Tuesday 5 July 2022

Toilet Portable-Disposible

Menyambung tulisanku no. 985 topik "menyusuri Gurun Sahara" selama 13 jam. Sebetulnya bila terus menerus tanpa henti jarak tempuh tsb dpt dipersingkat, mungkin hanya 7 sampai 8 jam saja. Karena jarak Cairo-Taba menurut Geogle 414,3Km waktu tempuh mobil pribadi hanya 5 jam 4 mnt. Menurut guide jarak tempuh 750Km (mungkin jalurnya beda). Lagian perjalanan harus bbrp kali berhenti: 1. Antri di check point. 2. Memberi kesempatan ke toilet di Pom Besin atau toko setara mini market. 3. Menyaksikan "jejak rasul". Maqam Nabi Harun, Nabi Shalih, anak lembu Samiri dan lihat dari kaki G. Sinai, tempat Nabi Musa "bertemu Allah". 4. Menunggu konvoi, melintas stlh G.Sinai, konon dibuka selang 2 jam. (guide kami memilih meninggalkan G. Sinai pkl 18.00). Berhenti butir "1", sdh kukisahkan diartikel y.l. bis kami tak ada persoalan diperiksa, tapi tetap saja antri karena bukan hanya bis kami yg melintas. Berhenti di butir "2" urusan toilet, memang hal ini urusan kecil tapi penting. Apalagi diusia senja "tabung kemihnya" sudah mengecil. Hal ke toilet jadi urusan serius. 7 hari sblm berangkat, rombongan yg umumnya blm saling mengenal, pertama kali bertemu dlm kemasan acara "Technical Meeting", di Hotel Sofyan Tebet. Di kesempatan itu kuluncurkan 15 butir pertanyaan kpd presenter yg sekaligus bakal jadi "tour leader". Diantara pertanyaanku menyangkut soal toilet. Cukup jelas penjelasannya, bahwa: a. Bis dlm tour ini tak mungkin berhenti atas permintaan penumpang seperti bis antar kota antar provinsi di Indonesia. b. Bis umumnya tdk menyediakan toilet. Kalaupun ada tdk digunakan menghindari aroma tak sedap di perjalanan jauh dan lama itu. Jawaban ini menganulir penegasan ustadz yg ku kenal baik karena terjadual sbg khotib di Masjid yg saya bina. Ustadz ini sdh 5 kali ke Aqsha dan terakhir sebelum Pandemi, menginformasikan kpdku bahwa tiap bis jarak jauh, mesti dilengkapi toilet. Tour leader nyatakan ketika berpisah di Bandara Soeta, pengalaman beliau orang banyak tanya, biasanya sumber masalah dlm perjalanan, "ternyata Bapak tidak". Saya lupa infokan.kpd tour leader insting ingin tau saya bgt detail karena terakumulasi dari kilasan hidup saya: 1. Masa muda sbg wartawan ibu kota selama l.k. 7 tahun. Terbiasa untuk melihat masalah dg 5W + 1H. 2. Alih profesi diperbankan aktif selama 27 tahun. Menanamkan ke hati2an. 3. Purna tugas di bank, diangkat DIKTI sbg Dosen, dijalani 20 tahunan. Terbiasa buat pertanyaan yg singkat mengena, buat mahasiwa utamanya UTS dan UAS. Kepada para Guide di Mesir, Palestina dan Jordan juga dikesempatan tertentu kuajukan jg pertanyaan2 yg insya Allah bakal jadi bahan artikel. Tulisan2 ku khusus ttg perjalanan ini ku share juga ke Mr. Hamdi (Mesir). Mr. Nazzeh Mushasha (Palestina) dan Mr. Adnan Rawasydeh (Jordan). Mereka mengapresiasi artikel2 tsb terutama Mr. Hamdi; karena topik artikel masih di Mesir. Mr. Adnan mengomentari: "bgmn tentang Jordan?". Insya Allah Mr. Adnan.... akan saya publish kisah Jordan utamanya pengalaman di laut mati, saya sempat cuci muka di Uyun Musa. Kesan mendalam menjelajah Petra berjalan kaki dan pohon Sahabi. Berbicara ttg toilet, diusia lanjut seperti diungkap di atas kantong kemih sdh mengecil, frekuensi pipis akan lebih sering. Masalahnya ketika singgah di toilet, rumah makan, mini market, atau Pom bensin, belum tentu saat itu sdh mau kencing. Tentang tarif kencing dlm perjalanan itu seperti diumumkan guide bahwa sekali masuk toilet 1Usd untuk 4 orang. Kenyataannya ada juga 1 Usd 3 orang. Itu tidak masalah, karena bekal duit secukupnya ada. Anjuran Mr. Hamdi, ajak 4 orang giliran masuk toilet, kalau tdk dpt teman, Mr. Hamdi bercanda "maka bayar Usd 1, empat kali masuk toilet". Kesimpulan pertanyaanku di tanah air ttg toilet, kondisi diri yg tak dpt dipaksa kencing, tergantung sdh penuh atau belum kantung kemih. Seringkali kantung kemih penuh ketika bis sedang melaju. Maka dari tanah air sdh kusiapkan "Toilet Portable-Disposible". Bukan saja di perjalanan dlm bis bbrp kali, toilet ini pernah dua kali ku gunakan di Aqsha, 3 kali di pesawat terbang Doha-Qatar ke Soeta tiga kali. Di Aqsha toilet dmkn jauh. Dari depan masjid melangkah puluhan langkah menuju bangunan kubah emas, mendaki tangga....... berjalan lagi cukup jauh lbh 50 langkah, harus nuruni tangga lbh dari 10 trap? melangkah lagi menuju toilet lbh dari 100 langkah. Sampai di toilet blm tau pasti ada toilet yg bebas. Padahal tabiat pengen kencing lansia, bila sdh maunya tak dpt ditahan. Maka sempat dua kali "toilet portable yg disposable" itu di Aqsha berguna. Ssdh shalat subuh dan ssdh shalat Jum'at. Rahasia ini, hanya diriku dan istri yg tau, tapi kini ku buka smg dpt membantu para lansia yg akan tour ibadah yg jauh, tak dpt nahan kencing, tak dpt dipaksa kencing sblm kantong kemihnya penuh. Peralatan yg kami sediakan dari tanah air. Sejumlah kantong plastik transparan ukuran stngh kg. Di kantong celana senantiasa tersedia paling kurang 5 kantong dilipat kecil masing2 kantong dilengkapi dg 2 karet gelang. Siapkan satu pak kecil tissue basah. Teknik penggunaannya: Ketika sdh kebelet benar, masukkan kantong plastik ke celana, gunakan karet gelang agar tidak merembes kemana-mana. Bgt tuntas secara perlahan tissue basah yg sdh disiapkan, digunakan, sebab hrs dijaga kesucian pakaian, hingga layak buat shalat. Urine sdh tertampung, sementara disimpan di tas tenteng (jika di bis), sampai tempat pemberhentian buang ke tong sampah. Di pesawat terbang, masukkan ke kantong depan tempat duduk. Bila nampak toilet pesawat lampu depannya sdh hijau, langsung ke toilet membuangnya. Ketika di Aqsha ku duduk santai di bawah pohon Zaitun. Selesai urusan,....... pergi ke tong sampah. Di pesawat terbang, di bis teman yg duduk dibangku sederetpun tdk tau peristiwa itu. Di Aqsha usai shalat, orang2 banyak duduk santai dibawah pohon Zaitun. Kududuk bersama mereka, sama sekali mereka tidak tau. Langkah selanjutnya ke keranjang sampah yg tinggal bbrp langkah. Tentu teknik ini hanya available buat kaum pria lansia. Demikianlah setiap ada kesulitan tersedia jalan keluar. فَاِ نَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا  "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan," (QS. Al-Insyirah 94: Ayat 5) اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا  "sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah 94: Ayat 6) Semoga ada manfaatnya. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 6 Dzulhijah 1443 6 Juli 2022 (986.07.22)

No comments:

Post a Comment