Thursday 21 January 2021

PINTU-IMAN-BIMBANG.

Pembaca yg kbtln mengikuti tulisanku ttg “pintu masuk iman”, bahwa Iman masuk ke seseorang berpeluang dari 4 (empat) pintu, 3 (tiga) telah kutulis dalam 3 (tiga) kali terbit y.i: “Pintu Terpasang”, “Pintu Terangsang”, “Pintu Penentang” dan di kesempatan kali ini  kumuat tulisan iman masuk dari “Pintu Bimbang”.  Nama2 pintu tsb ku-istilahkan dengan akhir kata “ANG” sekedar memudahkan untuk mengingat.


IMAN MASUK DARI PINTU BIMBANG.

Pintu Bimbang, dpt dikelompokkan dua:

1. Bimbang karena menilai dari beberapa ajaran  keimanan dari beberapa jenis jalan keimanan, hingga ia sulit memilih jalan keimanan yang mana yang lebih benar, untuk diikuti. Sehingga jika yg bersangkutan lama mengambil keputusan maka pribadi seperti ini malah tidak melaksanakan ritual peribadatan dari keimanan yang manapun. 


Banyak diantaranya yg punya semboyan yg penting berbuat baik, tidak menyakiti orang. 


Padahal mengacu pada Al-Qur’an surat Al-Kahf ayat 103-105, bahwa berbuat baik saja hidup ini tidak cukup. 

قُلْ هَلْ نُـنَبِّئُكُمْ بِا لْاَ خْسَرِيْنَ اَعْمَا لًا ۗ 

"Katakanlah (Muhammad), Apakah perlu Kami beri tahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya?"

(QS. Al-Kahf ayat 103)


اَ لَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا

"(Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya."

(QS. Al-Kahf ayat 104)


اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰ يٰتِ رَبِّهِمْ وَلِقَآئِهٖ فَحَبِطَتْ اَعْمَا لُهُمْ فَلَا نُقِيْمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَزْنًـا

"Mereka itu adalah orang yang mengingkari ayat-ayat Tuhan mereka dan (tidak percaya) terhadap pertemuan dengan-Nya. Maka sia-sia amal mereka, dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat."

(QS. Al-Kahf ayat 105).


Jadi barulah perbuatan baik itu di sisi Allah tdk sia2 apabila beriman kpd Allah dan percaya thdp ayat2 Allah.


2. Bimbang, sudah yakin terhadap suatu pilihan tetapi berupaya untuk membuktikan pilihannya itu lebih baik dari pilihan keimanan lainnya, dengan begitu dianya mencari dalil dan bukti-bukti referensi, belajar kesana kemari, sehingga mencapai kayakinan yang betul-betul bulat tak tergoyahkan lagi. Mungkin salah satu contoh bimbang yang ekstrim seperti terwakili dari keinginan nabi Musa melihat Tuhan seperti diabadikan dalam Al Qur’an, surat 7  (Al-A’raf) ayat 143.


وَلَمَّا جَآءَ مُوْسٰى لِمِيْقَا تِنَا وَكَلَّمَهٗ رَبُّهٗ ۙ قَا لَ رَبِّ اَرِنِيْۤ اَنْظُرْ اِلَيْكَ ۗ قَا لَ لَنْ تَرٰٮنِيْ وَلٰـكِنِ انْظُرْ اِلَى الْجَـبَلِ فَاِ نِ اسْتَقَرَّ مَكَا نَهٗ فَسَوْفَ تَرٰٮنِيْ ۚ فَلَمَّا تَجَلّٰى رَبُّهٗ لِلْجَبَلِ جَعَلَهٗ دَكًّا وَّخَرَّ مُوْسٰى صَعِقًا ۚ فَلَمَّاۤ اَفَا قَ قَا لَ سُبْحٰنَكَ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاَ نَاۡ اَ وَّلُ الْمُؤْمِنِيْنَ

"Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau. (Allah) berfirman, Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku. Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman."


Di kalangan kita tidak sedikit, ustadz dan ustadzah yg Iman masuk ke dirinya melalui pintu Bimbang. Kemudian mereka menjadi pendakwah2 kenamaan dg ilmu yg mumpuni.


Kelompok yg Bimbang dalam beriman ini dapat dibagi:


a. Asalnya bimbang dengan semua agama, malah tidak mau beragama, diantara kelompok ini ada yg punya kemauan menilai agama2 yg ada. Mungkin semula untuk mendustakannya. Namun stlh mempelajari dlm kebimbangan antara kebenaran dan dusta itu, masuklah iman di saat kebimbangan memuncak. Hidayah datang dan kemudian ybs jadinya betul yakin seyakin-yakinnya atas kebenaran iman yg dia pilih karena tlh melalui “uji kebimbangan” yg menghasilkan “hakkulyakin”.


b. Adapula yang bimbang, tapi tetap pegang suatu agama, sebab ybs yakin Tuhan itu ada, bahwa agama itu perlu, setidaknya untuk ngurus ketika Nikah dan Mati. Tapi kelompok ini bimbang apa benar agama yg dipegangnya. Makapun atas dasar kebimbangannya itu dia pindah-pindah agama, guna mengalami sendiri bgmn agama-agama yg dianutnya pindah-pindah itu. Kalau ybs beruntung, usianya cukup, sehingga pas dalam pengembaraan agama yang pindah-pindah itu mendapatkan Hidayah agama yang setidaknya mrpkn agama yang tidak ada kebimbangan didalamnya, paling tidak menurut diri ybs. 


Melalui pintu masuk iman apapun kita beriman, semoga kita teguh dengan iman kita sampai akhir hayat, dan menjelmakan keimanan itu dalam wujud amal perbuatan yang baik, sebab iman adalah abstrak dan pembuktiannya konkrit melalui amal perbuatan yang baik.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


M. Syarif Arbi.

Jakarta, 8 Jumadil Akhir 1442 H.

21 Januari 2021

(724.01.21). 

No comments:

Post a Comment