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالْأَرْضِ "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,……………...” Namun hati2 bila kelimpahan berkah, berupa kemakmuran, berupa keamanan, berupa ketentraman itu tidak disyukuri dan bahkan mendustakan bahwa semua itu adalah karunia Allah. Selanjutnya “mendabik” dada bahwa semua kemakmuran, keamanan, ketentraman itu adalah lantaran “kerja keras” dari pemimpin dan rakyatnya dengan menafikan “atas Berkat Rahmat Allah……...” seperti ketika mendapatkan kemerdekaan (alinea ke III pembukaan UUD 1945) maka waspadalah ancaman Allah di akhir ayat 96 surat Al-A’raf: وَلٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ “……..tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." Allah akan cabut kenikmatan kemerdekaan itu apabila: Warga di negara itu mengingkari nikmat-nikmat Allah; فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ ٱللَّهِ Maka Allah akan mencabut nikmat kemerdekaan itu dan bahkan Allah akan menimpakan: Kelaparan ( ٱلْجُوعِ ) Ketakutan ( وَٱلْخَوْفِ ) Seperti yang diberi perumpamaan oleh Allah di Surat An-Nahl ayat 112 yg dikutip penggalannya di atas dan lengkapnya sbb: وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ ءَامِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذٰقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ "Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat." Harapan kita agar nikmat sebagai bangsa merdeka, kian hari kian sempurna sesuai dengan apa yang di-cita2kan para pejuang kemerdekaan. Semoga kemerdekaan bangsa ini baik secara ekonomi, politik dan keamanan serta seluruh pengatur kehidupan berbangsa dan bernegara terus terjaga. Setiap warga bangsa berkewajiban menjaga kemerdekaan ini, dari pemimpin tertinggi sampai ke rakyat terendah yang dipimpin. Jangan rela kemerdekaan sebagai bangsa dan sebagai individu terampas. Karena betapa pedihnya terjajah dibidang apapun. Kata kuncinya mensyukuri nikmat kemerdekaan ini, dengan bekerja keras, namun tidak menafikan peran Allah disetiap kesuksesan yang diperoleh. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 20 Muharram 1444 H. 18 Agustus 2022 (1,017.08.22)

No comments:

Post a Comment