Wednesday 7 February 2018

MOU daun SIMPOR vs DAUN JATI.

Udh kucoba bawa tampang tanaman "Simpor" ke Jawa. Tanaman ini tumbuh sendiri banyak di kampungku. Kucoba tanam di Jatim juga di Jakarta di halaman rumah, tetap ndak mau tumbuh.
Banyak pedagang buah, kue basah, makanan segera dimakan, ikan dan udang, serta kalau blanja bumbu dibungkus pake daun Simpor ini. Begitu nyamannya pihak penjual dan pembeli menggunakan pembungkus daun Simpor ini, waktu itu blm dikenal plastik. Dipangkal daun bertulang agak keras. Jadi komoditi yang akan dibungkus dimasukkan di tengah daun yg cukup lebar itu, dilipat dari kiri dari kanan dan dari ujung daun terahir pangkal daun yng keras sekaligus buat pengunci dg ditusukkan. Beres sdh ndak usah pake diikat atau dicarikan biting untuk merapatkan bungkusan. Sesampai dirumah pembungkus dibuang, pasti larut dg tanah tdk seperti plastik yg ratusan taunpun tetap tak hancur, merusak lingkungan. Daun Simpor RAMAH LINGKUNGAN.
Di pedesaan di Jawa kumenyaksikan duluu pembungkus untuk hal yg kusebutkan di atas digunakan daun Jati. Lebar dan tebal daun kurang lebih sama dg daun Simpor.
Bila anda berkendara malam hari di pedesaan di Jawa (duluu), akan meliat pemandangan kompoi ibu-ibu setengah baya menggendong daun Jati. Saking banyaknya gendongan tu daun, bila tampak belakang tak nampak penggendongnya. Guna menghindari kecelakaan (barangkali). Dikiri kanan gendongan daun Jati di sisipkan obor. Pemandangan cukup indah pawai obor di hutan jalan pedesaan menjelang dini hari. Destinasi mereka tentu pasar tradisional sblm fajar pengguna pembungkus tersebut pedagang di pasar.
Pikiran ku melayang ke daun Simpor di kampungku. Andaikan SIMPOR bibitnya kutanam dn tumbuh di Jawa. Bgmn nasib daun Jati. Padahal itu Simpor tumbuhnya cepat sekali. Umpamanya Jawa hutannyapun dipenuhi Simpor maka pembungkus beralih ke Simpor.
Eee lamunanku itu diingatkan bahwa dikalangan tumbuhanpun agaknya ada semacam "Persaingan Usaha yang sehat" mungkin mereka dulu seblm diciptakan Allah sdh ada semcm MOU (perjanjian kesepahaman untuk memilih tempat tumbuh) agar tdk saling mengganggu.
Jadi tamsil pula kiranya, bahwa segala sesuatu dikehidupan ini ndak elok bila dimonopoli. Giliran kita sbg pejabat nampaknya ndak usah ikut jadi pengusaha. Giliran kita jadi tenaga pendidik kalaupun bisa nukang pas ada bucor yg akut di kediaman anda panggillah tukang. Kecuali kalau pas bocornya hanya genteng kegeser, masih bisa ditangani sendiri.
Misalnya anda ustadz walaupun ktk di psantren pernah blajar montir, serahkanlah ke bengkel, itung-itung bagi rezeki. Demikian seterusnya. Yg jelas diantara DAUN SIMPOR DAN JATI di dpt pelajaran bahwa Allah ciptakan semuanya tiada yg sia-sia, nyamuk, lalat, hujan dg banjirnya, kemarau dg mersiknya air laut menjadi garam dan tumbuh Simpor di kampungku dan Jati di Jawa. Semuanya ini membuat kita terpesona dan terpana atas kebesaran Allah sehingga teringatlah dg ayat 191 surat Ali Imran:
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
" Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini SIA-SIA; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka."
DEMIKIAN renungan daun Simpor dan daun Jati. Smg ada faedahnya buat pembaca yg arif.
Barakallahu fikum.Wassakamualaikum wr.wb.

No comments:

Post a Comment