Monday 30 March 2020

Virus VS Ikan Asin

Boleh juga kata2 bijak seniorku ketika ku belum lama masuk jadi pegawai bank (1973). "Kalau ingin bertahan sbg pegawai bank harus:
* Bertelinga, telinga kuwali.
* Bermata, mata ikan asin".

Orang tua2 di kampungku ada juga  adagium sama ttg telinga kuwali, maknanya "tidak mau mendengarkan masukan dari orang lain". Beda makna "telinga kuwali" seniorku: "kalau mendengar omelan nasabah biar lewatkan saja, bolong seperti telinga kuwali. Jangan masukkan ati, apalagi dibawa pulang".

Menyoal "telinga kuwali" banyak yg mampu melaksanakan. Selama 27 tahun ku sbg pegawai bank baru sekali kusaksikan temanku yg tak kuat menahan emosi. Tapi teman yg satu ini tetap mempertahankan "telinga kuwali", ketika di dalam kantor. Dia tidak melawan diomeli nasabah. Begitu nasabah keluar, dia keluar juga dari pintu lain. Dicopotnya dasinya, di simpannya kartu identitas kepegawaiannya. Begitu ketemu nasabah diluar area perkantoran langsung dihampirinya, krah baju nasabah dibawah leher dipegangnya dan...... gedebuk......

Nama saya ........di luar kantor saya bukan pegawai bank kalau mau dilanjutkan cari saya ...... alamat saya di............ atau kau mau ketemu dimana......

Selanjutnya ku ndak tau lagi kelanjutannya.

Menyoal "Mata ikan asin", maksudnya jangan tergoda lihat tumpukan uang. Ikan Asin matanya terbuka lebar tapi ndak nyandak apa2. Maklum di bank kerja dg urusan duit.

Soal ini banyak juga rekan2 kami yg ndak berhasil. Ada bbrp diantaranya off/dipecat tidak dg hormat karena tergoda duit dg berbagai modus.

Kembali ke soal "Ikan asin". Dianya baru dpt diasinkan setelah dia di darat, mati. Ikan di laut, dimana justru dari lautlah sumber  bahan garam (asin), Ikan laut begitu di tangkap dagingnya tidak asin. Padahal dari mulai telor sampai masuk jaring nelayan atau kena pancing, dianya berada di air asin.

Di situasi sekarang, berseliweran berita  berbagai model termasuk virus Korona. Memang kadang perlu pakai telinga kuwali, dlm hal mendengar berita2 hoaks.
Tentu pakai telinga benaran bila berita dari sumber yg resmi.

Perlu bermata ikan asin dlm hal membaca tulisan di medsos yg tak jelas sumbernya agar jangan salah bersikap. Tapi pasang mata benaran nonton berita resmi.

Satu lagi dpt di petik dari hal ikan. Dianya tak ketularan asin, biar sekelilingnya air laut yg asin.

Smg diri kita termasuk yg Allah kehendaki terlindung dari terpapar virus Korona ini, bagaikan ikan tak terimbas asin meskipun dikelilingi air laut yg asin.  Aamiin.

Allah maha kuasa mendindingi/ menyelamatkan siapa yg dikehendakiNya.
 فَاَ نْجَيْنٰهُمْ وَمَنْ نَّشَآءُ وَاَ هْلَكْنَا الْمُسْرِفِيْنَ
"Maka Kami selamatkan mereka dan orang-orang yang Kami kehendaki, dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas."  (Al-Anbiya ayat 9)

Kita sbg ummat abad ini agar tidak tergolong akhir kalimat Al-Anbiya 9 di atas sebaiknyalah bagi yg terlanjur melecehkan iman kpd Allah, meremehkan agama,  bertaubat. Karena Allah Maha penerima taubat.

Bagi negara2 yg membiarkan penindasan, upaya pemusnahan golongan atau etnis, padahal negara tersebut mampu berbuat. Bertaubatlah, diikuti janji  dan tekad y.a.d. akan membela pihak tertindas,  terdzalimi dimanapun, di negara manapun.

Bagi negara2 yg melakukan penindasan bangsa lain, melakukan upaya pemusnahan etnis di negerinya sendiri. Kini harus bertaubat dan selanjutnya berjanji dan bertekad untuk mengayomi semua warga bangsanya. Karena Allah memang menciptakan manusia ini aneka ummat. lihat Hud 118
وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ لَجَـعَلَ النَّا سَ اُمَّةً وَّا حِدَةً
(Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu),

dan An-Nahl 93.
وَلَوْ شَآءَ اللّٰهُ لَجَـعَلَكُمْ اُمَّةً وَّا حِدَةً
(Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat saja).

Bagi negara2 yg sdh mulai mengulangi perangai kaum LUTH, bertaubatlah, selanjutnya bertekad ssdh wabah ini, berhenti total dari perilaku kaum Luth dg menerbitkan peraturan larangan keras akan hal tsb.

Bagi para alim ulama, sepertinya juga harus bertaubat, kalau misalnya selama ini cuek saja, dlm hatipun umpamanya tdk pernah protes dan membantu lewat berdo'a............... atas penindasan dan kedzaliman negara2 dimaksud di atas.

Juga para alim ulama, pemuka agama apapun hrs bertaubat bila berdiam diri saja ketika umpamanya ada orang melecehkan/meremehkan simbol2, keyakinan agama.

Bagi ajaran Islam mencela agama, mencela keyakinan agama apapun dilarang Allah dengan kata "JANGAN":

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًا بِۢغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْ

"Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan". (Al-An'am ayat 108)

Ketahuilah bahwa Allah maha pengasih maha penyayang, bertaubatlah bersama-sama, kita semua, termasuk yg secara sengaja atau tidak sengaja/keprucut melontarkan statemen ttg:
*  Misalnya  terucap meragukan  keyakinan agama2 tentang akhirat.
* Misalnya mencela simbol2, busana sesuatu agama yg tentu tdk melanggar adab, 
* Misalnya mencela teknis retual suatu agama sblm melaksanakan ibadah.
* Misalnya terlanjur mengemukakan bahwa agama adalah musuh............menghambat kemajuan.

Ayo mari bertaubat, selagi nafas masih ada. Sebagai manusia, Nabi dan Rasul saja pernah khilaf dan salah apalagi kita sbg manusia biasa. Allah menyenangi orang yg bertaubat dan membersihkan diri.
 إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ
(Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri). Al-Baqarah 222.

Mudah2 an dg bertaubat dg hati yg tulus semua pihak, Allah akan hilangkan virus Korona ini.

Sementara ikhtiar kita jalankan, jalan yg tak kalah penting memohon kpd Allah dg bertaubat dan berdo'a.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta 6 Sya'ban 1441 H.
30 Maret 2020.

No comments:

Post a Comment