Monday 22 August 2022

Pulang dari Aqsha

Demikian banyak kesan pandangan, kesan keadaan dan kesan spiritual selama 10 hari ikut tour terpasang niat "mendatangi masjidil Aqsha". Guna sampai ke tujuan ke Aqsha; banyak tempat, situs bersejarah utamanya dari dimensi agama dilalui, baik sebelum dan sesudah ke Aqsha, yaitu di Cairo dan Jordan. Di Cairo situs dikunjungi Museum Fir’aun, maqam Imam Syafi'ie, univ Al-Azhar, maqam cucu Rasulullah; Husein, Pyramid dan sungai Nil. Masjid Ali, benteng Al-Ayubi. Perjalanan menyusuri Gurun Sahara selama 13 Jam. Nginap di tapal batas Mesir - Israel, kota Taba di tepi laut merah (Hotel Tolip). Di Jerusalem, mengunjungi Maqam Nabi2 yg ada di Jerusalem, bukit Zaitun, tembok Ratapan, bukit Golgota, dan masuk ke masjid2 seputar masjidil Aqsha. Di Jordan, mengapung di Laut Mati, cuci muka di Uyun Musa, ziarah ke Maqam Nabi Syu'aib, menapaki Petra, berteduh di bawah pohon Sahabi dan mengagumi Goa Ashabul Kahfi. Semua situs2 yang kami kunjungi telah dihimpun dalam artikel2 yang telah ku publish. Meninggalkan Cairo, napak tilas Nabi Musa menyeberangi laut merah. Bila Nabi Musa mnyeberangi laut merah dengan tongkatnya, rombongan kami dengan bis. Dari benua Africa ke benua Asia cukup dengan hitungan mundur didalam bis mulai angka 10 ketika masuk terowongan terusan Suez sampai ke angka nol sudah keluar terowongan sampai di daratan Asia. Selama ini kisah tentang Nabi Musa menerima Taurat di bukit Tursina dan kesyikiran Samiri dengan patung anak lembunya, hanya tau dari ayat Al-Qur’an, berkat tour ini kami telah melihat, walau tdk sampai sangat dekat. Keluar terusan Suez, sdh ditawarkan "siapa yg ingin mendaki bukit Tursina angkat tangan". akan difasilitasi. Aku orang yg pertama angkat tangan diikuti bbrp orang. Tetapi setiba di kaki bukit, tak seorangkan yg meneruskan niatnya karena bgt sulit mendatanginya seperti tlh kutulis di artikel nomor 985.07.22, 5 Juli 2022. Yaitu harus naik kendaraan sejenis angkot, disambung dengan naik Unta, sampai di kaki bukit harus menaiki 750 anak tangga. Kesan spiritualnya; bahwa begitu berat perjuangan Nabi Musa untuk menerima perintah Allah. Wajar kalau beliau marah kepada kakaknya (Nabi Harun), baru saja ditinggal selama 40 hari, iman kaumnya sudah berubah mempersekutukan Allah dengan anak lembu rekayasa Samiri. Begitu deg-degan masuk ke negara dikuasai Israel. Visa boleh masuk Israel saja baru diterima kabarnya ssdh berada di Cairo. Ternyata 2 orang dari kami ditolak masuk Israel. Begitu juga ketatnya tentara Israel berjaga di gerbang2 masuk masjidil Aqsha. Kesan terhadap fasilitas. Pelayanan guide di Cairo Mr. Bandara dan Mr. Hamdi. Di Jerusalem Mr. Nazzeh Mushasha, guide di Jordan; Adnan Rawasydeh, demikian profesional dan bersahabat. Rombongan kami naik pesawat Qatar Airways dari Jakarta, dengan tanpa mengantongi Visa Mesir. Sampai di bandara Cairo, sebelum masuk ke Imigrasi Mr. Bandara (guide Cairo) sudah menanti kami, membagikan Visa Egypt, untuk ditempelkan di passport masing2. Hotel, dengan makanannya yang demikian mewah. Soal selera itu masalah lain. Apalagi beda negara, sedangkan beda daerah saja selera tdk sama. Namun diakui menu makanan tersaji lengkap dan mewah. Bis yg mengantar ke situs2 yg dikunjungi di tiga kota tsb bgt nyaman. Pokoknya semua fasilitas sangat2 baik sehingga biaya yg dikeluarkan sangat setimpal. Kesan spritual. Kami dengan usia senja, sebetulnya berangkat dlm keadaan yg tidak fit benar. Bahkan di jam2 terakhir akan berangkat badan tidak nyaman, dengan berbagai penyakit kronis. Kesan spritual yg dirasakan, bahwa dg acara yg bgt padat, istirahat yg kurang, berjalan kaki banyak di seputar masjidil Aqsha, Perta, nyemplung di Laut Mati. Semuanya dijalani dlm keadaan segar bugar. Penyakit kaki yg sulit berdiri ktk di Jakarta,selama dlm perjalanan tdk terasa sama sekali digunakan berjalan yg begitu panjang. Anehnya stlh sampai di rumah, kaki kambuh lagi sakit. Secara spriritual betul2 merasakan bagaimana besarnya kekuasaan Allah, meminjamkan kesehatan, kebugaran selama dalam tour ibadah memenuhi seruan Rasul-Nya. Koper ketika dari Jakarta sudah di patut masing2 dibawah 25 Kg (sesuai batas maksimal), dengan muatan 11 stel pakaian (dg rincian sehari satu stel + utk nyemplung di Laut Mati), karena tak mungkin untuk mencuci. Ketika pulang menjadi 27 Kg lebih, lantaran memuat antara lain pakaian basah berkadar garam tinggi usai di pakai di Laut Mati juga membawa lumpur laut mati, masing2 koper 3,5 Kg. Sepatu tidak lagi muat di kaki, bengkak karena banyak berjalan, untung membawa sandal jepit. Kini kami telah lbh sebulan pulang dari tour yg sangat mengesankan itu, tinggal tersisa kenangan berupa foto2 dengan keceriaan, diantaranya kuikut sertakan pada artikel2ku. Semoga kisah perjalanan kami ke Aqsha ini bermanfaat adanya. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 4 Muharram 1444 H. 2 Agustus 2022. (1.007. 08.22)

No comments:

Post a Comment