Monday 25 January 2021

Perbekalan dunia dan akhirat.

Bepergian harus membawa bekal, baik bepergian di dunia apalagi ke akhirat. Bepergian di dunia dpt disebabkan bbrp alasan:

1. Bepergian dlm rangka pindah tempat tinggal, karena terkait mata pencarian.

2. Bepergian wisata.

3. Bepergian urusan bisnis.

4. Bepergian silaturahim.

5. Bepergian melaksanakan Ibadah (misalnya haji dan umrah).

Lantaran apapun bepergian di alam dunia di atas, mesti membawa Bekal/sangu. Apalagi bepergian ke akhirat.


Contoh bepergian ibadah Haji, Allah memberikan TIP khusus bekalnya:

وَتَزَوَّدُوْا فَاِ نَّ خَيْرَ الزَّا دِ التَّقْوٰى

Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.


Bepergian di dunia,  walau pun tujuan pindah tetap ada harapan balik ke tempat asal. Tapi bila bepergian ke akhirat tak akan pulang lagi ke dunia. O.k.i. bepergian ke akhirat  harus berbekal/sangu yg lebih mantab.


Ayo kita bandingkan BEKAL/ SANGU bepergian di dunia dan bepergian ke akhirat.


EMPAT perbandingan antara bekal/sangu perjalanan di dunia dan ke akhirat yg kita bandingkan berikut ini:


PERTAMA, sangu/bekal dalam perjalanan di dunia, akan menyelamatkan kita dari sesuatu yang belum tentu terjadi. 

Contoh: seorang ibu rumah tangga berjalan ke pasar yang tidak jauh dari rumahnya, membawa payung karena cuaca mendung. Ternyata sampai pulang dari belanja, payung tidak digunakan karena hujan tidak jadi turun.....


Tapi perbekalan/sangu untuk perjalanan di akhirat, akan membentengi diri kita dari penderitaan yang pasti terjadi. Sejak masuk ke-alam barzah, sangu/bekal sudah mulai berguna sampai perjalanan menuju hari perhitungan. Alangkah malang dan menderitanya, bila di alam barzah (alam kubur) saja sudah mulai tidak punya bekal/sangu yang dapat membentengi diri dari siksa kubur yang dahsyat itu. Kalaulah siksa kubur itu tidak ada, tentulah Nabi Muhammad ﷺ tak kan ajari ummatnya setiap shalat sblm salam berdo'a:


اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ وَفِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَشَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ


“Allahumma inni a’udzu bika min ‘adzabil qabri, wa ‘adzabin naar, wa fitnatil mahyaa wal mamaat, wa syarri fitnatil masihid dajjal 

[Ya Allah, aku meminta perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka, penyimpangan ketika hidup dan mati, dan kejelekan Al Masih Ad Dajjal].” (HR. Muslim)


KEDUA, sangu/bekal dalam perjalanan di dunia, setidaknya akan menyelamatkan kita dari kesulitan sementara. Misalnya seorang dalam perjalanan membawa bekal makanan, pada saatnya lapar, makanan dimakan, terhentilah lapar selama waktu tertentu, kemudian pada saatnya lapar lagi. Sedangkan perbekalan untuk perjalanan akhirat, bekal yang dibawa akan menyelamatkan kita dari kesulitan yang kekal, tiada tara dan tiada habis-habisnya. Bekal di dunia bila habis dpt ikhtiar untuk menambah bekal. Sedang bekal diakhirat mau cari kemana tambahan bekal.


KETIGA, perbekalan dalam perjalanan di dunia akan menghantarkan kita pada kenikmatan, dan pada saat yang sama mungkin saja kita juga mengalami rasa sakit, keletihan dan kepayahan. Kadang bekal yang kita bawa tidak dapat digunakan lantaran rusak dalam perjalanan, atau hilang di perjalanan. Sementara perbekalan untuk perjalanan menuju akhirat, apabila perbekalan berupa kebajikan itu diterima dengan baik disisi Allah, maka bekal itu akan membuat kita terlepas dari marabahaya, terlindung dari kebinasaan dan siksa.


KEEMPAT, perbekalan dalam perjalanan di dunia memiliki karakter bahwa kita akan melepaskan dan meninggalkan sesuatu dalam perjalanan. Contoh: bila kita bepergian rekreasi misalnya, setelah bekal makanan di makan, mungkin bungkusnya atau ada bagian-bagian tertentu yang harus ditinggalkan. Sementara perbekalan untuk perjalanan di akhirat, memiliki karakter, kita akan lebih banyak menerima siksa jika bekal amal kemungkaran lebih banyak, dan mendapat kemudahan dan kenikmatan bila amal kebaikannya terterima Allah, tidak dapat ditinggalkan walaupun yang diperoleh siksa.  Sangat bahagia terus menerus bila yang diterima balasan kebaikan amal kita.


Sesungguhnya perjalanan itu cukup berat, dan masih banyak bekal yang perlu disiapkan. Semua kita pasti tau perbekalan yang sudah kita siapkan masing-masing. Jika kita anggap perbekalan itu masih kurang, tentu kita tidak akan rela seandainya tidak lama lagi ternyata kita harus segera menempuh perjalanan menuju akhirat itu. 


Mari kita renungkan, apakah masing-masing diri kita sudah menyiapkan bekal menuju negeri akhirat yang abadi tidak berujung itu.


Bila dikaji mendalam, bagaimanapun taatnya seorang beribadah, bagaimanapun dermawannya seseorang, kelak setelah melihat hasilnya di akhirat nanti yang  إِن شَآءَ ٱللَّهُ  ketika sakaratul maut diperlihatkan rekaman penjalanan hidup seseorang oleh Allah.


Orang yang banyak amal kebaikannya pun masih menyesal, kenapa beramal kurang banyak. 

Konon lagi orang yang kurang amal kebaikannya atau orang yang malah tidak melaksanakan perintah Allah tentu akan menyesal berkepanjangan.


Semoga Allah mudahkan kita menghimpun sangu/bekal ke akhirat agar jangan sampai ketika kedatangan maut berkata:


 رَبِّ لَوْلَاۤ اَخَّرْتَنِيْۤ اِلٰۤى اَجَلٍ قَرِيْبٍ ۙ فَاَ صَّدَّقَ وَاَ كُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ

Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh."

(QS. Al-Munafiqun ayat 10)


dan juga:....

حَتّٰۤى اِذَا جَآءَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَا لَ رَبِّ ارْجِعُوْنِ ۙ 

"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia),"

(QS. Al-Mu'minun ayat 99)


Setelah dihadapkan ke siksa neraka barulah berkata:


يٰلَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بِاٰ يٰتِ رَبِّنَا وَنَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ


Seandainya kami dikembalikan (ke dunia) tentu kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman."

(QS. Al-An'am ayat 27).


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


M. Syarif Arbi.

Jakarta, 12 Jumadil Akhir 1442 H.

25 Januari 2021

(727.01.21).

No comments:

Post a Comment