Friday 22 January 2021

Manakala GAGAL.

 

Orang yg mengalami ke-GAGAL-an tentu adlh orang yg ber-USAHA. Orang tak ber-USAHA, tentu tak dijumpai GAGAL. Kalau bgt supaya tdk GAGAL jangan ber USAHA. Tapi mau bgmn lagi, hidup normal harus berusaha, beraktivitas, berkegiatan.


BERBISNIS bisa GAGAL.

Dunia bisnis, berpeluang untuk menjadikan pelakunya sukses. Sebaliknya tdk sedikit pelaku bisnis gagal. Apakah kegiatan pebisnis ini sia2, stlh mengalami kegagalan?. Kadang malah belajar dari kegagalan itu, meraih sukses yg gemilang dikemudian hari.


PETANIpun berpotensi GAGAL.

Petani dg tekun merawat sawah/ tanamannya, kadang juga terjadi gagal panen. Secara finansial merugi, tak terbalas jerih payah. Keberhasilan pertanian memang betul lantaran baiknya mengolah tanah, perawatan sempurna,  cocok musim, tepat pupuk..... 

Tetapi bordo'a jangan abaikan. Usai berikhtiar bertani dan berusaha apapun jangan lupa mohon Allah menyertai. Jangan sampai seperti perumpamaan di QS: Al-Kahf 32 dan 42.


وَا ضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا رَّجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِاَ حَدِهِمَا جَنَّتَيْنِ مِنْ اَعْنَا بٍ وَّحَفَفْنٰهُمَا بِنَخْلٍ وَّجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا زَرْعًا ۗ 

"Dan berikanlah (Muhammad) kepada mereka sebuah perumpamaan, dua orang laki-laki, yang seorang (yang kafir) Kami beri dua buah kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan di antara keduanya (kebun itu) Kami buatkan ladang."

(QS. Al-Kahf ayat 32)


وَاُ حِيْطَ بِثَمَرِهٖ فَاَ صْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلٰى مَاۤ اَنْفَقَ فِيْهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوْشِهَا وَيَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ لَمْ اُشْرِكْ بِرَبِّيْۤ اَحَدًا

"Dan harta kekayaannya dibinasakan, lalu dia membolak-balikkan kedua telapak tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang telah dia belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur roboh bersama penyangganya (para-para) lalu dia berkata, Betapa sekiranya dahulu aku tidak menyekutukan Tuhanku dengan sesuatu pun."

(QS. Al-Kahf  ayat 42)


SEKOLAH  juga sering GAGAL.


Pelajar/mahasiswa, telah gigih belajar, bukan mustahil ada saja sebabnya menjadi gagal. Misalnya peraturan berubah, perekonomian, kesehatan, faktor alam dlsbnya. Jangan salah,...... tak sedikit orang yg gagal ketika sekolah sukses di masyarakat bahkan ada yg malah terkenal di dunia.


Bgtlah usaha tak selamanya berhasil mulus sesuai yg direncanakan. Juga apakah hasil usaha para peserta didik yg gagal ini sia2?.


Dari alur kisah terbentang serba sedikit di atas, dimaklumi bahwa kerja kita, upaya kita kadang tak berhasil. Kadang gagal sebagian, bahkan sering malah gagal total.


Keyakinan orang beriman bahwa apapun usaha/kerja untuk kebaikan, meskipun di dunia tdk memperoleh apa2 bahkan mungkin mendptkan cercaan, cemo'ohan. Sepanjang ketika mekakukan pekerjaan/ usaha tsb tlh dg niat ibadah kpd Allah, akan bernilai sbg kebajikan yg hasilnya akan dipanen kelak di akhirat.

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا كُفْرَانَ لِسَعْيِهٖ ۚ وَاِنَّا لَهٗ كٰتِبُوْنَ

"Barang siapa mengerjakan kebajikan dan dia beriman, maka usahanya tidak akan diingkari (disia-siakan), dan sungguh, Kamilah yang mencatat untuknya".

(QS. Al-Anbiya ayat 94)


Dan.....

وَاَنَّ سَعْيَهٗ سَوْفَ يُرٰى 

"dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)"

(QS. An-Najm ayat 40)


Serta......

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ

"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya".

(QS. Az-Zalzalah ayat 7).


Dmkn, usah takut GAGAL dlm berikhtiar. Sebab banyak kesuksesan karena kegagalan.


Setiap usaha/ pekerjaan untuk tujuan kebaikan (halal), maka melakukannya termasuk ibadah, keluarnya dari rumah terhitung fii sabiilillah. Rasulullah ﷺ  bersabda :


مَنْ سَعَى عَلَى وَالِدَيْهِ فَفِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَمَنْ سَعَى عَلَى عِيَالِهِ، فَفِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَمَنْ سَعَى عَلَى نَفْسِهِ لِيُعِفَّهَا فَفِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَمَنْ سَعَى عَلَى التَّكَاثُرِ، فَهُوَ فِي سَبِيلِ الشَّيْطَانِ


“Barangsiapa yang berusaha/bekerja untuk menafkahi kedua orang tuanya, maka terhitung fii sabiilillah. Barangsiapa yang berusaha/bekerja untuk menafkahi keluarga yang menjadi tanggungannya, maka terhitung fii sabiilillah. Dan barangsiapa yang berusaha/bekerja untuk kehormatan dirinya sendirinya (agar tidak meminta-minta), maka terhitung fii sabiilillah. Akan tetapi siapa saja yang berusaha/bekerja untuk bermegah-megahan, maka terhitung fii sabiilisy-syaithaan (di jalan syaithan)” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa 9/23 dan dalam Syu’abul-iimaan no. 3875, Al-Bazzaar dalam Kasyful-Astaar no. 1867, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 4214, dan yang lainnya; dishahihkan Al-Albaaniy dalam Ash-Shahiihah no. 2232].


Smg apapun usaha kita diredhai Allah jikapun gagal di dunia tercatat  sbg kebajikan di akhirat kelak.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


M. Syarif Arbi.

Jakarta, 9 Jumadil Akhir 1442 H.

22 Januari 2021

(725.01.21).

No comments:

Post a Comment