Thursday 29 April 2021

KEMATIAN hidupkan HATI yg MATI.

 Suatu renungan di shaum ke 18 Ramadhan 1442 H. Maaf tentang mati..... , suka ndak suka pasti di alami.... yg berpuasa .... mati.... yg ndak berpuasa juga mati.....


Apabila ada yg meninggal, bila keluarga, biar jauh berlainan kotapun kelazimannya sanak keluarga datang.


Bila yg meninggal tetangga, pantas-pantasnya tetangga terdekat betapapun sibuk bisnisnya menyempatkan datang ke rumah duka....... 

Untuk seakidah, menshalatkan, jika sempat mengantar ke pemakaman. 


Di era pandemi covid 19 ini, cukup menyedihkan, kalau meninggal teridentifikasi Corona maka kelaziman tsb di atas sdh tdk dpt diamalkan.


Apa mau dikata, keadaan mengharuskan demikian,  walau dlm hal jenazah terdpt petunjuk 

Rasulullah ﷺ ':

مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّىَ عَلَيْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ ، وَمَنْ شَهِدَ حَتَّى تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ . قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْنِ

"Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia men shalatkannya, maka baginya satu qirath. Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga dimakamkan, maka baginya dua qirath." 

Ada yang bertanya, "Apa yang dimaksud dua qirath?" Rasulullah s.a.w. lantas menjawab, "Dua qirath itu semisal dua gunung yang besar." (HR. Bukhari no. 1325 dan Muslim no. 945). Dari Abu Hurairah.


Ganjaran 1 qirath atau 2 qirath itu tentulah didapatnya nanti di akhirat. Itu juga berapa besarnya gunung itu tergantung kadar keihlasan. Boleh jadi makmum yg shalat jenazah di shaf paling belakang dpt ganjaran sebesar gunung Rinjani, sementara imamnya malah sebesar bukit pasir mainan anak-anak ditepi pantai bila keikhlasan tipis, ekstrimnya malah mungkin ada yg ndak dpt apapun jika shalat jenazahnya sekedar ikut lantaran malu ama tetangga. Atau malah shalat jenazah ingin dpt imbalan.


Maaf ada kearifan lokal suatu tempat yg membiasakan memberikan amplop kpd jamaah yg menshalatkan jenazah. 

Nilai di dalam amplop tergantung tingkat kekayaan si mayit. Nah dlm hal ini, bila, sekali lagi bila berdirinya imam maupun makmum di shalat jenazah itu terbersit niat untuk mendapatkan imbalan isi amplop itu mungkin tak dapat lagi "qirath" itu (wallahu 'alam bishawab).


Ikut prosesi jenazah penting sebagai nasehat dan pelajaran seperti diungkapkan Rasulullah ﷺ  mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya. Nabi ﷺ  bersabda,

أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه

“Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani).


Bgt pentingnya ikut menshalatkan dan mengantarkan jenazah ke pemakaman sampai termasuk fardhu kifayah karena banyak dpt dipetik pelajaran a.l.:


1. Menyadarkan bahwa diri kita sendiri pasti akan mati. Mati cepat semasa masih muda atau lambat setelah tua, tapi mesti bakal dialami.


2. Bgt seseorang mati maka semua manusia sama, betapapun tingginya jabatan semasa hidup, betapa banyakpun harta tak ada bedanya si kaya dan si miskin, pejabat tinggi dan rakyat jelata. Ukuran liang lahat segitu juga.


3. Setidaknya beberapa saat setelah prosesi pemakaman, terjadi kilas balik di diri dlm menjalani hidup ini, seberapa banyak sdh dosa dilakukan, sekecil apa tabungan pahala kebaikan yg tlh diperbuat.


Nah berarti menshalatkan jenazah, mengantar ke kubur, "mampu menghidupkan hati yg mati". Karena kalau masih tdk dpt memetik sekurangnya 3 pelajaran di atas, ini pertanda bahwa "hati tlh mati". 


Pemilik hati yg mati, do'anya besar kemungkinan tdk terkabul. Begitu menurut Ibrahim bin Adham (hidup di abad ke dua Hijriah), salah satu tanda hati sudah mati adlh "tak dpt memetik pelajaran dari jenazah" seperti dimaksud di atas.


Semoga Allah, senantiasa menghidupkan hati kita semua, menghindarkan penulis dan pembaca yg arif dan beriman dari matinya hati. Sehingga janji Allah kepada kita sampai;

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْۤ اَسْتَجِبْ لَـكُمْ ۗ 

"Dan Tuhanmu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.

(QS.40 = Ghafir ayat 60)


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 18 Ramadhan 1442 H.

30 April 2021.

No comments:

Post a Comment