Friday 29 January 2021

Sukses di Lapak Dogan.

Enampuluhan taun lalu, blm banyak kecamatan yg ada sekolah setingkat es el te pe. Anak2 kecamatan kl mau "nyambung" (istilah daerahku ke sekolah yg lbh tinggi) stlh tamat es er hrs ke kabupaten. Kalau pengen ke es el aa, kadang ada kabupaten yg blm ada, maka hrs ke Provinsi. Kuliah jelas hrs ke ibu kota provinsi. Transportasi blm semudah skrg, jadi bila "nyambung", hrs pindah kediaman, pisah dari Ortu. Merantaulah jadinya.


Seorang pemuda lumayan beruntung terlahir di ibu kota kabupaten, dimana terdpt satu2nya es em aa. .....


Merantaulah pemuda bercita-cita tinggi ini  setamat es em aa dari kampung tanah kelahirannya ke ibukota Provinsi. Angannya, akan nyambung ke universitas. Tentang biaya perkara nantilah, pikirnya, yg penting dirinya siap kerja apa saja di rantau nanti, yg penting ada modal buat transpor. Lagian ketika itu biaya kuliah sangat msh relatif ringan.


Berat hati sebenarnya Ortu melepas kepergian anaknya yg baru saja beranjak dewasa. Padahal jaman itu izajah es em aa udah di terima di kantoran di kabupaten mereka, ndak usah pake beragam test.


Dasar ini anak ber-cita2 ingin punya titel, bulat niatnya ingin nyambung ke universitas. Dianya termotivasi, seorang pejabat kabupaten bertitel "BA", bertamu ke rumah pak lurah. Gadis2 pada ngintip dari balik tabir penyekat ruang tamu, sampai tabirnya putus talinya. (jaman itu lagi musim tabir penyekat ruangan keluarga dg ruang tamu pakai kain digantung dg tali).


Bgt hebatnya orang bertitel, digandrungi gadis2 remaja ketika itu. Ini pemuda ingin mencapai tu titel walau hrs merantau.


Untuk sangu merantau, oleh Ortu dijualkan padi hsl panen taun itu ratusan Gantang. Ayah pesan "nanti di ibu kota provinsi mungkin untuk nginap sementara kau cari teman ayah seperjuangan jaman revolusi, mudah2an masih hidup". (diberikan nama dan alamat yg di ketahui si ayah). Tambahan pesan: "kalau dpt kau tak usah lama2 tinggal disitu, karena pak lekmu itu bukan siapa2, sanak bukan saudara tidak, hanya kawan seperjuangan dimasa mempertahankan kemerdekaan".


Singkat cerita sesampainya di ibukota provinsi, si pemuda ketemu kediaman "teman seperjuangan ayah", diterima nginap dirumahnya. Beliau hidupnya juga pas2an, rupanya si pak lek usaha jualan makanan petang sampai malam hari. Naah kebetulan sementara dpt membantu pak lek mendorongkan gerobak, serta bongkar pasang tenda sblm dan ssdh dagang.


Ingat pesan Ortu jangan berlama-lama tinggal di rumah pak lek. Amanat itu tak lama kmdn terwujud, dapat kerjaan jadi krani di toko klontong. Jam kerja sih teratur, tapi seharian hampir ndak ada istirahat termasuk kalender merah. Ok-lah pikir si pemuda, untuk sementara, sekalian malam dpt disuruh nginap di toko. yg penting dpt batu loncatan dulu. Nanti cari pekerjaan lbh baik, barulah bila sdh cukup modal dan waktu memungkinkan "nyambung" sekolah jadi mahasiswa. Terbayang sesekali pulang kampung pake jaket almamater.


Perjalanan nasib,............. anak gadis pemilik toko kepincut-bersambut dg si pemuda. Rupanya hubungan berlanjut, sampailah harus menikah padahal "nyambung" blm terlaksana. 


Masalahnya tdk segampang itu Ortu gadis yg pemilik toko klontong itu ndak berkenan, karena sblmnya anak gadisnya itu dulu sdh dekatan dg seorang pemuda dg etnis dan agama yg sama, setamat es em aa nyambung sekolah dokter ke kota lain (kota tsb blm ada FK). Ayah si gadis sdh membayangkan punya mantu dokter, kok kini dapatnya krani.


Singkat cerita si perantau ini di usir, namun gadis sdh kadung kepincut jadinya ikut dan nikah berwali hakim dan sekalian ikut agama suami.


Nafkah hrs dicari, dg modal seadanya, juga terpaksa lapor Ortu dikampung minta dibantu. 


Dirintislah usaha jualan "Es Dogan" (pinjam bhs daerah si pemuda artinya es kelapa muda), didorong dg gerobak, terinspirasi dagangan pak lek tumpangan ketika mulai merantau. 


Cuma kalau pak lek jualan hanya malam, sdg pemuda ini boleh dibilang siang malam dan tlh dapat tempat tetap di suatu pengkolan prapatan di kota itu. 


Eee...... namanya rezeki tidak pandang TEMPAT tidak pula BERSUKAT. Usaha sukses sampai punya armada "es dogan" beranak buah lbh dari sepuluh. Akhirnya walau "nyambung jadinya urung", lumayanlah sdh punya rumah sederhana. 


Anak yg lahir kurang lebih dua th stlh nikah, kini berkat tekad bulat tlh dpt di sekolahkan di FK (kbltn sekarang di provinsi itu universitasnya sdh ada FK). 


Ketika wisuda ayah dan ibu si istri diberitahu dan dimintakan undangan. Namun pas tdk bersedia datang.


Peristiwa ini bagaikan menunjukkan kpd "Engkong dan Emak", naah dulu pengen mantu dokter, kini walau tak punya mantu dokter, punya cucu dokter.


Alur kisah ini, menujukkan bahwa apa yg dicita-citakan blm tentu berhasil seperti yg dicita-citakan. Namun bercita-cita itu penting untuk tergerak mencapainya. Ingin BERTITEL jatuhnya di LAPAK DOGAN. Boleh jadi cita2 dimasa kita tidak tercapai oleh Yg Maha Kuasa di wujudkan dimasa anak keturunan kita. Adlh penting bercita-cita, berusaha mencapainya lalu tak boleh diabaikan berdo'a,

karena Allah perintahkan:

وَقَا لَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْۤ اَسْتَجِبْ لَـكُمْ

(Dan Tuhanmu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu). "QS: Ghafir ayat 60".


Ssdh itu serahkan kpd Allah hasilnya. Allah lbh tau yg terbaik buat kita masing2.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 16 Jumadil Akhir 1442 H.

29 Januari 2021

(729.01.21).

No comments:

Post a Comment