Saturday 21 March 2020

MENYANTUNI ORTU

(Artikel ke 600).

Suasa virus Korona di Jkt cukup,
.....😴😴😴. Istriku terjadwal harus dilakukan tindakan operasi gigi, Senin tgl 16 Maret. Ternyata tak dpt dilaksakan karena suasana RS sdmkn rupa, semua pasien berkasus sama dg istriku dijadual ulang. Istriku kejadual hari Jum'at 20 Maret.

Pagi sblm pkl 7, tgl 20 Maret kami sdh tiba di poli gigi RS. Keadaan bgt sepi. Kursi ruang tunggu yg isinya 3 kursi sebaris, di tengah2 di pasang lak ban melintang agar ndak dpt diduduki. Jadi sebaris hanya mungkin duduk dua orang. Ini rupanya dlm rangka "social distancing".

Tak berapa lama aku duduk menunggu (sambil nulis artikel di HP; sbg kebiasaanku spy nunggu tak terasa lama) datang seorang suster berdiri dihadapanku. Dengan nada agak membentak "Bapak ngapain kesini". Cukup terkaget diriku, kututup HP lalu ku jawab "Ngantar istri suster !!".
Suster: Mana istrinya !!
Aq : Itu yg pake jilbab agak merah.
Suster: Ini zona merah, sdh dua rekan kami kena. Kalau ndak sdh janji ndak usah kesini.

Memang sejak kemarin ku sdh ngomong sama istri, sebaiknya diundur. Tapi istri sdh ndak kuat, leher kanan, bahu kanan sampai belikat  kanan sdh sakit dampak dari gigi yg sdh dirawat 5 kali di RS tsb diputus dokter harus dicabut. Kamis 19 Maret ditelpon RS, dipertegas, "kalau sdh terjadual silahkan datang".

Istriku duduk di depan loket pendaftaran, sedang aku duduk jauh, mungkin 15 meteran. Pasien bgt sepi kuliat hanya 4 orang duduk di kursi tunggu depan loket, saling berjauhan.

Habis dialog itu, si suster jadinya ngambil posisi duduk sederet kursi denganku dipisah lak ban. Jadinya suster senior ini terlibat ngobrol. Rupanya pasien sdg ndak ada. Ybs banyak waktu. Antara lain beliau menceritakan anak dan menantunya dg berbagai problemnya. Entah kenapa beliau percaya curhat dg ku, sampai nyangkut soal ekonomi, santunan anak dan mantu buat beliau dan suaminya yg kini sudah lama purna bhakti.

Curhatan Suster ini membuat ku terinspirasi menulis "ARTIKEL KU YG KE 600" ini.  Tentang kasus Ortu punya anak setengah lusin. Boleh dikata anaknya "jadi" semua. Masing2 menyantuni Ortu dg bermacam pola.
*1. Ada anak yg saban bulan ngirim duit transfer ke rekg Ortu, tdk besar, mungkin cukup buat listrik, air dan bumbu dapur.
*2. Ada yg hampir tiap bulan datang ke kediaman Ortu, diinventarisirnya keperluan makan minum sebulan si Ortu langsung dibelanjakan wujud barang.
*3. Ada pula yg tiap mau lebaran ngasih duit lumayan, cukup buat bbrp bulan beli lauk.
*4. Ada anak yg saban bulan bayarkan iuran BPJS kls 1, berikut kalau pas Ortu sakit si anak ngirim lagi untuk biaya wira-wiri.
*5.  Ada yg ngontrol kediaman Ortunya. Pokoknya yg menyangkut perawatan kediaman Ortu jadi urusan si ini anak.
*6. Anak satu ini paling kaya sendiri, kalau ngasih duit besar sekali, biasanya by hand waktu lebaran atau pas menjenguk Ortu. Mungkin dia ngitung kalkulasi biaya hidup sebulan diberikan langsung bbrp bulan sekian bulan sampai akan ngasih duit lagi.

Si Ortu rupanya tidak senang pemberian ini anak, tapi tak pernah diungkapkannya. Pasalnya anak paling kaya ini, uang pemberian dimintainya pertanggungan jawab pengeluaran untuk apa saja. Ortu tdk senang dikontrol begini, lalu sedikit sekali uang pemberian si kaya dibelanjakan. Pemberian berikut ya sedikit, wong sisa duit masih banyak. Sebetulnya si Ortu mau nolak pemberian ini tapi menjaga perasaan anak dan mantu, biarlah dia sendiri menahan rasa.

Nah dari kasus2 di atas pembaca mungkin dpt berkaca bila diposisi sbg anak. Ingat bahwa kata Nabi Muhammad s.a.w. HR. Abu Said Almaqburi dari Abu Hurairah "Waraghima anfu rajulin adraka abawaihi 'indahul kibaru au ahadahuma falam yudhilul jannah" (terjemahan bebas=sungguh seorang anak sangat merugi bila mendapati dua atau seorang Ortunya sdh tua, tidak menjadi jalan buatnya menuju surga).

Allah wanti2 hrs berbuat baik kpd Ortu di banyak ayat a.l.:
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسٰنَ بِوَالِدَيْهِ ۚ
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya.
(QS. Luqman ayat 14).

Juga ada model Ortu yg kebetulan masa kakek neneknya msh sempat dinikmati bersama. Si anak mengirim transfer,  untuk mudahnya di alamatkan ke Ayah. Ketika uang diambil dari bank, kpd si Ibu ia katakan: "ini kiriman anak kita untuk ku, nanti kalau kau perlu minta ke aku". Uang digunakannya bebas, untuk sedekah dll. Si istri jadinya "makan hati". Ketika pas si anak2 pulang lebaran Ibunya lapor. Anak2 ter-heran2, karena mereka tau betul ketika mereka msh kecil, gaji ayah bgt diterima dari kantor langsung semuanya di serahkan bunda. Rupanya usia tua membuat tabiat jadi berubah. Transfer berikutnya anak2 sepakat mengirim dg dua nama; satu ke ayah satu ke bunda. Merekapun bergilir hari pergi ke bank mencairkan transfer. Ini mungkin salah satu tanda bahwa dpt terjadi orang berusia lanjut berperangai kembali seperti anak2 lagi "ini punya ku". Allah informasikan (Yasin 68)
وَمَن نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى ٱلْخَلْقِ ۖ أَفَلَا يَعْقِلُونَ
Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?

(kembalikan dia kepada kejadian(nya) = anak kecil lagi).

Dlm pada itu bila kita sdh/akan berposisi sbg calon manula. Jaga diri, ikhtiar dan   berdo'a kpd Allah agar jangan pikun.

Bila posisi jadi anak, ikhlaslah dlm menafkahi / bersedekah apalagi ke orang tua, jangan seperti contoh anak ke 6, ingat pesan Allah:
قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ  يَّتْبَعُهَاۤ اَذًى ۗ  وَاللّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya, Maha Penyantun."
(QS. Al-Baqarah ayat 263).

Ketahuilah bahwa manula sudahlah rentan dalam raga. Diiringi pula rapuh dalam jiwa. Mudah, sangat mudah sekali tersinggung, apalagi kalau yg menyinggung anak kandung sibiran tulang. Begitu berat derita bathin beliau.

Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment