Friday 13 March 2020

BERBOHONG yang MASLAHAT

Ada pepatah "Piring di Rak saja  bersentuhan".
Begitu pula suasana dlm satu komunitas yg rutin bertemu, hampir saban hari berkumpul. Bisa jadi di sekolah, seangkatan kuliah, apalagi teman sepekerjaan. Sering terjadi "bersentuhan", dlm arti beda pendapat sampai ke perselisihan yg tegang.

Dua orang kepala bagian di kantorku dulu (k/l. 30 th lalu)  pernah bersitegang, sampai adu phisik.

Tak pantang rupanya buat dua kolegaku itu walau  yg satu pria yg satu wanita, berkelahi sampai dipisah anak buah di jam kerja. Begitulah kalau emosi sdh memuncak tak terkendalikan, pertimbangan akal sehat sepertinya terkesampingkan.

Kantor kami berlantai tiga, tanpa lift. Kepala kantor berkamar di lantai II, sdg diriku sbg Kabag Personil di lantai III.

Dmkn seriusnya kondisi berantem kedua rekan sejawatku itu, sampai terdengar ke kamar kepala kantor, dmkn juga diriku. Hampir bersamaan kami turun ke lantai satu untuk mengecek kegaduhan tsb. Ketika kami tiba dilokasi acara berantem sudah usai. Rupanya mereka dipisahkan oleh bbrp pegawai dan Satpam. Yang tersisa ucapan masing2, membenarkan diri.

Kami bedua terbungkam, tanpa dpt bertanya apapun, kecuali mendengarkan penjelasan singkat Bpk Wakil kepala kantor sbg saksi mata, yg ruang kerjanya dibatasi kaca transparan dg area kegaduhan.

Kepala kantor mengajakku ke ruang kerjanya, sambil geleng kepala, di raut mukanya terpancar amarah.   Beliau perintahkan "Telex ke Pusat, rekomendasikan keduanya Mutasi dan Demosi". Waktu itu komunikasi tercanggih adlh Telex. Telepon kadang TUSBUNG.

Kuberanikan diriku menyampaikan dg sopan didahului perkataan mohon maaf, inti yg kukatakan "Tidak bijak mengambil kebijakan disaat sdg marah".

Pikiranku kok  teringat kpd hadits Riwayat Bukhari. Walau waktu itu bunyi hadits kukutip dibawah ini tdk kubacakan
يَقُولُ لاَ يَقْضِيَنَّ حَكَمٌ بَيْنَ اثْنَيْنِ وَهُوَ غَضْبَانُ.

"Hakim jangan memutus perkara dlm keadaan marah".

Namun Alhamdulillah bosku menyambut dg senyum, ....😃😃😃
dalam anggapanku beliaupun pernah tau hadist tsb. Karena ybs adlh pemimpin kantorku yg agamis.
 "Ya sdh....... bgmn baiknyalah.....kita bicarakan besok". Dmkn bosku,.......🥉🥈🥇 kamipun siap2 pulang.

Ibarat masakan sudah bermalam, akan berubah. Bgt juga persoalan kegaduhan kemarin esok hari sdh mendingin walau belum basi. Masih jadi perbincangan. Bahkan ada pegawai yg menirukan: "yg satu berperan jadi ibu yg satu jadi Bapak, bagaikan pelaku aksi kemarin petang itu. 

Siang keesokan hari, sbg kabag personil,  kuajukan konsep kpd bos, agar salah satu Kabag itu di pindah ke kantor kami sub cabang sekota dg kami. Wewenang pemindahan itu ada di Kepala cabang, tanpa harus melapor ke kantor pusat.

Selang bbrp bulan dari kejadian, kepala kantor dipromosikan ke cabang lbh besar di kota lain. Sblm kepala kantor serah terima dg penggantinya sepekan lagi, sbg kabag personil harus menyiapkan memori "sertijab". Adlh sesuatu yg memalukan jika kepala cabang yg baru nanti menerima warisan ada masalah ketidak akuran dua orang bawahan langsungnya, staf inti dari team manajemen di kantor yg dia pimpin.

Rupanya pada dasarnya setiap orang jiwanya merasa tak nyaman bila ada perseteruan apalagi dlm setempat kerja. Keinginan untuk islah sebetulnya ada di-masing2 pihak. Cuma kadang, untuk mulai minta maaf dmkn berat, karena masing2 diri merasa diri paling benar. Atau gengsi untuk minta maaf duluan; "wong dia yg salah kok saya hrs minta maaf".
Jalan islah akan mudah bila ada pihak perantara (mediasi)

Kita sbg orang ketiga oleh Allah  diwajibkan untuk:
فَاَ صْلِحُوْا بَيْنَهُمَا
(maka damaikanlah antara keduanya) QS Alhujurat ayat 9.

Terjadilah pembicaraan kami dg kepala kantor. Instruksi kepala kantor kpd ku:
"Adakan pendekatan kpd kedua pihak, bila perlu dg sedikit "Berbohong".

Kpd Ibu Kabag ku sampaikan se- olah2 ada pesan dari Bpk. Kabag seterunya, bahwa dia menyesal mengaku salah dan mohon maaf. Model sama kusampaikan kpd Bpk Kabag.

Walau dg berbagai komentar keduanya bersedia saling maaf me maafkan.

Pertemuan islahpun di atur waktunya, di ruang kerja Bapak Kepala kantor cabang, dimana diriku ikut hadir.

Indah betul suasananya mereka saling mengikis dendam, berjabatan tangan.  Sampai masing2 dimutasi ke kota lain hubungan per-koleha-an mereka ttp terjalin. Kepala cabang baru mendapatkan team kerja yg harmonis. Kepala cabang lama pindah di promosi ke cabang baru yg lebih besar berangkat tanpa beban soal itu. Petistiwa ini akan jadi pengalaman berharga buatnya memimpin di cabang baru.

"Berbohong" demi mendamaikan sesama manusia. Diperkenankan Allah.
 اِصْلَا حٍۢ بَيْنَ النَّا سِ
(ishlahi bainan nasi),

Rujukannya adlh surat QS. An-Nisa': ayat 114.

لَا خَيْرَ فِيْ كَثِيْرٍ مِّنْ نَّجْوٰٮهُمْ اِلَّا مَنْ اَمَرَ بِصَدَقَةٍ اَوْ مَعْرُوْفٍ اَوْ اِصْلَا حٍۢ بَيْنَ النَّا سِ ۗ وَمَن يَّفْعَلْ ذٰلِكَ ابْتِغَآءَ مَرْضَا تِ اللّٰهِ فَسَوْفَ نُـؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا
"Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barang siapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar."
(QS. An-Nisa' ayat 114).

Bahwa kadang dlm pergaulan hidup ini banyak kejadian2 yg terjadi sebetulnya tdk diinginkan antara lain seperti kisah ini.

Bersyukur bahwa Allah dan RasulNya memberikan petunjuk kpd kita dlm menyelesaikan masalah2 termasuk bila perlu dg sedikit BERBOHONG.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment